Renungan GKE

Rabu, 25 Juli 2018

MUJIZAT: BUKTI ALLAH YANG HEBAT!



Yohanes 6:25-40

Sebagai orang beriman, tentu kita percaya adanya mujizat. Mujizat itu memang nyata. Sesuatu yang luar biasa. Sesuatu yang datang dari Allah yang Maha kuasa. Mujizat itu sendiri adalah hak prerogatif Allah, milik Allah. Sebagai tanda kemahakuasaan Allah. Selama Tuhan masih ada, mujizat masih selalu berlaku. Bila ada manusia yang berkata bahwa zaman mujizat sudah berlalu, pastilah manusia itu sudah ‘tak waras’, karena bila mujizat tak ada, berarti Tuhan juga tidak ada. Mujizat selalu tersedia bagi orang yang percaya kepadanya! Alkitab sendiri berbicara tentang mujizat dan 25% isi Alkitab adalah mujizat. Tentang sesuatu yang luar biasa. Sesuatu yang di luar jangkauan kita sebagai manusia. Sesuatu yang disebut mujizat!
Dalam Alkitab (PL) banyak tercatat mujizat, Tongkat Musa bisa jadi ular (Kej.7:8-12), sepuluh tulah (Kel.7:14-11:10, manna dan burung puyuh (Ke1,16:11-22), air dari gunung batu (Kel.17:8), Naaman sembuh dari sakit kusta (II Raja-raja 5:1-19), minyak seorang janda (II Raj. 4:l-7 ). Dalam Alkitab (PB) juga terdapat banyak mujizat. Air menjadi anggur (Yoh.2:1-12), orang buta disembuhkan (Mrk.8:22-26 ), angin ribut diredakan (Mat. 8:23-27 ), anak seorang perempuan Kanaan dirasuk setan disembuhkan (Mat.15:21-28), Lazarus dibangkitkan (Yoh.11:1-45).
Pernahkah saudara mengalami mujizat dalam kehidupan saudara? Mungkin pernah. Atau, mungkin juga tidak pernah! Tidak sedikit kesaksian dari mereka yang pernah mengalami mujizat. Mereka bersyukur kepada Allah yang luar biasa. Memuji dan bersaksi bagi kemuliaan-Nya, di sepanjang kehidupan mereka. Namun tidak jarang pula pengalaman mereka-mereka yang tidak mengalami mujizat. Walau pun sudah berdoa atau didoakan atau ikut KKR segala macam. Tidak heran, bila ada yang sampai kecewa karena tidak mendapatkannya!
Saudara, di suatu jemaat pernah terjadi anggotanya yang kecewa. Soal mujizat tentu saja! Ketika orang tua mereka dalam keadaan sakit parah. Sebagai anggota jemaat yang setia dan percaya, tentu mereka juga percaya mujizat. Mereka meminta pelayanan. Supaya didoakan oleh Pendeta dan pelayanan, Perjamuan Kudus juga diminta. Doa kesembuhan dilakukan, Perjamuan Kudus pun dilaksanakan. Tetapi apa dinyana, tak lama berselang, orang tua kekasih mereka tutup mata untuk selama-lamanya. Bayangkan, betapa berduka, luluh dan kecewanya mereka. Mengharapkan mujizat, yang datang malah malaikat segera menjemput pulang!
Barangkali muncul pertanyaan di hati kita: “Kenapa mujizat ada yang bisa terjadi dan ada juga yang tidak terjadi?!” Inilah alasannya yang pasti! Mujizat bukanlah cara Allah yang utama. Bukanlah tujuan Allah yang utama. Tujuan Allah yang utama adalah bagaimana supaya manusia mengenal Allah. Supaya manusia tidak hilang tetapi berolehleh keselamatan. Dalam ayat ke 39 dan 40 Yesus sendiri berkata: “Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada Akhir zaman. Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.”
Yesus datang ke dalam dunia bukanlah dijadikan alat penjaja mujizat! Tujuan Yesus yang utama adalah bagaimana mengobati manusia dari luka-luka dosa dan supaya manusia masuk sorga. Bukan supaya manusia menikmati mujizat tetapi tidak selamat. Mujizat hanyalah tanda semata. Sebagai tanda kemahakuasaan Allah melalui mana hendak menegaskan kepada manusia, bahwa Yesuslah satu-satunya jalan yang ditetapkan bila manusia ingin selamat. (ay. 29).
