Renungan GKE

Jumat, 23 Mei 2014

MENGEMBANGKAN POTENSI POSITIF DALAM DIRI




Efesus 4:17-32 

Manusia adalah makhluk paling istimewa ketimbang makhluk lainnya. Apa istimewanya?  Alkitab sendiri menyaksikan: “apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.” (Maz. 8:5-6). Oh…..fantastis….. diciptakan hampir sama seperti Allah, dimahkotai dengan kemuliaan dan kehormatan.  Oh, luar biasa…. Karenanya tidak heran bila dikatakan bahwa makhluk yang bernama “manusia” itu adalah makhlu yang mulia. Berbeda dari makhluk lainnya. Kucing, ayam, singa, atau buaya umpama.

Lalu, apa sih yang menjadikan manusia itu lebih mulia dari makhluk lainnya? Oh. Luar biasa saudara. Menurut para ahli otaknya saja luar biasa! Otak manusia lebih canggih dari komputer. Bayi yang baru lahir saja memiliki 100 miliyar sel otak yang aktif. Sel otak ini akan terus bekembang menjadi bermiliyar-miliyar sel aktif dalam otak manusia. Sedangkan setiap sel dapat membuat jaringan dengan kecepatan 20.000 sambungan setiap detik. Proses pembentukan sambungan pada otak terjadi dengan sangat cepat yakni 26 kali lebih cepat dari pembentukan jaringan pada komputer. Pantas saja bila “manusia” itu disebut-sebut sebagai mahkota ciptaan Allah. Dia bias berpikir. Dia bias membedakan mana yang baik atau buruk, mana pintu sorga, atau mana pintu sorga.

Lalu tentang tubuhnya? Oh, bukan sekedar diciptakan cantik atau tampan! Menurut Slamet Wiyono (2006:38) potensi diri manusia secara utuh adalah keseluruhan badan atau tubuh manusia sebagai suatu sistem yang sempurna dan paling sempurna bila dibandingkan dengan sistem makhluk ciptaan Allah lainya, seperti binatang, malaikat, atau iblis atau setan. Bahkan Firman Tuhan katakana bahwa itu adalah adalah Bait Allah itu sendiri: 1 Korintus 3 : 16 3:16 “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” (1 Korintus 3:16). Oh, sungguh mengagumkan. Pantas bila makhluk yang bernama “manusia” itu disebut makhluk yang “ber-Tuhan” alias mengenal Tuhan, mengenal kehendak Tuhan. Berbeda dengan makhluk lain, yang kerjanya hanya kerja sekedar cari makan, makan, makan. Bukan cari Tuhan.Kita manusia macam apa bila tidak bisa mensyukurinya!

Manusia, oh “manusia”….memang luar biasa. Dia juga secara special memiliki potensi Spiritual. Danah Zohar penggagas istilah tehnis SQ(dalam Dwi Sunar P, 2010: 14) mengatakan bahwa IQ bekerja untuk melihat keluar (mata pikiran), dan EQ bekerja mengolah yang didalam (telinga perasaan), maka SQ (spiritual quotient) menunjuk pada kondisi “pusat diri”. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan manusia yang paling tinggi. Pokok dari SQ adalah kemampuan seseorang untuk memahami keberadaan Tuhan, memahami hakikat diri secara utuh, hakikat dibalik realitas, membedakan yang benar dan yang salah serta kemampuan memaknai bahwa kehadiran kita entah profesi atau status kita mampu membuat orang lain merasa dihargai dan mempunyai penghargaan.

