Renungan GKE

Jumat, 22 Agustus 2014

WARISAN YANG PALING BERHARGA


Lukas 12:13-21

Saudara, ada pepatah mengatakan bahwa harta dan uang  tak kenal saudara. Benar begitu saudara? Oh, ya?! Dan  banyak kisah nyata kehidupan manusia memperlihatkan hal yang demikian memang  ada benarnya juga. Walau tidak semuanya. Tapi kebanyakan! Ya, bagaimana saudara sendiri sering bermasalah gara-gara soal harta. Soal pembagian warisan umpama. Kisah nyata berikut ini salah satu contohnya. Pernah baru tiga hari seorang ibu dimakamkan, 12 orang anaknya  dengan trik masing-masing sekiranya bila sampai saatnya nanti akan dibagikan warisan. Mereka mendesak ayah mereka yang sudah tua yang masih tinggal supaya secepatnya membagikan warisan. Maklum orang tua mereka punya cukup banyak harta dan tanah perkebunan.

Ada yang mengklaim, bahwa tanah  di wilayah A yang banyak pohon durian itu adalah nanti bagian saya. Yang lain ada yang sudah mengklaim bahwa tanah yang di wilayah B yang banyak pohon cempedak itu nanti menjadi bagian saya. Yang lain lagi mengklaim, bahwa tanah di wilayah C yang luas dan ditumbuhi banyakkebun rotan adalah nanti harus menjadi bagian saya. Demikian pun yang lain tidak ketinggalan mengklaim bahwa tanah di wilayah D di dekat aliran sungai yang banyak kebun karet itu nanti harus menjadi bagian saya. Lalu tanah kosong yang kurang subur yang agak di pedalaman sana? Nah itu nanti bagian saudara kita si Anu, karena dia sedikit berpartisipasi terhadap orang tua kita. Demikian seterusnya dan seterusnya…..

Yang tidak kalah menarik, beberapa di antara mereka tidak hanya mengklaim satu jenis warisan! Soalnya? Ya, disamping tanah warisan yang diklaim, rumah di jalan anu di ibukota Provinsi itu nanti juga menjadi bagian saya. Alasannya? Karena sayalah yang paling banyak mengeluarkan biaya waktu renovasinya. Lalu rumah yang di kampung ini yang  terbuat dari bahan kayu ulin dan bahan-bahan pilihan beserta tanah lingkungan, toko kecil di depan, beserta penggilingan padi? Nah, kalau yang ini adalah bagian saya, demikian yang lain mengklaimnya. Alasannya? Karena sayalah yang selalu bersama-sama dengan orang tua kita di sini, dan sayalah yang paling banyak membantu mereka mengurusnya selama ini! Yang lain lagi, yang merasa sebagai anak bungsu anak kesayangan bapaknya? Sambil bisik-bisik pada bapaknya: “Pa, nanti rekening bapak di Bank dan kaplengan tanah di ibukota Provinsi itu bagian saya ya pa?”

Saudara, demikianlah masalah dapat terjadi dalam keluarga, gara-gara soal harta dan warisan! Ada yang kecewa, ada yang bahagia.  Apalagi bila orang tua kurang bijaksana, pilih kasih pada anak-anaknya! Ketidakadilan dirasa, dendam membara, saudara sendiri dicelakakan juga bila ada kesempatan di kemudian hari.  Dapat Anda bayangkan apa yang terjadi. Ya, itulah bila nafsu rakus tak terkendali. Harta dianggap satu-satunya yang paling berharga dalam hidup. Berbagai cara dilakukan untuk mendapatkannya.  Sesama saudara sendiri saling menyingkirkan!

Saudara, kisah tadi mirip dengan apa yang dikisahkan dalam Alkitab. Adalah seorang datang pada Yesus. Untuk meminta bantuan Yesus supaya saudaranya berbagi warisan dengannya (ay.13). Tidak diceritakan apakah orang ini korban ketidak adilan soal pembagian harta warisan keluarga. Atau justru dia ingin mendapatkan warisan lebih dari saudaranya yang lain. Tapi yang jelas, ia bermasalah dengan saudaranya soal warisan! Permintaannya ditolak oleh Yesus (ay.14). Bukannya Yesus mengabaikan arti pentingnya warisan yang diinginkannya. Lebih dari itu. Yesus tidak ingin dia terjerumus pada sikap  mengutamakan harta semata, sikap keserakahan manusia yang tidak jarang melupakan hal terpenting dan paling prinsif, yaitu kehidupan kekal! Harta kekayaan dan uang bukanlah jaminan kebahagiaan.  Harta kekayaan dan uang bisa jadi dapat berikan kebahagiaan sesaat, tapi tidak bisa menjadi dasar  kebahagiaan kekal untuk beroleh selamat di akhirat! Alkitab berkata: “Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilanya.” (Pkh.5:9). Jika demikian, apa sih harta warisan yang paling berharga itu sesungguhnya?

