Renungan GKE

Selasa, 02 Juli 2013

PEREMPUAN KANAAN YANG PERCAYA



Matius 15:21-28
Dia hanyalah seorang perempuan. Pada jamannya merupakan kaum marginal yang direndahkan. Entah siapa namanya, juga tak disebutkan. Maklum, dia memang bukan seorang terhormat yang namanya sering terpampang dengan huruf-huruf besar di koran dan selalu diingat! Dalam nas pun hanya menggunakan sebutan “perempuan”. Bukan itu saja. Yang lebih menyakitkan, karena dia adalah seorang Kanaan yang nota-bene orang kafir sungguhan. Tidak heran, bila orang Yahudi menjuluki mereka dengan istilah “anjing”. Suatu istilah yang kasar, najis, kotor dan sangat hina. Dapat Anda bayangkan!
Apa yang menarik dari kisah perempuan kafir Kanaan yang satu ini? Nah, ini. Dia memiliki hati yang siap “men-Tuhan-kan Kristus sebagai Tuhan”. Ketika berjumpa dengan Yesus, rasa hormat dan sapaan agung dari hatinya yang suci begitu kentara: “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud…” (Ay.22). Sungguh menakjubkan. Dia mengakui ke-Messias-an Yesus, sang pembebas dari keturunan Daud. Sebutan yang jarang diucapkan oleh seorang Yahudi sekali pun terhadap Yesus, justru datang dari seorang perempuan kafir Kanaan!
Kontras memang dengan orang Yahudi yang dianggap umat pilihan, anak kesayangan sang majikan, para Ahli Taurat, orang Farisi si umat suci, bukan kafir. Jangankan mengakui ke-Messias-an Yesus, malah Yesus dianggap penyesat yang selalu dicari cara untuk segera disingkirkan. Kontras memang, ketika dalam realita kehidupan banyak dijumpai orang-orang yang menganggap diri beriman, namun mulutnya penuh hujatan, hatinya hanyalah rancangan setan! Tak kurang, memperlakukan sesamanya seolah seperti binatang!
Iman perempuan kafir yang satu ini bukan iman abal-abal yang sekali menghadapi tantangan langsung kecewa dan mundur. Tidak! Perempuan ini datang kepada Yesus memohon pertolongan. Anaknya perempuan kerasukan setan. Ketika mengalami situasi yang tidak bersahabat, diacuhkan, ditolak, bahkan diusir, dia tetap bertahan. Bahkan ketika sebutan “anjing” diperdengarkan dan langsung ditujukan kepada dirinya, dia tidak kecewa. Entahlah ketika sebutan yang sama ditujukan kepada saudara dan saya, kepada orang-orang suci beragama.
Tidak hanya terhenti sampai di situ. Hinaan dan penolakan datang bertubi-tubi. Yesus dengan sengaja memberikan tantangan bernada penolakan untuk kesekian kali: “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.“ Cara Yesus mengungkapkanya pun sangat menyakitkan. Perempuan kafir ini seolah tak dianggap. Yesus membelakanginya dan berbicara menghadap ke arah para murid. Dapat saudara bayangkan! Namun, semakin dihina dia justru semakin mendekat dan merendah di hadapan Tuhan: “Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.“
Saudara, “beriman sejati bukan berarti mendapat apa yang saya inginkan, tetapi beriman mendapatkan apa yang Tuhan berikan.” Iman sejati dimulai dengan kerendahan hati dan kerelaan mengakui Kristus sebagai tuan di atas segala tuan. Bukan men-tuhan-kan keinginan dan Yesus hanyalah alat untuk mematuhi keinginan. Bukan! Di hadapan Tuhan perempuan ini sadar bahwa sejatinya dirinya hanyalah si kafir yang tak layak menerima apa-apa. Dia sadar dirinya bukanlah si umat pilihan layaknya si anak majikan yang layak menerima roti simbol anugerah utama. Namun dia tetap memohon belas pengasihan Tuhan. Yesus menghargai iman perempuan kafir ini dan menyembuhkan anaknya (ay.28). Saudara, hari ini apakah Tuhan menjumpai iman sejati pada kita seperti si perempuan kafir Kanaan ini? Amin!