Saudara, kita memang tidak boleh meremehkan mujizat. Mujizat memang bisa terjadi dan mujizat itu nyata. Sebagai tanda kemahakuasaan Allah. Tergantung dari Allah dan Allahlah yang menentukan. Bukan oleh hebatnya doa-doa kita. Yesus banyak membuat mujizat. Tetapi tidak setiap hari dibuat-Nya roti jadi banyak. Tidak setiap waktu yang buta disembuhkan-Nya. Dan tidak setiap kali Lazarus mati dibangkitkan-Nya. Bahkan ada saat-saat Yesus tidak me lakukan mujizat sama sekali! Atas tantangan iblis: “Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti”, ketika berpuasa 40 hari 40 malam. Yesus malah menampik: “Ada tertulis, manusia hidup bukan dari roti raja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” (Mat.4:4). Ketika para ahli Taurat dan orang Farisi meminta tanda (mujizat), Yesus malah berkata: “Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda sela¬in tanda nabi Yunus.” (Mat. 12:39).
Yesus malah mengecam orang yang baru percaya setelah melihat mujizat. Yesus mengecam orang-orang yang mau mengeksploitasi mujizat guna memenuhi keinginan-keinginannya. Terhadap orang-orang seperti iini, Yesus pun mengingatkan: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.” (ay.26). Saudara, kenapa mujizat bisa terjadi dan bisa juga tidak terjadi? Bila terjadi, itu artinya bahwa, memang Allah pemilik mujizat secara absolut, yang berkuasa, tak dapat diganggu gugat oleh apa pun atau oleh siapa pun! Bila tidak terjadi, karena memang Yesus bukanlah semacam “sangumang” (roh halus pemberi rejeki dalam istilah orang Dayak Ngaju) atau jongos (pembantu) yang selalu siap membantu kapan saja namanya dipanggil dan disebut! Jika ini yang terjadi berarti kitalah yang menjadi majikan sekarang dan Allah hayalah pelayan yang sewaktu-waktu siap membantu keperluan.
Apabila kita mengalami mujizat atau sebagai orang yang dipakai Allah untuk melakukan mujizat, bersyukurlah. Sebab Allah mau memakai hidup kita untuk menolong orang lain supaya percaya dan beroleh keselamatan. Bukan untuk kepentingan pribadi. Mempopolerkan nama pribadi atau merek-merek gereja segala. Apabila tidak mengalami mujizat? Janganlah cepat-cepat kecewa. Barangkali Tuhan memberikan sesuatu yang jauh lebih penting dan berharga dari hanya sekedar mujizat untuk kita. Karena memang, tugas para Hamba Tuhan atau pun gereja yang terutama bukanlah hanya penjaja mujizat! Tetapi memberitakan kebenaran fiiman Tuhan supaya manusia mengenal kebenaran dan diselamatkan. Tugas gereja juga adalah mengabdi dan berjuang untuk membangun dunia ke arah yang lebih damai dan sejahtera. Sampai ke titik nadir terdalam keterpurukan kemanusiaan. Sampai ke titik-titik nadir ketidakberdayaan, ketidakadilan dan pelecehan kemanusiaan, sebagaimana Kristus yang benar-benar membebaskan. Yang nyata-nyata juga diperlukan.
Perlu juga diingat, bahwa tugas orang Kristen yang utama bukanlah sebagai “Kristen pemburu mujizat.” Cari mujizat minta jabatan, umpama! Atau hanya cari jiwa-jiwa tapi yang tak mampu berikan lowongan kerja bagi mereka! Karena itu, adalah suatu sikap Kristen yang kekanak-kanakan apabila hanya sibuk memburu mujizat. Lari dari Pendeta A, cari Pendeta B. Lari ke gereja sini, lari ke gereja sana, lari lagi gereja yang lebih kesananya lagi. Hanya sibuk urusan mujizat, sampai lupa cari selamat! Padahal yang terpenting, seperti kata Yesus: “Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal.” (ay. 27). AMIN.*(KU)

