Renungan GKE

Rabu, 27 September 2017

JANGAN BERKECIL HATI WALAU DIREMEHKAN



II Korintus 10:1-11

Barangkali saudara punya pengalaman diremehkan orang lain. Diremehkan karena berbagai alasan. Bisa jadi karena dianggap tidak punya kemampuan untuk melakukan sesuatu. Kurang ini, kurang itu. Karena begini, karena begitu. Bisa jadi diremehkan justru sebenarnya karena dianggap saingan. Atau sikap balas dendam karena ada rasa ketersinggungan. Merasa kehilangan harga diri karena dikoreksi. Maka salah satu cara yang dianggap mudah dilakukan adalah balik membalas dengan cara mencari apa kekurangannya untuk dilecehkan. Saudara, itulah dunia nyata kita. Manusia lebih cenderung suka mencari kesalahan sesamanya yang dalam kesempatan tertentu dapat digunakan sebagai senjata untuk menjatuhkannya. 

Demikian pun yang dialami oleh Rasul Paulus. Dia diremehkan oleh kelompok-kelompok tertentu di Jemaat Korintus. Itu terjadi karena ulah para pengajar rohani abal-abal yang ada di Korintus. Cari muka dengan menampilkan kehebatan mereka. Baik dalam cara pelayanan, pendekatan mereka kepada warga jemaat, seolah terkesan mereka adalah para hamba yang rajin dan sungguh melayani. Khotbah mereka berapi-api, menyanjung-nyanjung jemaat, isinya hampir semua tentang Tuhan yang penuh berkat tercurah nikmat. Berbeda dengan Rasul Paulus yang lemah lembut bersahaja, lebih mengutamakan isi, lurus, penyadaran kepada umat tentang hukuman Tuhan, hari kiamat dan tentang bertobat!

Bila kita mengikuti secara lengkap dalam Alkitab, khususnya kitab II Korintus, kita dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang tuduhan kekurangan Rasul Paulus mereka ungkapkan. Rasul Paulu bagi mereka tidak ubahnya bak singa ompong yang hanya berani mengaum dari jauh, berkata-kata, menasihati dari jauh, tapi tidak berani bila berdekatan (ay. 1-2). Berapa hal seperti yang terungkap dalam nas ini ialah, bahwa menurut mereka Rasul Paulus itu hidup keduniawian, sombong, hanya tau menuntut (ay. 2-3, 8). 

Saudara, dalam hidup ini kisah pengalaman Rasul Paulus juga sebenarnya pengalaman manusia masa kini. Bisa jadi, itu yang saudara alami juga. Sudah melakukan yang benar, tetapi tetap dianggap salah juga. Apalagi bila yang dilakukan itu memang nyata-nyata suatu kesalahan. Oh, tak dapat terbayangkan apa yang terjadi! Ketika dalam keadaan terpuruk, tak ada satu pun yang perduli. 

Ketika kita mengalami penolakan yang mendalam dan begitu menyakitkan, tanpa sadar kita pun cenderung menolak orang lain. Namun demikian, pengalaman ditolak dapat kita olah menjadi sumber rahmat. Orang yang mampu mengolah pengalaman pahit ditolak, dapat menolong orang lain yang mengalami hal yang sama. Kita belajar dari Paulus, yang tidak menyimpan dendam meskipun ditolak. Melalui nas ini Rasul Paulus bagai Bapak yang sabar penuh kasih terhadap anak yang cerewet menjelaskan tentang keadaanya yang sebenarnya. Dia meminta jemaat Korintus untuk lebih berpikir secara dewasa untuk menilai dan mempertimbangkan segala sesuatunya. Tidak hanya memahami sekilas, tetapi secara tuntas (ay.9-11). 

Jika kita ingin mengalami damai dan kebenaran sejati dalam hidup ini, kita perlu belajar terus menerus untuk dibentuk oleh tangan Allah, membuka hati dan pikiran kita dengan Roh hikmat-Nya agar kita mampu mengenal Kuasa Illahi dalam diri orang-orang yang nampaknya sederhana. Karya dan Kuasa Allah sering terjadi melalui pribadi-pribadi yang sederhana.

Bisa jadi dalam kehidupan sehari-hari ada kecenderungan dari kita meremehkan dan juga meragukan sesama kita terutama orang-orang yang sejak kecil kita kenal. Sering kita menganggap orang lain tidak bisa dan tidak mempunyai kemampuan apa-apa. Dalam pergaulan hidup , berteman serta beroganisai kita juga terlalu mudah dan cepat menyalahkan bahkan menghakimi orang lain, menilai orang lain dan menjatuhkan nama baok orang lain. Apa yang tersembunyi di balik itu semua? Tidak lain adalah perasaan paling baik, paling benar, paling hebat, paling berjasa dan paling pandai...