Pertama:  Warisan Iman.

Warisan iman adalah hal mendasar yang harus dimiliki dan diwariskan oleh setiap orang percaya. Iman adalah pedoman bagaimana seharusnya kita menjalani hidup sesuai jalur yang Tuhan inginkan. Dengan iman kita dapat hidup sesuai dengan maksud Tuhan. Ya, tentu saja menjalani hidup berdasarkan aturan Tuhan. Bukan aturan kita manusia dengan sejuta keinginan, sejuta keserakahan yang berakhir pada kebinasaan! Menuai kesia-siaan, seperti Alkitab tegaskan: “Dengan bertambahnya harta, bertambah pula orang-orang yang menghabiskannya. Dan apakah keuntungan pemiliknya selain dari pada melihatnya?” (Pkh.5:10). Sudahkah Anda memiliki dan memelihara warisan iman? Sudahkah anda mewariskannya kepada anak cucu kita? Setiap manusia yang tidak mewarisi dasar iman, dipastikan banyak salah jalan. Tidak akan pernah sampai ke tujuan kebahagiaan yang sesungguhnya.

Kedua: Warisan Kejujuran.

Dunia kita sekarang ini memang bermasalah soal kejujuran. Sikap yang tidak jujur akan sulit membedakan batas mana hak milik pribadi dan mana hak milik orang lain. Sulit menghargai kepemilikan orang lain. Atau juga kelebihan orang lain. Semua mau diklaim menjadi milik sendiri untuk memperkaya diri sendiri. Mana ada orang yang tidak jujur memiliki rasa takut akan Tuhan. Mana ada orang yang tidak jujur dapat dengan baik bersyukur. Yang ada hanyalah sikap yang pelit, sulit berbagi. Sikap yang tidak jujur akan melahirkan mental koruptor! Mengambil milik orang lain, milik negara, atau apa saja secara tidak jujur.  Ya, yang ada hanyalah keserakahan membabi buta. Pusat kebahagiaannya semata-mata hanya pada harta, pada apa yang didapatkan, bukan pada memberi dan berbagi. Padahal Alkitab memberitahukan rumus kebahagiaan: “Adalah lebih  berbahagia memberi dari pada menerima.” (Kis.20:35). Warisilah sikap yang jujur, karena hanya orang yang jujurlah yang dapat sungguh-sungguh berbahagia.

Ketiga: Warisan Spirit Kehidupan.

Spirit kehidupan adalah semangat hidup. Motivasi untuk berjuang. Orang yang memiliki spirit hidup, tidak tergantung dari belas kasihan orang lain. Apalagi bila hanya bergantung dari harta warisan! Dia lebih merasa bahagia dengan setiap tetes keringat hasil perjuangan sendiri. Seorang Kristen yang memiliki spirit kehidupan pernah mengungkapkan isi hatinya: “Bagi saya, pantang berebut soal warisan. Toh pun saya tidak mendapat bagian, bagi saya tidaklah menjadi persoalan. Pantang berbangga karena warisan orang tua. Saya lebih bangga bila dapat mencari sendiri dan mendapatkan, toh tanpa warisan dari orang tua segala”. Wah…wah…wah… Orang seperti ini yang perlu diacungi jempol. Spirit hidup yang perlu kita teladani. Semangat kerja keras untuk mendapatkan hasil. Mental hidup seperti ini yang perlu kita miliki dan wariskan! Spirit hidup yang demikian menjadikan orang mampu merasakan arti sebuah perjuangan. Dapat dipercaya serta mampu mensyukuri segala nikmat yang Tuhan berikan. Jiwanya tentu melimpah dengan tulus untuk berbagi, rasa senasib-sepenanggungan. Pribadi yang tangguh tanpa sungutan di kancah badai kehidupan! Bukan bermanja-manja menunggu hasil berbagi warisan orang tua segala. Amin!


(Pdt.Kristinus Unting, M.Div)