Nah, lalu berikutnya bagaimana tentang kehidupan sosialnya? Bila hidup bersama orang lain? Ternyata makhluk yang bernama “manusia” itu juga memiliki potensi sosial yang besar, memiliki kapasitas menyesuaikan diri dan mempengaruhi orang lain. Kemampuan menyesuaikan diri dan mempengaruhi orang lain didasari kemampuan belajarnya, baik dalam dataran pengetahuan maupun ketrampilan. Oh, pantas ia berbeda dari binatang, singa umpama, yang tahunya hanya hukum rimba. Saling memangsa untuk mempertahankan diri, dan sekedar hidup untuk makan. Bukan kaidah-kaidah hukum sosial, saling menghormati, menjaga perasaan, saling berbagi, perduli, juga cari sorga segala macam! “Manusia” memang makhluk luar biasa. Karenanya ia berbeda bak langit dan bumi dengan makhluk lainya, dengan binatang tentu saja! 

Tapi sayangnya (maaf),  bukankah katanya bahwa makhluk yang bernama “manusia” itu mempunyai akal budi dan mestinya tau memilih apa yang baik dan buruk, benar dan salah? Bahkan (seharusnya) tahu persis soal mana yang kutuk mana yang berkat?! Hanya sayang, dalam kenyataanya banyak juga kasus kehidupan memperlihatkan bahwa manusia sering salah pilih, salah jalan! Apa umpama? Nah ini, saudara pasti tahu bahwa spiritus bukan untuk diminum, tapi malah banyak juga manusia yang sengaja meminumnya untuk aplosan! Anda juga pasti tahu bahwa obat antalgin boleh diminum dalam dosis tertentu sesuai aturan. Tapi bila dimunum 20 biji sekaligus dicampur Extra Jos tentu bisa mampus. Tapi banyak juga yang melakukannya dengan sengaja! Entah oleh yang muda atau tua,  oleh yang berpendidikan atau bukan. Ada apa sih dengan makhluk yang bernama “Manusia” ini yang katanya makhluk mulia?

Masih tentang makhluk yang bernama “manusia”. Bukankah semestinya ia punya perasaan, peka terhadap keadaan, lingkungan, dan sesama? Tapi ironisnya justru sering mati rasa, malah melukai perasaan, saling menjatuhkan, merampas milik orang lain, bahkan kayak Dracula haus darah membantai sesamanya atas nama alasan dan tujuan segala?! Celakanya malah ada yang mengatasnamakan Tuhan dan Agama? Manusia oh manusia.....ckckckckckck..... Ada apa sih sebenarnya tentang makhluk yang bernama “manusia” ?!  Oh, iya…. Bila dalam hatinya penuh kecemburuan terhadap kelebihan orang lain, kerjanya hanya jadi tukang kritik dan menjatuhkan orang, tidak kurang  dari mulutnya hanya keluar kata-kata yang kotor saja, mempersulit urusan, suka mengambil milik orang (termasuk milik gereja?), cara hidupnya hanya membuat Allah berduka, masih pantaskah ia disebut sebagai “manusia”? terlebih, pantaskah ia disebut sebagai umat Pilihan, orang beriman?  “Manusia” adalah makhluk terhormat dan mulia! Apakah predikat itu tetap melekat pada diri kita? Bagaimana dengan Anda dan saya? Amin!

(Pdt.Kristinus Unting, M.Div)

Kamis, 22 Mei 2014

DUA POTRET DIRI MANUSIA




Efesus 4:17-32

Pernahkah saudara berpikir, apa  dan bagaimana sih makhluk yang bernama “manusia”  itu? Dan apa perbedaannya dengan makhluk yang lain? Oh, pasti rata-rata kita dengan mudah memberikan jawaban! Karena memang terang bagai siang, manusia jelas berbeda dari kucing, buaya, ular, burung, kuda, serigala, atau singa umpama. Manusia memiliki akal budi, sedangkan makhluk lain tidak! Manusia tentu memiliki tatakrama, sedangkan makhluk lain tidak! Lalu dalam kehidupan komunitas atau sosial? Oh, manusia  memiliki tata aturan, norma-norma moral-etis jadi patokan, sedangkan makhluk lain? Paling-paling  hanya hukum rimba yang berlaku. Tidak lebih dan tidak kurang.