Kamis, 05 Juli 2018

KENAPA YESUS DITOLAK DI NAZARET? KENAPA HANYA TONGKAT DAN ALAS KAKI?



Markus 6:1-13

Kenapa Yesus ditolak di Nazaret? Kenapa orang-orang sekampung-Nya sendiri tidak menerima pengajaran Yesus ketika mengajar di rumah ibadat? Padahal, bukankah pengajaran-Nya penuh hikmat dan membuat orang banyak hingga terkagum-kagum heran? Bukankah Yesus juga begitu banyak membuat mujizat di tempat lain dan tentu mereka juga telah mendengarnya? Tapi kenapa di kampung halama-Nya sendiri Dia ditolak? Bila kita telusuri dengan saksama, maka inilah beberapa alasanya.

Mengutip sebuah buku berjudul “Zealot: The Life and Times of Jesus of Nazareth” tulisan Reza Aslan keturunan Persia, seorang profesor penulisan kreatif di University of California, Riverside, terbit pada 16 Juli 2013, mengatakan bahwa: “Yesus berasal dari desa bernama Nazareth dan berasal dari keluarga tekton, artinya bahwa Dia berasal dari kalangan yang paling miskin di antara yang miskin." Tanpa kecuali, itu berati juga berlaku untuk keluarga Yusuf dan Maria keluarga si tukang kayu penduduk Nazaret, juga saudaranya Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon para buruh nelayan waktu itu.

Mereka menyangsikan keberadaan Yesus sebagai sang pembebas dari Allah karena menganggap Yesus itu bukan keluarga “keraton” tetapi keluarga “tekton”. “Keraton” dan “Tekton” itu layaknya seperti langit dan bumi bedanya. “Keraton” adalah suatu istilah sebutan bagi golongan bangsawan, para konglomerat, orang-orang terpandang, terdidik dan terhormat! Sedangkan “Tekton”? Apalagi kalau bukan suatu istilah untuk sebutan bagi kaum bawahan, terpinggirkan, golongan orang miskin dan melarat, buta huruf dan tak terdidik. Apa iya Dia ini (Yesus) yang berasal dari keluarga tak berpendidikan di dusun terpencil bernama Nazareth dapat mengajarkan tentang kebenaran kerajaan Allah? Apa iya, hikmat dan mujizat yang dilakukan-Nya itu berasal dari Allah? “Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?” (Ay.3a)?

Kemarahan mereka semakin menjadi-jadi manakala Yesus menyatakan bahwa Roh Tuhan ada pada-Nya, mengklaim diri-Nya sebagai sang pembebas yang diutus dari Allah, yang menggenapi nubuat dalam kitab nabi Yesaya untuk menyatakan tahun rahmat Tuhan. Dengan kata lain Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Allah itu sendiri. Dapat saudara bayangkan! Karena bagi orang Yahudi itu dianggap dosa besar! Melanggar Hukum Taurat perintah pertama, karena telah menyekutukan diri-Nya dengan Allah itu sendiri. Apa iya Yesus si Tukang kayu ini dapat menjadi pembebas bagi kita terhadap penjajahan Romawi yang bertangan besi? Demikian bila kita menyimak informasi dari konteks nas yang sejajar (Lukas 4:18-21).

Kemarahan mereka sampai pada titik puncak, manakala rasa ketersinggungan atas ucapan Yesus. Mereka ditempelak Yesus terang-terangan atas dosa ketidakpercayaan dan penolakan atas diri-Nya yang berarti mereka juga menolak Allah yang menyatakan kasih kepada mereka. Mereka kecewa terlebih karena Yesus tidak mau memperlihatkan satu kuasa mujizat pun ditempat mereka, karena Yesus tahu kedegilan hati mereka.

Di sini kita melihat ketika manusia hanya berpatokan pada anggapan kebenaran pada dirinya sendiri sebagai klaim satu-satunya kebenaran, sehingga diluar dari itu semua dianggap tidak ada yang benar. Hanya mencari kesalahan dan kekurangan dari orang lain, tetapi tidak pernah dengan rendah hati melihat kekurangan diri sendiri. Disini juga kita melihat kekerasan hati manusia ketika tidak bisa membuka diri untuk menerima kritik atau masukan untuk pertobatan dan pembenahan diri. (Ay.3b-5).

Walau ditolak, kerajaan Allah tidak pernah gagal. Berita tentang pertobatan, keselamatan dan kasih Allah terus dinyatakan. Berkat bagi yang menerima dengan kerendahan hati dan sukacita, tetapi tentu kutuk bagi yang menolak karena kesombongan dan kekerasan hati. Karenanya, Yesus pun berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar. Kerajaan Sorga bukan makin kecil, walau dihambat tapi malah semakin merambat. Untuk itulah Yesus memilih 12 murid dan mengutus mereka berdua-dua serta melengkapi mereka dengan kuasa atas roh-roh jahat (Ay.6b-7).

