Lukas 12:13-21
Saudara, ada pepatah mengatakan bahwa harta dan uang tak kenal saudara. Benar begitu saudara? Oh,
ya?! Dan banyak kisah nyata kehidupan
manusia memperlihatkan hal yang demikian memang ada benarnya juga. Walau tidak semuanya. Tapi kebanyakan!
Ya, bagaimana saudara sendiri sering bermasalah gara-gara soal harta. Soal pembagian
warisan umpama. Kisah nyata berikut ini salah satu contohnya. Pernah baru tiga
hari seorang ibu dimakamkan, 12 orang anaknya
dengan trik masing-masing sekiranya bila sampai saatnya nanti akan
dibagikan warisan. Mereka mendesak ayah mereka yang sudah tua yang masih
tinggal supaya secepatnya membagikan warisan. Maklum orang tua mereka punya
cukup banyak harta dan tanah perkebunan.
Ada yang mengklaim, bahwa tanah di wilayah A yang banyak pohon durian itu
adalah nanti bagian saya. Yang lain ada yang sudah mengklaim bahwa tanah yang
di wilayah B yang banyak pohon cempedak itu nanti menjadi bagian saya. Yang lain
lagi mengklaim, bahwa tanah di wilayah C yang luas dan ditumbuhi banyakkebun
rotan adalah nanti harus menjadi bagian saya. Demikian pun yang lain tidak
ketinggalan mengklaim bahwa tanah di wilayah D di dekat aliran sungai yang
banyak kebun karet itu nanti harus menjadi bagian saya. Lalu tanah kosong yang
kurang subur yang agak di pedalaman sana? Nah itu nanti bagian saudara kita si
Anu, karena dia sedikit berpartisipasi terhadap orang tua kita. Demikian
seterusnya dan seterusnya…..
Yang tidak kalah menarik, beberapa di antara mereka tidak
hanya mengklaim satu jenis warisan! Soalnya? Ya, disamping tanah warisan yang
diklaim, rumah di jalan anu di ibukota Provinsi itu nanti juga menjadi bagian
saya. Alasannya? Karena sayalah yang paling banyak mengeluarkan biaya waktu
renovasinya. Lalu rumah yang di kampung ini yang terbuat dari bahan kayu ulin dan bahan-bahan
pilihan beserta tanah lingkungan, toko kecil di depan, beserta penggilingan
padi? Nah, kalau yang ini adalah bagian saya, demikian yang lain mengklaimnya. Alasannya?
Karena sayalah yang selalu bersama-sama dengan orang tua kita di sini, dan
sayalah yang paling banyak membantu mereka mengurusnya selama ini! Yang lain
lagi, yang merasa sebagai anak bungsu anak kesayangan bapaknya? Sambil bisik-bisik
pada bapaknya: “Pa, nanti rekening bapak di Bank dan kaplengan tanah di ibukota
Provinsi itu bagian saya ya pa?”
Saudara, demikianlah masalah dapat terjadi dalam keluarga,
gara-gara soal harta dan warisan! Ada yang kecewa, ada yang bahagia. Apalagi bila orang tua kurang bijaksana, pilih
kasih pada anak-anaknya! Ketidakadilan dirasa, dendam membara, saudara sendiri
dicelakakan juga bila ada kesempatan di kemudian hari. Dapat Anda bayangkan apa yang terjadi. Ya,
itulah bila nafsu rakus tak terkendali. Harta dianggap satu-satunya yang paling
berharga dalam hidup. Berbagai cara dilakukan untuk mendapatkannya. Sesama saudara sendiri saling menyingkirkan!
Saudara, kisah tadi mirip dengan apa yang dikisahkan dalam
Alkitab. Adalah seorang datang pada Yesus. Untuk meminta bantuan Yesus supaya
saudaranya berbagi warisan dengannya (ay.13). Tidak diceritakan apakah orang ini
korban ketidak adilan soal pembagian harta warisan keluarga. Atau justru dia
ingin mendapatkan warisan lebih dari saudaranya yang lain. Tapi yang jelas, ia
bermasalah dengan saudaranya soal warisan! Permintaannya ditolak oleh Yesus
(ay.14). Bukannya Yesus mengabaikan arti pentingnya warisan yang diinginkannya.