Lalu  yang sangat prinsip, manusia mengenal Tuhan alias ber-Tuhan, sedangkan makhluk lain tidak! Inilah yang menjadikan makhluk bernama “manusia” itu lebih mulia dari makluk yang lain. Ya, seharusnya demikian. Karena manusia bukan hewan. Tetapi maaf..... benarkah bahwa makhluk yang bernama “manusia” itu lebih mulia dari makhluk lainnya? Kisah nyata berikut ini perlu untuk kita renungkan. Kisah nyata yang melatarbelakangi lukisan "Perjamuan Terakhir" Yesus dan murid-murid. Leonardo da Vinci, sang pelukisnya  ternyata membutuhkan waktu bertahun-tahun(katanya) untuk menyelesaikan mahakaryanya itu. Bagi da Vinci, tak sulit menemukan model untuk melukis wajah para murid ... Akan tetapi, untuk menemukan model untuk melukis gambar diri Yesus .. hmmm ... bukan perkara mudah! 

Lama da Vinci mencari, akhirnya dia bertemu dengan  seseorang  yang  bernama  Pietri Bandinelli , " Ini dia model Yesus .. cocok !" pikirnya. Namun, ada satu model lagi yang harus dia temukan untuk menyelesaikan lukisannya itu  dan ini tampaknya jauh lebih sulit ditemukan dibanding model bagi gambar Yesus … Yups, benar sekali. da Vinci kesulitan untuk menemukan model wajah Yudas Iskariot! Dicari kemana-mana model buat Yudas, tapi hasilnya nol besar. Sampai satu ketika ... da Vinci berjalan-jalan untuk mencari inspirasi. Ia pergi ke tempat-tempat kumuh, bahkan hingga ke penjara di Milan untuk mencari model 'Yudas'. 

Setelah beberapa jam mencari, ia menemukan wajah yang cocok. Da Vinci bertemu dengan satu orang yang menurutnya orang ini mampu memberikan gambaran tentang karakter Yudas yang tentunya sangat berbeda sama sekali dengan karakter murid-murid, apalagi karakter Yesus. Matanya mencerminkan kelicikan dan keputus-asaan. Wajahnya keras. Dan Vinci memintanya menjadi model 'Yudas', dan orang itu menyanggupinya. Akhirnya proses penyelesaian lukisan "Perjamuan Terakhir" pun dilanjutkan. Da Vinci bekerja dengan tergesa-gesa selama beberapa hari hingga kemudian ia menyadari perubahan yang terjadi pada orang yang menjadi modelnya. Wajahnya mulai tegang dan matanya memancarkan horor. 

Merasa terganggu, da Vinci menghentikan kegiatannya dan bertanya, “Apa yang membuatmu begitu terganggu?” Sang pria yang menjadi model “Yudas”  itu menutupi wajahnya dengan kedua tangannya dan menangis tersedu-sedu. Setelah beberapa saat ia menjawab dengan nada suara agak berat, “Tidakkah bapak mengingat saya?  Saya Pietri Bandinelli ... dulu saya menjadi model bagi wajah Yesus. Bertahun-tahun yang lalu saya ada di studio ini. Sayalah sang Yesus di lukisan bapak…”

Saudara, bukankah apa yang dialami oleh Bandinelli juga merupakan tantangan terbesar kita sebagai orang percaya dalam menjalankan kehidupan ini? Dalam beberapa waktu seseorang bisa menjadi "mirip Kristus", namun seiring dengan perjalanan kehidupan yang semakin berat ... bukankah sering juga terjadi  seseorang berubah drastis menjadi lebih  "mirip Yudas” ?!

