Renungan GKE

Selasa, 26 November 2013

IMAN, PENGHARAPAN, DAN KASIH



I Petrus 1:1-12

Menurut Alkitab, bahwa seorang Kristen sejati itu harus memiliki tiga faktor penting dalam kehidupannya, yaitu: Iman, pengharapan , dan kasih. Tiga hal tersebut adalah merupakan theological virtue atau kebajikan ilahi. Kebajikan Ilahi inilah yang memampukan orang percaya dapat berbuat sesuai dengan moralitas yang dituntut oleh Yesus, sehingga dapat menjadi anak-anak Allah. Tiga hal ini bersifat supernatural, yang juga menjadi landasan untuk kebajikan kehidupan, yang terdiri dari: kebijaksanaan (prudence), keadilan (justice), keberanian (fortitude), penguasaan diri (temperance). "Iman" adalah sesuatu yang luar biasa, sesuatu yang mengandung kuasa! Melalui iman banyak perkara besar yang dapat dilakukan, bahkan perkara-perkara yang di luar jangkauan nalar kewajaran kita sebagai manusia. Betapa tidak? Baca saja peristiwa-peristiwa besar yang terjadi seperti dicatat dalam Alkitab tentang tindakan Musa, orang Israel, peristiwa runtuhnya tembok Yerikho, bahkan tindakan Rahab sampai ia diselamatkan (Ibr. 11:28-31). Ya, itulah kuasa iman. Iman, melalui mana kuasa Allah dinyatakan!

Iman memegang peranan penting dalam kehidupan orang percaya. Rasul Paulus sendiri menyatakan: "Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah." (Ibr. 11:6a). Bahkan, Yesus sendiri menegaskan: "Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana,-maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu." (Mat.17:20b). Ya, itulah kuasa iman! Mengapa iman dapat melakukan kemampuan yg begitu besar? Oleh karena kuasa iman membuat orang yg dikuasainya lebih besar dari kenyataan orang yg dikuasainya. Kuasa iman membuat orang percaya tidak lagi terbatas pada dirinya sendiri. Ia membuat orang percaya berani mengharapkan hal2 yg lebih besar dari kemampuannya yg sebelumnya. Hanya orang yg sungguh2 berimanlah yg berani mengharapkan hal2 besar dan menghasilkan karya2 besar bagi kemuliaan Tuhan. Pertanyaannya sekarang adalah: Apakah kita orang Kristen yg sungguh-sungguh beriman? Jawabnya tentu saja, sejauh mana iman itu menjadi bagian yg integral dalam kehidupan kita. Hanya dengan cara demikianah memampukan orang percaya menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan, memberikan keyakinan bahwa kita dimampukan untuk lebih kuat dari goncangan-goncangan hidup kita dan keluar sebagai pemenang!

Lalu tentang “pengharapan”? Pengharapan adalah salah satu faktor yang penting dalam hidup. Bayangkan jika kita tidak punya harapan, tidak punya mimpi, tidak punya cita-cita, lalu apa yang mau kita raih dalam hidup ini? Pengharapan adalah keyakinan bahwa masalah-masalah yang ada tidak akan berlangsung selamanya. Kayakinan bahwa luka-luka batin kita akan dipulihkan dan masalah-masalah akan diatasi.Pengaharapan adalalah keyakinan bahwa Tuhan memberikan kekuatan untuk membawa kita keluar dari kegelapan menuju kepada terang. Pengharapan tertinggi semua manusia adalah keinginan untuk mencapai surga, kehidupan kekal, persatuan dengan Allah. Dan setiap manusia mempunyai harapan akan kebahagiaan sejati yang telah ditanamkan dalam setiap hati manusia. Pengharapan adalah suatu keinginan hati berdasarkan iman.

Tanpa iman, maka manusia tidak akan mempunyai pengharapan dan kasih yang sejati. Pengharapan membuat manusia mampu bertahan menanggung segala macam penderitaan dan kesulitan hidup, karena berharap akan kehidupan kekal di surga. Pengharapanlah yang membuat manusia dapat berdiri tegak di tengah-tengah badai kehidupan bahkan dapat melakukan kasih. Dapat dikatakan bahwa Pengharapan adalah pra-syarat yang membuat kita hidup.Yang membuat orang bisa bertahan hidup adalah pengharapan. Modal utama hidup kita adalah pengharapan. Kita berpengharapan selama kita hidup, dan kita hidup selama kita berpengharapan.

Disamping iman dan pengharapan, ada satu faktor penting lainnya, yaitu Kasih. Dalam 1 Kor 13:13, dikatakan bahwa “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih“. Tiga hal di atas merupakan theological virtue atau kebajikan ilahi, dimana kasih adalah yang terbesar dan mengarahkan iman dan pengharapan. Ketiga faktor inilah yang memampukan orang percaya dapat berbuat sesuai dengan moralitas yang dituntut oleh Yesus, sehingga dapat menjadi anak-anak Allah.Tiga hal ini bersifat supernatural, yang juga menjadi landasan  kebajikan, yang terdiri dari: kebijaksanaan (prudence), keadilan (justice), keberanian (fortitude), penguasaan diri (temperance).