KEBAHAGIAAN BAGI ORANG YANG MURAH HATI


Rut 4:18-22

Kemurahan hati adalah salah satu sifat seorang Rut. Kemurahan hatinya kepada mertuanya menjadi berkat baginya. Tuhan memberikan berkat kepada Rut melalui  kemurahan hati Boaz. Boaz memperbolehkan Rut untuk tetap memungut jelai di ladangnya. Boaz bahkan memerintahkan para pekerja lelakinya untuk tidak mengganggu dia (Rut 2 : 9). Bahkan Boaz memerintahkan para pegawainya untuk dengan sengaja menjatuhkan berkas-berkas jelai supaya dipungut oleh Rut (Rut 2 : 16). Rut bahkan boleh ikut makan roti bersama-sama dengan para pekerja Boaz dan minum dari tempayan-tempayan yang disediakan untuk para pekerjanya (Rut 2 : 14).

Ketika Rut menikmati kebaikan hati Boaz yang mengundang dia untuk makan bersama dengan para pegawainya, Rut teringat kepada mertuanya di rumah, sehingga ketika ia sudah makan dengan kenyang ia menyisihkan kelebihan makanan yang telah ia nikmati untuk ia berikan kepada mertuanya. Rut senang berbagi dengan orang lain yang berkekurangan. Ia tidak hanya memikirkan dirinya sendiri. Kebaikan hati Rut dan kesetiaannya kepada mertuanya Naomi dan kepada Allah Israel rupanya diketahui oleh orang-orang sehingga kesaksian yang baik itu sampai ke telinga Boaz. (Rut 2 : 11). Ini juga adalah pengaturan Allah. Kesaksian Rut ini membuat Boaz sangat terkesan.

Banyak orang tidak mau bermurah hati dan berbagi dengan alasan mereka sendiri masih hidup miskin dan dalam kekurangan. Mereka tidak mau memperhatikan orang lain karena merasa ia harus memperhatikan kepentingannya sendiri dulu. Padahal, jika kita mau bermurah hati dan berbagi meskipun kita sendiri masih berkekurangan maka kita akan menuai kelimpahan dari Allah. Itulah juga yang dilakukan oleh Rut. Jika ia tidak mau berbagi dengan alasan kemiskinannya, maka tentulah ia akan mati karena kekurangan dan kelaparan. Tetapi ketika ia tetap berbagi dalam kemiskinannya, ia mengalami mujizat dan ia terpelihara dengan sempurna selama masa kesukaran, karena Allah mempahalai kesediaannya untuk berbagi makanannya dengan ibu mertuanya Naomi. Inilah penggenapan janji Allah bahwa orang yang menunjukkan kemurahan akan mendapat kemurahan (Mat. 5:7). Amin!

PEMELIHARAAN ALLAH ATAS UMATNYA


Rut 4:1-7

Saudara, melalui nas ini kita seolah-olah dibawa untuk melihat drama empat babak sesuai  dengan pembagian pasal. Melalui lika-liku kehidupan setiap tokoh dalam kitab Rut yang digambarkan melalui gaya sastra yang menarik, menyaksikan kepada kita supaya semakin yakin bahwa Allah pasti memelihara umat-Nya, walaupun cara yang dipakai Allah tidak selalu mudah untuk kita mengerti. Daya tarik kitab ini terletak pada budaya Israel yang kental mengenai perkawinan levirat, seorang penebus (terjemahan dari kata Ibrani go’el), serta cerita dengan latar kehidupan di pedesaan. Isi kitab yang tergolong singkat untuk sebuah kisah sejarah membuat kitab ini tidak membosankan.

Kebaikan hati Rut dan kesetiaannya kepada mertuanya Naomi dan kepada Allah Israel rupanya diketahui oleh orang-orang sehingga kesaksian yang baik itu sampai ke telinga Boaz. (Rut 2 : 11). Ini juga adalah pengaturan Allah. Kesaksian Rut ini membuat Boaz sangat terkesan. Kemurahan hatinya kepada mertuanya akhirnya dipahali Tuhan dengan kemurahan hati Boaz kepada Rut. Boaz memperbolehkan Rut untuk tetap memungut jelai di ladangnya. Boaz bahkan memerintahkan para pekerja lelakinya untuk tidak mengganggu dia (Rut 2 : 9). Bahkan Boaz memerintahkan para pegawainya  untuk dengan sengaja menjatuhkan berkas-berkas jelai supaya dipungut oleh Rut (Rut 2 : 16). Rut bahkan boleh ikut makan roti bersama-sama dengan para pekerja Boaz dan minum dari tempayan-tempayan yang disediakan untuk para pekerjanya (Rut 2 : 14). Inilah penggenapan janji Allah bahwa orang yang menunjukkan kemurahan akan mendapat kemurahan (Matius 5 : 7).

Ketika Allah berkepentingan dengan hidup kita, maka Allah mulai campur tangan di dalam hidup kita. Allah mulai mengadakan “pengaturan Illahi” (divine arrangement) dalam kehidupan kita. Semua kejadian kemudian diatur Allah untuk mewujudkan kehendak-Nya melalui kehidupan kita. Tangan Allah berada di belakang semua kejadian yang terjadi dalam kehidupan kita. Tidak ada yang kebetulan lagi. Semuanya diatur bagi kebaikan kita, jika kita mengasihi Allah. Demikian juga dengan Rut. Kejadian-kejadian berikutnya yang dialami Rut adalah pengaturan Allah untuk kebaikannya dan untuk terlaksananya kehendak dan rencana Allah melalui kehidupan Rut. Rut sekarang dimasukkan Allah ke dalam agenda-Nya. Allah memiliki rencana yang khusus dan luar biasa bagi Rut di kemudian hari. Hal yang demikian juga dapat berlaku dalam kehidupan Anda dan saya. Amin!

TUHAN ADA DI BALIK PERISTIWA KEHIDUPAN KITA



Rut 3:1-18

Kisah ini harus dimengerti dari sudut pandang Hukum Taurat yang berlaku bagi umat      Tuhan pada masa itu. Melalui Hukum Taurat, Tuhan mengatur perlindungan bagi umat-Nya yang ditimpa kemalangan (Bdk. Im. 25). Misalnya, akibat panen gagal, seseorang harus berhutang menjual tanah atau bahkan diri sebagai budak. Keluarga terdekat berkewajiban menebusnya, agar kehidupannya dapat dilangsungkan. Rut memohon Boas “mengembangkan sayap” untuk melindungi keluarga mertuanya, Elimelekh dari kehancuran total (ayat 9). Dulu Elimelekh mungkin menggadaikan tanah dan ladangnya untuk lari ke Moab. Kini Rut dan Naomi janda-janda dari keluarga Elimelekh, tidak memiliki apa-apa kecuali bersandar penuh pada Tuhan, lewat belas kasih sanak keluarga yang diberkati.

Naomi, seorang ibu mertua yang bijak, mengasihi, memikirkan; bukan saja nasibnya sendiri untuk mendapatkan penerus keluarganya yang telah tiada, tetapi memperhatikan kebahagiaan Rut. Boas, bukan hanya prihatin soal ekonomi, tetapi sedemikian lembut memperlakukan Rut. Rut adalah perempuan asing, janda muda, yang perlu dilindungi. Ia perlu mendapatkan seorang suami yang mengasihi dan sekaligus menjamin masa depannya. Naomi tahu bahwa perlindu ngan maksimal akan didapatkan kalau nama keluarga Elimelekh juga bisa dipertahankan. Rut dengan taat melakukan hal tersebut.

Boas merespons dengan pernyataan siap melindungi. Puji Tuhan, apa yang dulu Boas lakukan demi keluarga Elimelekh, telah Tuhan Yesus lakukan untuk kemanusiaan seisi dunia. Yesus adalah Anak Sulung Allah yang berkurban menebus saudara-saudara-Nya. Kita, umat yang sudah mendapatkan anugerah dan kemurahan Allah dipanggil untuk saling peduli dan menolong sesama kita yang membutuhkan. Naomi, Rut dan Boas adalah tiga tokoh berwatak terpuji yang dipertemukan Allah dalam rencana-Nya. Tuhan memberkati orang-orang yang berani mengambil keputusan dengan benar dan berharap hanya pada pimpinan Tuhan. Amin!

BAGAIMANA ALLAH MENGUBAH NASIB SESEORANG?


Rut 2:1-3

Bagaimana Allah mengubah ‘nasib’ seseorang? Kita dapat mempelajarinya dari kisah kehidupan Rut. Ini bukan kisah Cinderella, ini kisah nyata! Anda dapat diberkati seperti Rut. Kitab Rut menceritakan tentang orang-orang biasa yang menghadapi masalah kehidupan yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, misalnya pindah rumah demi mencari penghidupan yang lebih baik, penderitaan karena kehilangan orang yang dikasihi, perpisahan, keputusan untuk setia pada pihak tertentu, percintaan, pernikahan, serta membentuk keluarga baru.