Kenapa diutus berdua-dua? Itulah maknanya penting kerjasama. Saling menguatkan, bahu-membahu, tolong menolong dalam suka maupun duka. Kenapa berdua-dua? Karena mereka adalah para penyaksi, bila ajaran menyimpang ada yang mengingatkan. Bila yang satu lemah, ada yang menguatkan. Dan juga, dalam perkara hukum juga berlaku, dua orang adalah batas minimun suatu kesaksian dinyatakan benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Bukan kesaksian yang ngawur dan tak dapat dipertanggungjawabkan!

Dalam pengutusan ke-12 orang murid pun Yesus memberikan patokan standar yang unik. Jangan membawa apa-apa. Jangan bawa roti, uang dalam ikat pinggang pun jangan, baju boleh hanya satu kering dibadan. Kecuali tongkat dan alas kaki! (Ay.8-9). Patokan standar ini perlu dipahami dengan benar, karena tidak jarang ayat ini ditafsirkan secara konyol. Bahkan secara ekstrim sering dijadikan dasar untuk mendiskreditkan para pemberita Injil dan para hamba Tuhan. Bahwa para pemberita Injil atau para Hamba Tuhan jangan memikirkan soal harta, jangan memikirkan uang untuk biaya perkuliahan anaknya. Tentu bukan seperti ini yang Yesus maksudkan.

Kenapa tidak boleh mebawa apa-apa? Karena banyaknya bawaan akan menjadi beban sehingga sulit bisa sampai ke tujuan. Yesus menghendaki para murid harus fokus pada tujuan. Serius dan mengutamakan kerja pelayanan. Bukan sebaliknya. Berbeda dengan cara dunia, menomorsatukan tuntutan, tapi kerja malas-malasan. Toh tidak membawa perbekalan, bukan berarti selamanya tidak mendapat apa-apa. Karena yakinlah bila sungguh-sungguh fokus pada tugas yang diemban maka siapa saja yang menerima dengan sukacita Injil yang diberitakan, Tuhan pun punya cara untuk menggerakan tanggungjawab iman mereka untuk mendatangkan berkat mensejahterakan kepada para utusan Tuhan yang diutus kepada mereka (Ay.10-11).

Kenapa tongkat yang paling diutamakan? Karena itulah yang paling dibutuhkan. Tongkat akan menolong menopang meringankan beban tubuh ketika mendaki perbukitan atau menuruni lembah dalam perjalanan. Tongkat juga berfungsi untuk keamanan, menghalau setiap gangguan atau binatang buas yang merintangi perjalanan! Tidak kalah penting, tongkat adalah simbol rasa ketergantungan sepenuhnya kepada Tuhan. Keyakinan sepenuhnya akan penyertaan Tuhan. Bukan hidup melulu hanya kekuatiran. Tidak kurang pemazmur menggambarkan: “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.” (Mzm.23:4).

Kenapa hanya alas kaki yang boleh dikenakan? Karena selain tongkat, alas kaki sangat penting dalam perjalanan. Ketika melewati jalan kerikil tajam. Atau melintasi jalan yang penuh onak duri supaya bisa dilewati. Yesus mengindikasikan aktivitas yang bergerak kepada para murid. Bukan duduk manis sambil baca koran sambil kaki ongkang-ongkang layaknya orang kerja di kantoran. Menunggu job atau orderan datang. Tidak! Tetapi bergerak ada di setiap pergulatan kehidupan. Di rumah sakit, di tempat panti asuhan, di tempat-tempat keterasingan, di tempat yang terabaikan butuh pendampingan, di tempat duka air mata butuh penguatan, sebuah perjalanan melalui mana kasih Tuhan dinyatakan.

Berita tentang pertobatan, keselamatan dan kasih Allah terus dinyatakan. Para murid mengusir banyak setan. Mereka juga mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan disembuhkan. Para murid menyaksikan kasih Tuhan, bukan menjadikan diri mereka “tuhan”. Para murid mengoleskan minyak sebagai sarana melalui mana kuasa Tuhan dinyatakan. Bukan jadikan minyak urapan jualan murahan kayak jimat layaknya jadi “tuhan tandingan”.

Semua itu mereka laksanakan sebagai bukti kesaksian kehadiran kasih Tuhan yang pada gilirannya menghantar orang untuk mengenal Tuhan yang benar lalu bertobat serta hidup dengan benar. Bagi para penerima anugerah keselamatan, termasuk saudara dan saya, tentu diharapkan tidak hanya terhenti sebatas hanya terkagum-kagum, sekedar mencari Yesus untuk mendapatkan tanda mujizat kesembuhan. Tetapi ambil bagian dalam tanggungjawab iman untuk bersama-sama menyaksikan kasih Tuhan di setiap pergulatan kehidupan (Ay.12). Amin!