Renungan GKE

Senin, 25 September 2017

MEMBANGUN KEPERCAYAAN



(II Korintus 8:16-24)

Mencari orang yang benar-benar dapat dipercaya seperti dalam situasi kita saat ini memang amat sulit. Apalagi bila itu berhubungan dengan yang namanya keuangan. Bak pepatah “titip omong bisa lebih, titip uang bisa kurang.” Betapa tidak, sebab bukankah kenyataannya dalam hidup keseharian memperlihatkan kepada kita korupsi terjadi dimana-mana? Bukan saja dalam kehidupan sosial di masyarakat, tapi malah hal yang demikian terkadang dapat juga melanda kehidupan gereja. Katanya minta bantuan dana untuk penimbunan perluasan halaman parkir gereja. Setelah dana terkumpul bantuan dari para donator, dari warga jemaat sana sini? Eh malah dana yang ada raib tak jelas rimbanya. Bahkan warga jemaatnya sendiri rame-rame pinjam dana tak pernah dikembalikan.

Rasul Paulus punya niat yang tulus untuk membangun jemaat. Terutama untuk membantu Jemaat Yerusalem yang berkekurangan. Dia mempunyai semacam proyek besar dalam pengumpulan dana tersebut. Namun Paulus tak mau berspekulasi. Dia ingin bahwa pekerjaan ini dapat terlaksana dengan baik. Dia ingin supaya para jemaat donator yang membantu tidak kehilangan kepercayaan untuk maksud tersebut. Titus dan beberapa orang lain pun diutus ke Jemaat Korintus dan Jemaat sekitarnya untuk pengumpulan dana dimaksud.

Tentu saja Paulus sangat berhati-hati dalam hal ini. Paulus tidak ingin pekerjaan mulia ini menjadi cela (ay.20). Titus dan beberapa orang yang mendampinginya pun diutus. Untuk membangun kepercayaan jemaat yang akan membantu, dalam suratnya Rasul Paulus menjelaskan tentang beberapa hal. Pertama, bahwa mereka yang diutus adalah orang-orang yang telah teruji punya jiwa yang tulus mengabdi. Tidak mencari keuntungan (ay.17). Kedua, mereka adalah orang-orang yang berkepribadian baik, para pemberita injil yang sudah dikenal punya nama baik di jemaat (ay.18). Ketiga, mereka yang diutus memang orang yang punya jiwa sosial yang tinggi (ay.22a). Keempat, mereka yang diutus adalah orang-orangt yang memang dipercayakan secara penuh oleh seluruh jemaat yang mengutus (ay.19,23). Semua ini paulus ungkapkan tidak lain dan tidak bukan adalah dalam rangka membangun kepercayaan kepada warga jemaat yang akan membantu.

Untuk pekerjaan yang mulia semacam apa yang Paulus laksanakan, niat baik saja tentu belum cukup. Membangun kepercayaan itu tentu amat perlu! Terkadang, bukan para donator atau jemaat yang berkemampuan tidak ingin membantu. Tapi masalahnya bila bantuan yang diberikan tidak dikelola dengan baik,tidak adanya transparansi, penggunaan dana yang tidak tepat sasaran, pertanggungjawaban yang tak jelas, tidak jarang para donator, warga jemaat yang berkerinduan untuk membantu akhirnya menjadi jera membantu, gara-gara bantuan mereka hilang percuma menjadi sia-sia.

Saudara, kita selaku gereja atau orang-orang percaya yang hidup ditengah-tengah dunia yang semakin sulit menemukan orang-orang yang dapat dipercayai, ada baiknya belajar dari cara kerja Paulus. Segala harta milik Gereja perlu ditata, didata, dipelihara dan dipertanggunjawabkan secara benar. Segala bentuk-bentuk usaha, apalagi yang menyangkut pencarian dana untuk rehab gedung gereja, membangunan fasilitas SHM, Pastory, tempat parker, taman gereja dan fasilitas lainnya mesti dikelola dengan baik.

Jadilah para pekerja (Baik pengelola, pengurus, atau panitia) Gereja yang sungguh-sunguh melayani untuk kemajuan bersama, tanpa mengambil kesempatan untuk keuntungan pribadi. Bagi yang dipercayakan melaksanakan tugas pencarian dana, jadilah orang yang dapat diandalkan, jujur dan bertanggungjawab. BHangunlah kepercayaan warga jemaat, niscaya semakin banyak berkat mengalir dan gereja pun pasti semakin baik dan diberkati. Amin!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar