Renungan GKE

Jumat, 26 Juni 2015

JANGAN MENDENDAM WALAU DITOLAK!


Lukas 20:1-8

Tanya jawab yang menarik antara Imam-imam kepala dan Ahli Taurat dengan Yesus. Pertanyaan itu berkisar tentang kuasa Yesus. Pertanyaan mereka sebenarnya bukan karena tidak tahu, tetapi lebih pada pertanyaan untuk menjebak Yesus, dengan harapan untuk mempermalukan-Nya di depan umum. Oh, ya…. pertanyaan mereka juga (apabila diteliti lebih jauh) lebih didasarkan pada kebencian karena Yesus dianggap telah mencoreng nama baik mereka. Mempermalukan mereka dan membuka kemunafikan mereka di depan umum. Itulah sebabnya mereka mau menjebak Yesus melalui pertanyaan tentang otoritas itu. Mereka bahkan ingin jawaban Yesus menjatuhkan diri-Nya sendiri di depan khalayak pendukung-Nya. Namun mereka salah duga.

Yesus tahu pertanyaan imam-imam dan tua-tua tidak tulus dan untuk menjebak. Menariknya Yesus menjawab dengan tenang, sabar dan sangat cerdas., tetapi respek dan rendah hati. Yesus menjawab mereka dengan sebuah pertanyaan yang berhubungan dengan baptisan Yohanes. Karena tidak mau memberikan jawaban yang sebenarnya, mereka mengatakan tidak tahu (ay. 5-7). Dengan itu terbukalah kedok mereka. Maka Yesus pun tidak mengumbar kuasa-Nya dengan menjawab pertanyaan mereka. Saudara, mungkin kita juga memiliki pengalaman yang sama seperti apa yang dipaparkan dalam nas ini.

Pertama, barangkali kita punya pengalaman ditolak oleh orang lain. Kita ditolak karena berbagai alasan. Ada orang yang ditolak masuk rumah sakit tertentu karena tidak punya uang. Ada anak yang ditolak oleh sekolah karena tidak bisa bayar uang sekolah. Ada juga orang yang menolak kebaikan dan bantuan yang kita berikan karena iri hati, dendam atau rasa tidak suka. Selain pengalaman ditolak, kita juga memiliki pengalaman menolak orang lain.

Ketika kita mengalami penolakan yang mendalam dan begitu menyakitkan, tanpa sadar kita pun cenderung menolak orang lain. Sementara, jika kita jarang mengalami penolakan, kita punya kecenderungan untuk terbuka dan menerima orang lain. Namun demikian, pengalaman ditolak dapat kita olah menjadi sumber rahmat. Orang yang mampu mengolah pengalaman pahit ditolak, dapat menolong orang lain yang mengalami hal yang sama. Kita belajar dari Yesus, yang tidak menyimpan dendam meskipun ditolak.

Kedua, bisa jadi dalam kehidupan sehari-hari ada kecenderungan dari kita untuk meremehkan dan juga meragukan sesama kita terutama orang-orang yang sejak kecil kita kenal. Sering kita menganggap orang lain tidak bisa dan tidak mempunyai kemampuan apa-apa. Dalam pergaulan hidup , berteman serta beroganisai kita juga terlalu mudah dan cepat menyalahkan bahkan menghakimi orang lain, menilai orang lain dan menjatuhkan nama baok orang lain. Apa yang tersembunyi di balik itu semua? Tidak lain adalah perasaan paling baik, paling benar, paling hebat, paling berjasa dan paling pandai...

Kesombongan diri, seperti para agamawan Yahudi, kita seringkali menutup diri dan tidak mau berubah! Para pemimpin Yahudi, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, mereka memiliki mata tetapi tidak melihat, memiliki telinga tetapi tidak mendengar. Para pemimpin Yahudi memiliki hati yang tertutup dengan Yesus. Yesus mudah sekali dinomorduakan di dalam hidup kita.

Nas ini menyadarkan kita bahwa Allah seringkali juga memberi kuasa dan kemampuan kepada sesama kita yang nampaknya biasa-biasa saja. Sadarilah bahwa Allah terkadang memberikan kuasaNya melalui orang-orang yang nampaknya sederhana untuk berbicara, untuk melayani dan untuk melakukan perbuatan besar untuk mendatangkan damai sejahtera. Banyak orang disekitar kita yang nampaknya sederhana namun mempunyai kelebihan yang luarbiasa.

Jika kita ingin mengalami damai dan kebenaran sejati dalam hidup ini, kita perlu belajar terus menerus untuk dibentuk oleh tangan Allah, membuka hati dan pikiran kita dengan Roh hikmat-Nya agar kita mampu mengenal Kuasa Illahi dalam diri orang-orang yang nampaknya sederhana. Ya, karya dan Kuasa Allah sering terjadi melalui pribadi-pribadi yang sederhana. Semoga Anda dan saya termasuk hitungan didalamnya! Amin