Sadarilah bahwa Allah terkadang memberikan kuasaNya melalui orang-orang yang nampaknya sederhana untuk berbicara, melayani, melakukan perbuatan besar untuk mendatangkan damai sejahtera. Banyak orang disekitar kita yang nampaknya sederhana namun mempunyai kelebihan yang luarbiasa. Percaya dan berharaplah kepad aTuhan yang Maha pengasih dan penyayang dengan lebih sungguh. Jika apa yang saudara lakukan adalah sesuatu yang benar, maka tidak perlu berkecil hati bila ada orang yang mempersalahkan. Yakinilah bahwa Tuhan tidak pernah tutup mata di atas sana. Tuhan juga pasti memberkati Anda. Amin!

Senin, 25 September 2017

MEMBANGUN KEPERCAYAAN



(II Korintus 8:16-24)

Mencari orang yang benar-benar dapat dipercaya seperti dalam situasi kita saat ini memang amat sulit. Apalagi bila itu berhubungan dengan yang namanya keuangan. Bak pepatah “titip omong bisa lebih, titip uang bisa kurang.” Betapa tidak, sebab bukankah kenyataannya dalam hidup keseharian memperlihatkan kepada kita korupsi terjadi dimana-mana? Bukan saja dalam kehidupan sosial di masyarakat, tapi malah hal yang demikian terkadang dapat juga melanda kehidupan gereja. Katanya minta bantuan dana untuk penimbunan perluasan halaman parkir gereja. Setelah dana terkumpul bantuan dari para donator, dari warga jemaat sana sini? Eh malah dana yang ada raib tak jelas rimbanya. Bahkan warga jemaatnya sendiri rame-rame pinjam dana tak pernah dikembalikan.

Rasul Paulus punya niat yang tulus untuk membangun jemaat. Terutama untuk membantu Jemaat Yerusalem yang berkekurangan. Dia mempunyai semacam proyek besar dalam pengumpulan dana tersebut. Namun Paulus tak mau berspekulasi. Dia ingin bahwa pekerjaan ini dapat terlaksana dengan baik. Dia ingin supaya para jemaat donator yang membantu tidak kehilangan kepercayaan untuk maksud tersebut. Titus dan beberapa orang lain pun diutus ke Jemaat Korintus dan Jemaat sekitarnya untuk pengumpulan dana dimaksud.

Tentu saja Paulus sangat berhati-hati dalam hal ini. Paulus tidak ingin pekerjaan mulia ini menjadi cela (ay.20). Titus dan beberapa orang yang mendampinginya pun diutus. Untuk membangun kepercayaan jemaat yang akan membantu, dalam suratnya Rasul Paulus menjelaskan tentang beberapa hal. Pertama, bahwa mereka yang diutus adalah orang-orang yang telah teruji punya jiwa yang tulus mengabdi. Tidak mencari keuntungan (ay.17). Kedua, mereka adalah orang-orang yang berkepribadian baik, para pemberita injil yang sudah dikenal punya nama baik di jemaat (ay.18). Ketiga, mereka yang diutus memang orang yang punya jiwa sosial yang tinggi (ay.22a). Keempat, mereka yang diutus adalah orang-orangt yang memang dipercayakan secara penuh oleh seluruh jemaat yang mengutus (ay.19,23). Semua ini paulus ungkapkan tidak lain dan tidak bukan adalah dalam rangka membangun kepercayaan kepada warga jemaat yang akan membantu.

Untuk pekerjaan yang mulia semacam apa yang Paulus laksanakan, niat baik saja tentu belum cukup. Membangun kepercayaan itu tentu amat perlu! Terkadang, bukan para donator atau jemaat yang berkemampuan tidak ingin membantu. Tapi masalahnya bila bantuan yang diberikan tidak dikelola dengan baik,tidak adanya transparansi, penggunaan dana yang tidak tepat sasaran, pertanggungjawaban yang tak jelas, tidak jarang para donator, warga jemaat yang berkerinduan untuk membantu akhirnya menjadi jera membantu, gara-gara bantuan mereka hilang percuma menjadi sia-sia.

Saudara, kita selaku gereja atau orang-orang percaya yang hidup ditengah-tengah dunia yang semakin sulit menemukan orang-orang yang dapat dipercayai, ada baiknya belajar dari cara kerja Paulus. Segala harta milik Gereja perlu ditata, didata, dipelihara dan dipertanggunjawabkan secara benar. Segala bentuk-bentuk usaha, apalagi yang menyangkut pencarian dana untuk rehab gedung gereja, membangunan fasilitas SHM, Pastory, tempat parker, taman gereja dan fasilitas lainnya mesti dikelola dengan baik.

Jadilah para pekerja (Baik pengelola, pengurus, atau panitia) Gereja yang sungguh-sunguh melayani untuk kemajuan bersama, tanpa mengambil kesempatan untuk keuntungan pribadi. Bagi yang dipercayakan melaksanakan tugas pencarian dana, jadilah orang yang dapat diandalkan, jujur dan bertanggungjawab. BHangunlah kepercayaan warga jemaat, niscaya semakin banyak berkat mengalir dan gereja pun pasti semakin baik dan diberkati. Amin!