Oh, “manusia”…. bukankah katanya ia mempunyai akal budi dan mestinya tau memilih apa yang baik dan buruk, benar dan salah? Bahkan (seharusnya) tahu persis soal mana yang kutuk mana yang berkat?! Hanya sayang, dalam kenyataanya banyak juga kasus kehidupan memperlihatkan bahwa manusia sering salah pilih, salah jalan! Apa umpama? Nah ini, saudara pasti tahu bahwa spiritus bukan untuk diminum, tapi malah banyak juga manusia yang sengaja meminumnya untuk aplosan! Anda juga pasti tahu bahwa obat antalgin boleh diminum dalam dosis tertentu sesuai aturan. Tapi bila dimunum 20 biji sekaligus dicampur Extra Jos tentu bisa mampus. Tapi banyak juga yang melakukannya dengan sengaja! Entah oleh yang muda atau tua,  oleh yang berpendidikan atau bukan. Ada apa sih dengan makhluk yang bernama “Manusia” ini yang katanya makhluk mulia?

Masih tentang makhluk yang bernama “manusia”. Bukankah semestinya ia punya perasaan, peka terhadap keadaan, lingkungan, dan sesama? Tapi ironisnya justru sering mati rasa, malah melukai perasaan, saling menjatuhkan, merampas milik orang lain, bahkan kayak Dracula haus darah membantai sesamanya atas nama alasan dan tujuan segala?! Celakanya malah ada yang mengatasnamakan Tuhan dan Agama? Manusia oh manusia.....ckckckckckck..... Ada apa sih sebenarnya tentang makhluk yang bernama “manusia” ?!  

Saudara, bila dicermati lebih teliti berdasarkan firman kebenaran,  bahwa dalam diri makhluk yang bernama “manusia” itu memiliki dua kekuatan metacentrum yang sangat mempengaruhi pikiran, perkataan, tingkah laku, dan perbuatannya. Kekuatan macam apa itu? Nah ini. Kekuatan “manusia lama” dan kekuatan “manusia baru”.  Kekuatan tersebut bisa membawanya kea arah yang buruk dan ke arah yang baik. Ke arah yang negatif dan ke arah yang positif. Itu berlaku bagi semua manusia, termasuk Anda dan saya. Mana yang lebih dominan dalam diri Anda dan saya?

Konsep “manusia lama” dan  “manusia baru” merupakan salah satu tema penting dalam teologi Paulus.  Secara cermat kita dapat melihat betapa Paulus mengingatkan pentingnya kita untuk mewaspadai sedari dini cara-cara hidup yang tidak berkenan pada Allah itu.  Penting bagi kita untuk menyelidiki dalam kehidupan kita, apakah cara hidup kita sudah berkenan kepada Allah? Mengapa hal ini dianggap penting?  Ya, tentu saja  bila kita merasa bahwa kita adalah “manusia”, bukan makhluk yang lain. Roh Kudus telah berkarya membaharui akal budi orang percaya secara terus-menerus; pembaharuan akal budi menghasilkan praksis yang benar.  

Thomas Schreiner pernah mengatakan bahwa  orang percaya dimampukan untuk melepaskan “manusia lama” dalam dirinya, yaitu natur Adam yang pertama, yang telah mati melalui kematian Adam kedua di kayu salib; demikian juga orang percaya dimampukan untuk mengenakan “manusia baru”, Adam kedua, melalui kebangkitan Kristus. Dan oh, ya….mumpung tidak lupa memberitahukan, bahwa “manusia lama” kita telah turut disalibkan, agar jangan lagi kita menghambakan diri lagi kepada dosa (Rm. 6:6). Kita adalah anak-anak Tuhan, identitas kita harus jelas! Kita adalah adalah anak-anak Tuhan, orang beriman! Bukan makhluk yang lain atau hewan! Dan identitas kita selaku anak-anak Allah adalah mengenakan Kristus, berpikir, bersikap dan bertindak seperti Kristus! (Bdk.Gal.3:27; Flp.2:1-11). Amin!

(Pdt.Kristinus Unting, M.Div)