Semua masalah di atas biasa dialami oleh hampir semua manusia di dunia. Akan tetapi, justru dalam masalah-masalah biasa itulah pesan pro-vidensia (pemeliharaan) Allah sangat nyata dan tersirat secara jelas dalam seluruh kisah dalam kitab Rut ini. Oleh karena itu, “pemeliharaan Allah” merupakan tema utama kitab ini. Pemeliharaan Allah dinyatakan mulai dari hal-hal biasa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari manusia, dan hal itu masih terus Allah lakukan sampai hari ini.

Waktu itu adalah musim menuai dan Rut pergi ke ladang milik Boaz. Ini adalah pengaturan     Allah.  Karena Naomi sudah tua, maka Rut harus mencari nafkah untuk dapat memenuhi kebutuhannya dan mertuanya. Ia mencari pekerjaan. Rut pergi ke situ untuk memungut jelai yang jatuh di belakang penyabit-penyabit. (Rut 2 : 2). Suatu pekerjaan yang rendah. Tetapi Rut bukanlah tipe wanita yang sombong. Ia tidak merasa “turun gengsi” dengan menjadi pemungut jelai. Justru inilah celah di mana ia dapat masuk ke dalam rencana Tuhan.

Saudara, dalam kehidupan ini banyak orang yang menolak pekerjaan dengan upah yang dianggap tidak sesuai dengan titel yang disandangnya, atau membuka usaha yang kecil, padahal siapa tahu itu adalah awal dari rencana Tuhan untuk memberkati kita. Tuhan seringkali mendidik kita dalam hal kerendahan hati, supaya ketika kita diberkati kita jangan menjadi sombong. Rut orang yang rendah hati. Itu adalah hal lain dari dirinya yang dihargai Allah. Dari kisah ini sungguh menguatkan kita di saat kita menghadapi berbagai kesulitan dalam hidup karena Allah bisa memanfaatkan kesulitan-kesulitan tersebut untuk kebaikan kita dan Allah pasti akan membuat segala sesuatu menjadi indah pada waktu-Nya. Amin!

RUT: TELADAN KESETIAAN


Rut 1:1-22

Kisah Rut merupakan salah satu kisah klasik yang disukai banyak orang karena begitu mempesona dan penuturannya begitu agung. Apalagi kalau mengetahui situasi yang menjadi latar sejarah kisah tersebut, tidak dapat tidak kita akan mengagumi Tuhan, Allah Israel yang penuh dengan anugerah, belas kasih dan pemeliharaan atas umat-Nya yang tak layak menerima semuanya itu. Peristiwa ini terjadi pada periode yang disebut oleh banyak penafsir PL sebagai masa kekelaman. Masa itu adalah zaman hakim-hakim (1:1). Masa yang ditandai dengan jatuh bangunnya umat Israel dari kesetiaan mereka terhadap Tuhan dan perjanjian Sinai-Nya. Berulang kali umat Israel berzina rohani dengan menyembah dewa-dewi Kanaan yang menyakiti hati Tuhan. Tuhan menghukum mereka melalui penjajahan, penjarahan, dan penindasan bangsa-bangsa sekitar mereka.

Kisah Rut tampil bagaikan bunga yang tumbuh mekar di tengah padang gurun yang gersang. Kisah itu sendiri dilihat dari progresnya juga, bagaikan tunas hijau mencuat keluar dari batang pohon yang hampir layu. Rut memang tokoh iman di dalam kisah ini. Naomi, ketabahan dan tanggung jawabnya menonjol. Namun di balik semua ini Tuhan yang setia dan berdaulatlah yang menjadi kunci untuk mengerti tujuan kitab ini ditulis. Nas  ini mengungkapkan pemeliharaan Tuhan atas umat-Nya. Tuhan berdaulat memakai siapa saja untuk mencapai maksud-Nya ini, termasuk bangsa kafir yang dalam peraturan Taurat tidak boleh menjadi bagian dari jemaat Israel (Ul. 23:3-4). Oleh pemeliharaan Tuhan, kelak lahir Daud, raja yang diurapi, yang menjadi nenek moyang Mesias, bukan hanya untuk Israel, tetapi juga bagi bangsa-bangsa lain.