Kasih mengarahkan iman dan pengharapan. Iman tanpa kasih kepada Tuhan akan berakhir dengan iman yang mati (1 Kor 13:3), karena kasihlah yang menyebabkan seseorang dengan penuh sukacita untuk mau belajar tentang Tuhan dengan lebih lagi setiap hari. Kasih juga yang membuat kita dengan penuh kesediaan dan sukacita melayani sesama kita. Harapan tanpa kasih kepada Tuhan adalah sia-sia (1 Kor 13:3). Kasih kita kepada Tuhanlah yang menyebabkan kita terus berharap akan persatuan dengan Tuhan di tengah-tengah setiap penderitaan dan kesulitan yang kita alami. Harapan yang mati hanya berharap demi kesenangan pribadi, namun harapan yang dilandasi kasih membuat kita bersedia berkurban untuk orang yang kita kasihi, demi kasih kita kepada Tuhan. Dan ini yang menyebabkan kita turut bersukacita dalam setiap penderitaan dan kesulitan karena kita berpartisipasi dalam penderitaan Kristus.

Saudara, Maxmilian Kolbe adalah seorang tokoh Kristen pada jamannya adalah contoh bagi kita dalam hal iman, pengharapan dan kasih. Pada bulan Februari tahun 1941, Maxmilian Kolbe ditangkap oleh tentara Nazi karena menolong orang-orang Yahudi melarikan diri dari teror Nazi. setelah berbulan-bulan dipenjarakan, para narapidana itu mencoba untuk melarikan diri. Bila tertangkap, para narapidana yang mencoba melarikan diri akan ditempatkan dalam satu kelompok yang terdiri dari 10 orang dan dimasukkan dalam satu sel dimana mereka dibiarkan mati kelaparan. Hal itu dilakukan untuk menghentikan para narapidana lain yang akan mencoba melarikan diri. Beberapa narapidana tertangkap dan dipanggil satu persatu namanya. Tibalah seorang Yahudi dari Polandia yang bernama Frandiskek Gasovnachek. Ia menangis dan berkata: "Tunggu, aku mempunyai istri dan anak-anak," Kolbe maju ke depan dan berkata: "Aku akan menggantikan dia." Kolbe diarak menuju satu sel bersama 9 orang lainnya. Ia hidup sampai tanggal 14 Agustus. Tentara Nazi lalu membunuhnya dengan suntikan dan mengkremasikan tubuhnya.

Kisah ini ditayangkan di televisi beberapa tahun yang lalu. Pada waktu itu Gasovnachek berumur 82 tahun dan berlinang air mata. Satu kamera mengikutinya berjalan di rumahnya yang berwarna putih. Ia berjalan menuju satu monumen yang dihiasi dengan bunga. Di batu monumen itu tertulis "In memory of Maximilian Kolbe. He died in my place." Sejak tahun 1941, setiap hari Gasovnachek hidup dengan kenangan: "Aku hidup karena seseorang mati menggantikan aku." Setiap tahun pada tanggal 14 Agustus ia pergi ke Auschwitz untuk memperingati Kolbe. Seperti itulah yang dilakukan oleh Yesus untuk kita. Ia mati menggantikan kita supaya kita beroleh hidup. Iman, pengharapan, dan kasih yang dipunyai Kolbe dapat menyelamatkan orang lain. Begitu juga kita, dapat memberitakan Yesus dan orang diselamatkan melalui kita.

Petrus menulis surat ini untuk menguatkan orang percaya yang dalam penderitaan agar tetap teguh dalam iman (5:12). Ia mengingatkan kita semua pada kemuliaan iman dan pengharapan di dalam Kristus, yang akan menjadikan kita memandang rendah penderitaan yang kita alami itu. Petrus juga mengingatkan penderitaan Yesus yang harus diteladani, dan mendorong kita sebagai orang percaya untuk siap menderita karena melakukan kehendak Allah, bukannya karena melakukan kejahatan; dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, sebaliknya menyerahkan diri pada keadilan Allah (4:14-19). Kasih mengarahkan kita kepada Tuhan, sedangkan iman dan pengharapan mengarahkan kita kepada kesempurnaan kehendak Tuhan.

Iman memberikan kita kesempurnaan akal budi (iman adalah kegiatan akal budi) dan pengharapan menyempurnakan keinginan kita (harapan adalah kegiatan keinginan) akan kehidupan kekal di surga. Atau dengan kata lain, bahwa pengharapan adalah tujuan iman dan Kasih adalah tujuan akhir, namun iman dan pengharapan merupakan cara. Sama seperti cara melayani tujuan akhir, maka iman dan pengharapan melayani kasih. Kasih adalah abadi. Kasih akan terus ada sampai selama-lamanya, yang memuncak di dalam persatuan abadi dengan Allah di surga, dimana kita dapat mengasihi Tuhan sebagaimana adanya Dia dan berpartisipasi secara penuh dalam kehidupan Tritunggal Maha Kudus. Iman, yang merupakan dasar dari harapan yang tidak kita lihat, namun dengan  iman dan pengharapan kita dapat meyakini suatu saat nanti melihat Tuhan muka dengan muka dalam kemuliaan sorga. Itulah kerinduan semua orang percaya, merindukan suatu yang baik tentang masa akan datang, karena di surga kita akan mencapai tujuan akhir, yaitu kebahagiaan kekal. AMIN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar