Renungan GKE

Jumat, 20 Juli 2012

APA SIH SEBENARNYA MINYAK URAPAN ITU?


Keluaran 30:22-33

Apa sih sebenarnya “minyak urapan” itu? Dan kenapa “barang” yang satu ini seolah laris manis di pasaran?! Bahkan yang lebih ekstrim, ada yang menjadikannya semacam “merek dagang” untuk gerejanya?! Ada yang mengatakan bahwa “minyak urapan” adalah semacam minyak suci (ada ayatnya kata mereka), dan terbukti punya khasiat luar biasa, baik untuk penyembuhan penyakit, mengusir setan, rumah tidak kemalingan bila dioleskan di tiap sudutnya. Mobil jemaat pun dioles “minyak urapan” biar tidak mengalami kecelakaan. Bahkan akan mendapat kemurahan rejeki bila dioleskan! Oh, ya...! Maklum, karena “minyak urapan” itu berasal Tuhan. Pasti besar khasiatnya, tentu saja! Demikian kata mereka! Memang dalam Alkitab, khususnya Perjanjian Lama, “Minyak urapan” adalah minyak kudus yang diperintahkan langsung oleh Allah sendiri kepada Musa untuk dibuat dan digunakan dalam rangka kepentingan khusus!

Terlepas dari soal pro dan kontra, mari kita melihat dalam Alkitab, apa sih sebenarnya “minyak urapan” itu? Menurut Alkitab, khususnya Perjanjian Lama (PL), “hak paten” untuk membuat minyak urapan yang kudus itu hanya diberikan kepada Musa dan ahli-warisnya. Orang biasa tidak diperbolehkan membuat minyak urapan yang sama. Bahkan orang biasa yang ketahuan membuat minyak yang sama, dan yang mengoleskannya kepada benda atau manusia diluar dari yang telah ditetapkan oleh Tuhan, akan diancam dengan hukuman “dilenyapkan dari antara bangsa Israel” (ay.33).

Peraturan Tuhan ini tentu saja berlaku bagi gereja atau para hamba-Nya yang ada di Indonesia ini! Karena itu, jika ada pribadi atau kelompok orang yang mengaku-ngaku sebagai pemegang “hak paten” dari “minyak urapan” dan menganggap memiliki semacam ada kekuatan mujizat yang tersimpan, perlu dipertanyakan! Apakah “minyak urapan” sungguhan atau minyak urapan “ecek-ecek” alias bukan minyak urapan yang kudus?! Umat percaya memang perlu kritis dalam menyikapi suatu fenomena rohani, namun harus benar-benar berlandaskan pada "ajaran yang sehat". Pengertian ajaran yang sehat disini adalah pemahaman kita akan Firman Tuhan yang benar itu sendiri yakni Alkitab.

Dalam Keluaran 30 ayat 22 s/d 33 diatur tatalaksana pembuatan dan pengaturan penggunaannya sesuai dengan petunjuk dari Allah sendiri. “Minyak Urapan Yang Kudus” itu adalah: mur tetesan sebanyak 500 syikal, dicampur minyak kayu manis 250 syikal, dicampur tebu (atau mungkin, cairan tanaman yang menyerupai tebu) 250 syikal, kayu teja (atau mungkin, cairan kayu teja) 500 syikal, dan akhirnya dicampur minyak zaitun 1 hin. Secara ritual “minyak urapan” digunakan untuk melantik imam, raja, dan nabi, serta meresmikan pemakaian benda-benda tertentu untuk digunakan dalam ibadah kemah suci seperti untuk mengurapi tabernakel ("'OHEL"), peralatan/perkakas ("KELÎ", 'furniture/vessel'), mezbah ("MIZBÊAKH", 'altar'), bejana ("KÎYÔR", 'laver'), dan para imam ("KOHEN", 'priest'), tidak boleh digunakan untuk orang awam.

Arti 'minyak' dalam Perjanjian Lama (PL) dan Perjanjian Baru (PB) berbeda. Dalam PL minyak itu adalah alat kudus untuk mengurapi dan mentahbiskan Bait Allah atau para Imam/Raja, sedangkan dalam PB minyak hanya alat bantu sebagai lambang dalam proses penyembuhan. Yesus dalam Perjanjian Baru (PB) tidak mengajarkan minyak urapan karena dalam PB peran 'Minyak Urapan' sudah digantikan oleh Roh Kudus dan dilakukan oleh Tuhan Allah sendiri (Luk.4: 18;Kis.10:38;IYoh.2:20).

Dalam Alkitab Perjanjian Baru (PB), kita tidak menemukan istilah 'minyak urapan'. Namun firman Tuhan berkata bahwa kalau ada yang sakit maka penatua mengoleskan minyak (Yakobus 5:13). Tetapi minyak yang dimaksud di sini bukanlah minyak urapan seperti di Keluaran 30, tetapi minyak untuk kesembuhan orang sakit. Minyak yang digunakan adalah minyak biasa, "ελαιον-ELAION" tanpa keterangan apa-apa, sedangkan tindakan "mengoles", "mengurapi" menggunakan kata "αλειψαντες-ALEIPSANTES" dari kata "αλειφω”-ALEIPHÔ" bukan χριω-KHRIÔ". Kata "αλειφω-ALEIPHÔ" tidak digunakan untuk hal-hal religius (Matius 6:17, Markus 6:13, 16:1; Lukas 7:38, 46; Yohanes 11:2, 12:3). Sedangkan, kata χριω-KHRIÔ" digunakan untuk hal-hal yang religius (Lukas 4:18; Kisah Para Rasul 4:27, 10:38; 2 Korintus 1:21; dan Ibrani 1:9).

Lalu bagaimana tentang penyembuhan orang sakit dengan “minyak urapan” yang seolah menjadi trend masa kini? Dalam PB memang ada ayat yang menunjukkan soal “minyak” yang digunakan dalam penyembuhan (Mrk.6:13;Yak.5:14) tetapi berkali-kali disebutkan bahwa yang menyembuhkan adalah Tuhan yang diterima dengan doa & iman (Yak.5:15). “Pengurapan” di dalam Perjanjian Baru digunakan dengan cara yang berbeda karena Yesus merupakan penggenapannya. Hanya ada satu Imam Besar bagi umat Kristen yang percaya yaitu Yesus Kristus. Dialah Pribadi yang mengurapi umat Allah melalui Roh Kudus. Penggunaan “minyak” (bukan minyak urapan?) dalam Perjanjian Baru hanya sebagai “media” saja untuk menyalurkan tenaga (kuasa) Allah untuk menyembuhkan (Bdk Markus 6:7,13). Dan minyak tersebut bukanlah disebut “minyak urapan”.

Kita sebagai gereja atau para hamba-Nya bukanlah pemegang “hak paten” dari “minyak urapan”. Kita keliru besar bila mempraktekkan dan menjadikan “minyak” biasa seolah “minyak urapan” sebagai kekuatan suatu mujizat yang bisa digunakan sewaktu-waktu di rumah, di mana saja, oleh siapapun untuk kebutuhan apapun. Karena jelas tidak sesuai dengan ajaran PL maupun PB dan melecehkan peran karya penebusan Kristus dan karya pengudusan Roh Kudus, dan mau menggantinya dengan khasiat jimat “minyak urapan”. Allah tidak harus menyembuhkan orang sakit hanya memakai media minyak saja. Kita tidak boleh mengklaim mujizat Allah hanya dengan minyak, karena hal tersebut dapat terjebak (terjerat) kepada praktek penyembahan berhala, perdukunan dan okultisme (sihir).

Sebagai warga jemaat, tak perlu cari sana- sini sampai pindah gereja hanya sibuk urusan mengejar “minyak urapan” sampai lupa cari Tuhan yang sebenarnya! Kita mesti terus belajar, supaya segala mujizat yang kita terima sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Pengetahuan kita akan Firman Tuhan harus bertambah dan bertumbuh berdasarkan Firman Tuhan yang benar. Itu mesti menjadi fondasi yang kuat bagi kita anak-anak Tuhan supaya iman kita tidak mudah diombang-ambingkan oleh berbagai macam bentuk ujian di akhir jaman ini. AMIN! *(KU).

2 komentar:

  1. Setuju Pak Kristinus, yg inti bukan lah minyak urapan tetapi kuasa dari iman & doa kepada Tuhan.
    Mgkn jaman PL dulu, minyak dipakai sebagai simbolis pemberkatan pada acara keagamaan.
    Untuk jaman sekarang, yg bisa dipakai untuk membantu kesehatan yaitu minyak kayu putih, minyak tawon, dsb :-)
    Gbu

    BalasHapus