Kitab ini memperlihatkan teladan dari orang-orang yang merespons positif anugerah Allah dalam hidup mereka, dalam berbagai situasi yang tidak sepenuhnya kondusif. Rut menunjukkan kesetiaannya kepada ibu mertuanya Naomi yang juga sudah menjadi janda. Bukan hanya itu, Rut juga menyatakan kesetiaannya kepada Allahnya Naomi, yaitu Jehova, Allah bangsa Israel. Inilah yang menjadi titik awal Allah berkepentingan dengan kehidupannya. Hanya di dalam Allah kehidupan kita dapat berubah. Di luar Dia tidak ada pengharapan. Menyerahkan hidup kita kepada Allah adalah tindakan yang akan mengubahkan hidup kita secara luar biasa. Allah telah merancang masa depan yang luar biasa bagi orang-orang yang menyerahkan hidupnya kepada-Nya. Amin!

MEMUJI KEBESARAN ALLAH


Keluaran 15:1-21

Isaac Watt, pernah berkata bahwa: “orang yang menolak memuji Tuhan, berarti dia tidak pernah mengenal Allah.” Peristiwa keluarnya bangsa Israel dari Mesir adalah hal spektakuler yang tak pernah terbayangkan oleh bangsa Israel sendiri. Setelah melewati  sebuah situasi yang sangat dramatis Musa mengajak orang Israel untuk bersyukur kepada Allah lewat sebuah pujian. Melalui nyanyian ini menggambarkan dengan jelas keterpesonaan umat menyaksikan pertolongan Tuhan dalam perjalanan mereka. Tuhan membuat jalan tatkala tak ada jalan. Hati mereka penuh dengan ketakjuban dan sukacita. Mereka menyanyikan nyanyian pujian yang mengagungkan perbuatan Allah. Allah menjadi sumber kekuatan,     mazmur, dan keselamatan bagi bangsa Israel. Allah juga menjadi pahlawan perang. Dalam pasal ini, lima kali disebutkan tentang “tangan-Mu” atau “tangan kanan-Mu” (6, 12, 16, 17), yaitu tangan Allah yang melepaskan Israel (Bandingkan dengan Mazmur 106:26; 118:15-16).

Nyanyian ini merayakan kemenangan Allah di Laut Merah atas kuasa-kuasa Mesir; merupakan pujian dan ucapan syukur kepada Allah atas keagungan, kekuatan militan, dan  kesetiaan kepada umat-Nya. Pembebasan dari Mesir melambangkan dan menubuatkan kemenangan umat Allah atas Iblis dan antikristus pada hari-hari terakhir; karena itu salah satu nyanyian orang tertebus dinamakan “nyanyian Musa” (Wahyu 15:3). Agama Kristen adalah agama yang unik. Tidak hanya iman dan pengajarannya yang unik, tetapi ada hal yang lainnya yang unik. Agama Kristen adalah agama yang penuh dengan nyanyian. Lihat saja kalau orang Kristen beribadah kepada Tuhan, hampir 60% dari seluruh waktu ibadahnya diisi dengan nyanyian. Belum lagi kalau umat percaya mengadakan kebaktian syukur di rumah-rumah    jemaat atau juga kebaktian di luar alias kebaktian padang, pastilah ada nyanyian di sana!

Tentu saja yang dinyanyikan orang Kristen bukan sembarang nyanyian. Tetapi nyanyian yang berisi pujian dan penyembahan kepada Allah. Minimal ada dua alasan mengapa orang Kristen memuji Allah. Pertama, karena keberadaan Allah yang besar, agung, tinggi, dan layak menerima pujian (Keluaran 15:1 ; Mazmur 48:2). Kedua, karena perbuatan-perbuatan tangan Tuhan dalam hidup kita (Mazmur 18:4,47; 28:6; 31:22; 66:20; 72:18; 147:1). Karena alasan-alasan itulah maka orang Kristen harus memuji Tuhan dengan sungguh-sungguh, bahkan lebih bersungguh-sungguh daripada penyanyi-penyanyi lagu “dunia”.

Saudara yang kekasih, orang percaya yang menyadari kebaikan Tuhan pasti akan memiliki hati yang bersukacita dan dan dipenuhi puji-pujian kepada Allah. Bukti dari kasih   Tuhan kepada kita pasti akan membuat kita mengakui bahwa Ia hadir dan menyertai kita! Hati yang telah mengalami dan merasakan keperkasaan Tuhan tidak akan dapat berdiam diri tanpa mengeluarkan puji-pujian kepada-Nya. Marilah kita tidak henti-hentinya memuji Tuhan, karena Allah dan perbuatan-Nya dalam hidup kita. Amin!