Lebih dari itu. Yesus tidak ingin dia terjerumus pada sikap mengutamakan harta semata, sikap keserakahan
manusia yang tidak jarang melupakan hal terpenting dan paling prinsif, yaitu
kehidupan kekal! Harta kekayaan dan uang bukanlah jaminan kebahagiaan. Harta kekayaan dan uang bisa jadi dapat berikan
kebahagiaan sesaat, tapi tidak bisa menjadi dasar kebahagiaan kekal untuk beroleh selamat di
akhirat! Alkitab berkata: “Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang,
dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilanya.” (Pkh.5:9). Jika
demikian, apa sih harta warisan yang paling berharga itu sesungguhnya?
Pertama: Warisan
Iman.
Warisan iman adalah hal mendasar yang harus dimiliki dan
diwariskan oleh setiap orang percaya. Iman adalah pedoman bagaimana seharusnya
kita menjalani hidup sesuai jalur yang Tuhan inginkan. Dengan iman kita dapat
hidup sesuai dengan maksud Tuhan. Ya, tentu saja menjalani hidup berdasarkan
aturan Tuhan. Bukan aturan kita manusia dengan sejuta keinginan, sejuta
keserakahan yang berakhir pada kebinasaan! Menuai kesia-siaan, seperti Alkitab
tegaskan: “Dengan bertambahnya harta, bertambah pula orang-orang yang
menghabiskannya. Dan apakah keuntungan pemiliknya selain dari pada melihatnya?”
(Pkh.5:10). Sudahkah Anda memiliki dan memelihara warisan iman? Sudahkah anda
mewariskannya kepada anak cucu kita? Setiap manusia yang tidak mewarisi dasar
iman, dipastikan banyak salah jalan. Tidak akan pernah sampai ke tujuan
kebahagiaan yang sesungguhnya.
Kedua: Warisan Kejujuran.
Dunia kita sekarang ini memang bermasalah soal kejujuran. Sikap
yang tidak jujur akan sulit membedakan batas mana hak milik pribadi dan mana
hak milik orang lain. Sulit menghargai kepemilikan orang lain. Atau juga
kelebihan orang lain. Semua mau diklaim menjadi milik sendiri untuk memperkaya
diri sendiri. Mana ada orang yang tidak jujur memiliki rasa takut akan Tuhan. Mana
ada orang yang tidak jujur dapat dengan baik bersyukur. Yang ada hanyalah sikap
yang pelit, sulit berbagi. Sikap yang tidak jujur akan melahirkan mental
koruptor! Mengambil milik orang lain, milik negara, atau apa saja secara tidak
jujur. Ya, yang ada hanyalah keserakahan
membabi buta. Pusat kebahagiaannya semata-mata hanya pada harta, pada apa yang
didapatkan, bukan pada memberi dan berbagi. Padahal Alkitab memberitahukan
rumus kebahagiaan: “Adalah lebih
berbahagia memberi dari pada menerima.” (Kis.20:35). Warisilah sikap yang
jujur, karena hanya orang yang jujurlah yang dapat sungguh-sungguh berbahagia.
Ketiga: Warisan Spirit Kehidupan.
Spirit kehidupan adalah semangat hidup. Motivasi untuk
berjuang. Orang yang memiliki spirit hidup, tidak tergantung dari belas kasihan
orang lain. Apalagi bila hanya bergantung dari harta warisan! Dia lebih merasa
bahagia dengan setiap tetes keringat hasil perjuangan sendiri. Seorang Kristen yang
memiliki spirit kehidupan pernah mengungkapkan isi hatinya: “Bagi saya, pantang
berebut soal warisan. Toh pun saya tidak mendapat bagian, bagi saya tidaklah
menjadi persoalan. Pantang berbangga karena warisan orang tua. Saya lebih
bangga bila dapat mencari sendiri dan mendapatkan, toh tanpa warisan dari orang
tua segala”. Wah…wah…wah… Orang seperti ini yang perlu diacungi jempol. Spirit
hidup yang perlu kita teladani. Semangat kerja keras untuk mendapatkan hasil. Mental
hidup seperti ini yang perlu kita miliki dan wariskan! Spirit hidup yang
demikian menjadikan orang mampu merasakan arti sebuah perjuangan. Dapat
dipercaya serta mampu mensyukuri segala nikmat yang Tuhan berikan. Jiwanya
tentu melimpah dengan tulus untuk berbagi, rasa senasib-sepenanggungan. Pribadi
yang tangguh tanpa sungutan di kancah badai kehidupan! Bukan bermanja-manja
menunggu hasil berbagi warisan orang tua segala. Amin!
(Pdt.Kristinus Unting, M.Div)