Renungan GKE

Selasa, 15 Juli 2014

JADILAH ORANG KAYA YANG BIJAK!




Lukas 12:13-21

Kenapa orang kaya dalam nas ini dikatakan Yesus sebagai “orang kaya yang bodoh”?  Pertama, karena ia mengukur kesuksesannya hanya dari berapa banyak harta dan kekayaan yang dimilikinya. Tidak lebih dan tidak kurang! Kedua, cintanya kepada harta kekayaan dan uang melebihi rasa cintanya kepada sesama, melebihi yang lainnya. Ia tidak rela sedikit pun berbagi cinta kepada yang lain! Ketiga, harta kekayaan dan uang dijadikannya sebagai tujuan untuk menempatkan dirinya menjadi “tuhan” (hurup kecil).

Orang kaya yang bodoh… Oh, kenapa begitu banyak dijumpai dalam ranah kehidupan? Ya, karena pada umumnya manusia lebih pintar menambah dan mengali, ketimbang urusan mengurang dan membagi! Oh, ya?! Ya, pintar berusaha dengan berbagai cara. Yang haram pun terkadang dihalalkannya. Kreatif menggali dan memanfaatkan segala peluang yang ada untuk melipatgandakan usaha. Sangat lihai soal menakar dan menimbang supaya tidak pernah kurang. Juga cermat menyimpan tabungan di Bank. Tapi soal membagi alias berbagi? Nah…nah..nah… untung rugi pertimbangannya. Di sinilah masalahnya.  Paling banter lihai mengurangi hak milik sesama. Apa pun alasan dicari untuk membenarkannya. Maaf…maaf…maaf…!

Pada dasaranya manusia sudah dari sononya memiliki karakter ketamakan , seperti  kata Firman Tuhan:  “Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya itu…..” (Pengkhotbah 5:9). Cara orang mendapatkannya, bagaimana orang memperlakukan dan mempergunakannya, dan apa tujuannya! Ya, di situlah titik persoalannya. Dan celakanya bila dengan memiliki semuanya lalu merasa lebih berkuasa.  Mau berbuat seenaknya kepada siapa saja dan apa saja. Berlaku semena-mena. Seakan menjadi “tuhan” kecil atas sesamanya.

Harta benda, kekayaan, uang atau pun jabatan sebenarnya bukanlah barang haram. Juga belumlah berarti dosa.  Hanya bila kurang diwaspada, bisa berbahaya. Yesus sendiri mensifatkannya: “Karena di mana hartamu berada di situ juga hatimu berada.” (Matius 6:21). Tive manusia yang hanya pintar menambah dan mengali untuk mengumpulkan harta, tapi kurang pintar untuk membagi kepada sesama dan Kerajaan Allah, itulah ciri “orang kaya yang bodoh” .  Bukan “orang kaya yang bijak”. Seperti disifatkan Yesus, kaya harta dunia memang, segalanya melimpah! Tetapi sayang, bila tidak pernah kaya di hadapan Allah! Anda termasuk tive orang kaya yang mana?!  Amin!


MENJADI CERMIN CITRA ALLAH

Mazmur 122:1-9

Yerusalem adalah pusat ibadah dan pusat kehidupan berbangsa. Yerusalem tidak saja tempat umat menyembah Allah, tetapi juga tempat sumber pengayoman Allah melalui kepemimpinan umat yang diwujudkan. Masa kini, Gereja dan Negara adalah dua institusi berbeda fungsi dan tujuan. Namun keduanya adalah hamba Allah tempat kebaikan seharusnya diujudnyatakan sebagai syukur yang teralami oleh banyak orang. Bagi Israel, kota Yerusalem adalah simbol kehadiran Allah yang mempersatukan mereka, walaupun mereka terdiri dari beragam suku (4).

 Allah berkenan menyatakan kehadiran-Nya di Bait Allah Yerusalem (1Raj.9:3). Pemazmur bukan semata-mata kagum kepada kota Yerusalem melainkan rindu kepada Yahwe yang hadir di sana. Hal itu nyata lewat pernyataan pemazmur yang bersukacita untuk pergi ke rumah Yahwe dan menemukan kebaikan-Nya di sana (Mzm. 121:1, 9). Yerusalem juga menjadi simbol pemersatu Israel karena kuasa Allah dinyatakan lewat hamba-Nya, Daud dan keturunannya yang menjadi raja atas mereka (5).

Betapa indahnya kalau gereja boleh menjalankan peran baik sebagai pemersatu umat Tuhan maupun sebagai pengarah kebijakan-kebijakan para pemimpin negara ini. Simbol kehadiran Allah dan kehadiran kepemimpinan dalam gereja jangan sampai menjadi tempat eksklusif hanya untuk kelompok, etnis, suku, bahasa, status sosial tertentu. Mari kita yang sudah mengalami kasih karunia-Nya, memancarkan syalom Allah dalam Kristus kepada semua orang tanpa syarat dan batasan apa pun. Mari kita ungkapkan panggilan untuk menjadi berkat bagi sekalian orang itu baik dalam doa, program-program, maupun dalam tindakan nyata kita sehari-hari. Amin!