Renungan GKE

Sabtu, 13 Februari 2016

TIADA TEMPAT BAGI KERAGUAN!



Mazmur 119:129-136

Pada bulan Agustus 1973, Samantha White dari Steilacoon, Washington, seorang gadis berumur 8 tahun telah berhasil mendaki puncak gunung Kilimanjaro pada ketinggian 19.340 kaki. Dia dianggap orang termuda yang pernah mendaki puncak pegunungan tertinggi di Afrika itu. Dalam pendakian itu, ayahnya telah gagal sampai pada ketinggian 18.640 kaki dan diserang sakit penyakit. Sebenarnya ada banyak pendaki ulung yang jauh lebih berpengalaman dari pada gadis berumur 8 tahun itu. Namun gadis itu telah membuat kejutan bagi para pendaki kawakan.

Kenapa dalam kenyataannya banyak anak-anak Tuhan kalah dalam aneka pergumulan? Tidak sedikit yang stress, kecewa, dan putus asa seperti tak memiliki pengharqapan? Jawabnya tentu, karena ia tidak memiliki dasar kekuatan untuk melawan dan memenangkannya. Karena ia tidak mendasarkan hidupnya pada kedalaman Firman Tuhan. Ya, doa-doa hanya sekedar penyampaian unek-unek dalam kekecewaan pada Tuhan, untuk mendapatkan pembenaran dari keinginan yang tak kesampaian. Bukan penyerahan penuh dalam hubungan harminis dengan Tuhan, layaknya seorang anak yang sungguh mempercayai kebaikan bapaknya sepenuhnya. Atau Firman Allah dibaca juga sambil diselingi keraguan di dalam jiwa, apakah Allah bisa dipercaya atau tidak?! Karenanya tidak heran, bila imannya tidak bertumbuh-tumbuh juga. Bila pergumulan melanda, maka ia terhenti di tengah jalan. Ibarat layu sebelum berkembang, akhirnya kering, karena tak tak ada siraman air yang memberikan pertumbuhan!

Dalam masalah kehidupan iman pun kadang-kadang dapat terjadi demikian. Telah sekian lama menjadi orang Kristen, tapi imannya begitu-begitu saja. Sedikit-sedikit kecewa. Sedikit-sedikit putus asa. Ya, ini tentu saja karena tidak didasari pada keteguhan hati untuk terus-menerus menjadikan Firman-Nya sebagai cahaya yang menyinari, hingga dengan terang-Nya mampu memahami dan meyakini bahwa apa yang Tuhan lakukan itu luar biasa dan baik adanya! (ay.135). Pemazmur melalui nas ini, menyadarkan kita betapa pentingnya TUHAN dan firmanNya dalam kehidupan. Tidak ada yang mampu memuaskan kerinduan kita, selain hanya TUHAN yang memberikan kekuatan dan pertumbuhan untuk menjalani kehidupan yang kita alami hari lepas hari.

Apa yang sering kita lakukan biasanya mengawali aktivitas di pagi hari, mungkin sambil nikmati sarapan pagi entah dengan teh/kopi bersama sekerat roti, umpama? Apakah cari berita hangat di koran untuk hari ini? Atau memulai hari dengan membaca dan menghayati Firman Tuhan sebagai pedoman? Mungkin kita masing-masing tau jawabannya. Sesuai apa yang biasanya kita lakukan. Syukurlah bila itu Firman Tuhan yang didahulukan. Kata bijak mengatakan, “Bila Anda lebih banyak baca koran ketimbang Firman Tuhan, maka Anda akan dihadapkan dengan 1001 macam persoalan yang siap menghadang, dan serba menakutkan. Tetapi bila Anda lebih banyak menggumuli Firman Tuhan ketimbang mengutamakan baca koran, maka Anda akan menemui 1001 macam jawaban yang Tuhan berikan untuk mengatasi persoalan.”

Sungguh jelas bagi kita bila pemazmur ini tidak ragu untuk mengatakan, “itulah sebabnya jiwaku memegangnya” (ayat 129). Kita pasti mengerti apa yang ia mau dapatkan, 1001 macam jawaban melalui Firman Tuhan untuk mengatasi aneka persoalan. Pemazmur ingin menjadi pemenang di setiap pergumulan kehidupan, tentu saja. Karenanya wajar bila pemazmur merasa begitu rindu untuk hidup di dalam kebenaran firman TUHAN itu. Namun janganlah kita beranggapan, bila seseorang mentaati Firman Tuhan, dekat dengan Tuhan, otomatis hidupnya aman. Bebas dari gangguan, fitnahan, bahkan ancaman segala macam. Tidak! Tidak demikian!

Sama seperti manusia pada umumnya, pemazmur juga mengungkapkan keadaannya yang merasakan tekanan dan pemerasan dari orang-orang yang tidak berpegang pada taurat TUHAN. Mereka senantiasa bertindak jahat dan merongrong kehidupannya, hingga pemazmur merasakan kesedihan yang mendalam (ayat 136). Namun, di tengah keterbatasannya dalam menghadapi tantangan tersebut, pemazmur tetap berharap pada janji dan kasih setia TUHAN. (ay.132-135). Pemazmur percaya bahwa kuasa TUHAN jauh melebihi orang-orang jahat dan jikalau ia tetap berpegang pada firman TUHAN, ia dapat menang melawan orang-orang jahat tersebut. Oleh karena itu, pemazmur bersedia untuk selalu belajar firman TUHAN, dan menjadikannya sebagai pedoman dalam kehidupannya. Ya, pemazmur percaya bahwa Tuhan memberikan kekuatan dan kemenangan. Pemazmur merindukan TUHAN karena pemazmur telah merasakan indahnya persekutuan dengan TUHAN melalui firman yang ia baca. Bagaimana dengan Anda dan saya? Jika ya, maka seharusnya tidak ada tempat bagi keraguan dalam hidup kita untuk sungguh-sungguh mempercayai Tuhan. AMIN!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar