Renungan GKE

Jumat, 03 Januari 2014

MENANG ATAS KUASA SETAN




Lukas,  4 : 1—13

Ketika Yesus berpuasa di padang gurun selama 40 hari 40 malam! Yesus mendapat tawaran-tawaran yang menarik. Si iblis atau setan, sang pangeran kegelapan pun datang dengan manis. Karena memang iblis tak pernah alpa di setiap kesempatan. Tiga barang menarik langsung saja dipromosikan. Cara menawarkannya pun tak perlu diragukan. Ya, soal kebutuhan hidup. Ya, soal kekuasaan. Ya, soal jaminan keselamatan. Pokoknya barang-barang yang serba menarik. Serba oke! Tapi anehnya… Yesus tidak segera tertarik! Padahal, untuk mendapatkannya tak perlu uang kontan, surat jaminan atau jalan salib segala macam! Asal….. (titik, titik, titik)!

Saudara, bukankah barang-barang seperti yang ditawarkan tadi memang menarik? Kalau mau jujur, bukankah barang-barang seperti yang telah disebutkan tadi memang jadi idaman setiap orang? Bahkan mungkin diimpikan siang dan malam? Tapi kenapa Yesus tidak tertarik? Yesus tidak tertarik bukan tawaran barangnya yang kurang menarik. Hanya masalahnya, andai dihitung dengan kalkolator, barangnya tak sehebat harganya! Kenapa? Karena setelah itu, iblis datang menagih rekening: “….. jikalau Engkau sujud menyembah aku.” (ay. 7). Ya, memiliki semuanya, tapi juga kehilangan segala-galanya! Inilah yang membuat Yesus tidak tertarik.

I. TAWARAN PERTAMA: KEBUTUHAN HIDUP (ay. 2-4)

Saudara, tanpa tedeng aling-aling, tawaran iblis yang pertama ini langsung menusuk ke titik paling rawan dalam kehidupan setiap orang. Dan celakanya, tawaran semacam ini memang suatu kebutuhan. Sulit untuk dihindarkan. “Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti.” (ay. 3). Saudara, siapa yang tidak ingin mengganjal perutnya apabila sedang kelaparan? Siapa yang tidak menginginkan harta benda atau uang? Siapa yang tidak memikirkan atap tempat berteduh? Dan siapa yang mengatakan itu salah dan tidak perlu?! Tapi masalahnya, seperti kata Yesus, bahwa: “… manusia hidup bukan dari roti saja.” (ay. 4). 

Tapi, siapa yang tidak merasa memerlukan makanan, pakaian, uang, rumah, pekerjaan, harta segala macam? Nah… nah… nah… justru disinilah  masalahnya. Disinilah bahayanya saudara! Sebab apabila hanya demi sesuap nasi orang sampai menjadi pencuri dan memeras. Sampai menghilangkan batas antara milikku dan milikmu. Yang penting dapat mengisi perutku! Bahaya berikutnya, apabila orang tergoda untuk menjadi kaya dan memiliki harta benda, mesti harus menipu dan merampas menghalalkan segala cara. Menjadi lupa daratan dan tidak memiliki jiwa social yang melimpah. Lalu itulah satu-satunya yang dianggap terpenting, satu-satunya yang dianggap paling berharga. Ya, satu-satunya yang dianggap tujuan. Bahkan lebih penting dan berharga dari Tuhan sekalipun!

Saudara, Yesus menolak tawaran iblis bukanlah karena barang yang  ditawarkan itu kurang menarik. Tapi masalahnya, ibaratkan barang, mutu rombeng harga selangit! Sebab bila tawaran itu diterima berarti jalan pengampunan bagi dosa manusia tak pernah tercipta. Anugerah keselamatan bagi manusia pun tak pernah ada! Paling-paling Yesus hanya mampu menghilangkan kelaparan jasmani, tetapi tidak sampai menghilangkan kelaparan rohani, yaitu kerinduan semua manusia untuk masuk sorga. Itulah sebabnya Yesus menolak dan menampik tawaran iblis: “… manusia hidup bukan dari roti saja.” (ay. 4). Masalah yang jasmani memang penting, tetapi bukanlah yang satu-satunya. Itulah yang ingin Yesus ungkapkan!

II. TAWARAN KEDUA: KEKUASAAN (ay. 5-8)

Kuasa adalah tawaran iblis yang kedua. Tawaran yang juga menggoda. Sangat mempesona. Maklum saja, di sana ada sejuta nikmat. Gudangnya kemuliaan, kehormatan, ketenaran segala macam. Manusia macam apa bentuknya bila sampai tak tergiur untuk meraihnya? Atau paling tidak memimpikannya? Saudara, salahkan bila kita memperoleh kekuasaan, kehormatan dan kemuliaan? O, tidak! Yesus sendiri adalah personifikasi dari kekuasaan dan kemuliaan. Ia adalah tuan di atas segala tuan. Raja di atas segala raja! Sang penguasa seluruh jagad raya! Alkitab sendiri menyatakan bahwa Allah juga memperlengkapi manusia dengan embel-embel “kuasa” agar berkuasa atas alam semesta. Benar begitu? Coba baca saja dalam Alkitab: “Berfirmanlah Allah: “Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa kita, supaya mereka BERKUASA…..” (Kej. 1:26). Kemudian juga dikatakan: “….. penuhilah bumi dan TAKLUKKANLAH itu, BERKUASALAH atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” (Kej. 1:28b).

Saudara, ternyata Alkitab sendiri menganggap “kuasa” itu sendiri baik. Tidak salah. Siapapun boleh memilikinya. Boleh mengejarnya. Bahkan kalau perlu mengejarnya setinggi bintang di langit. Alkitab sendiri juga menganggap bahwa “kuasa” adalah semacam “bonus” khusus bagi manusia, bukan untuk mahluk yang lain. Kekuasaan alias “kuasa”, oh… betapa mulianya! Kekuasaan, oh… alangkah berharganya! Sebab bukanlah dengan kuasa manusia dapat membangun, mengatur, memperbaiki, dan mengelola kehidupan? Tapi anehnya, Yesus tetap tidak tertarik! Apa masalahnya? Masalahnya saudara, bukannya Yesus tidak tertarik atau anti segala bentuk kekuasaan. Tapi yang membuat-Nya tidak tertarik, karena “kuasa” yang ditawarkan iblis bukanlah “kuasa” yang diabdikan untuk pelayanan kemanusiaan. Bukanlah kuasa yang diabdikan untuk mengangkat harkat dan martabat kemanusiaan. Ya, bukan kekuasaan untuk memanusiakan manusia!

Yang membuat Yesus tidak tertarik, karena yang ditawarkan iblis: “Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepadamu….jika Engkau… (titik, titik, titik)!” Ya, jika… titik, titik, titik! Inilah yang membuat Yesus tidak tertarik! Apa pasalnya? Pasalnya… kuasa yang ditawarkan iblis sangat menjerat, mengikat! (“…jikalau Engkau menyembah aku”). Ya, kuasa yang diperbudak. Diperhamba oleh iblis, untuk alat iblis! Ya, kuasa yang ditawarkan iblis adalah kuasa yang dapat menyulap hitam bisa jadi putih. Atau putih bisa jadi hitam. Kuasa yang disalahgunakan demi kepentingan diri sendiri! Kuasa yang menindas dan merusak. Inilah yang Yesus tidak rela. Tak rela menukarkan mahkota kemuliaan penyelamatan  bagi manusia yang ada pada-Nya hanya demi sejumput kekuasaan yang sementara. Bila ini sampai terjadi, berarti kehilangan segala yang ada, yaitu hakikat kedirian-Nya sendiri! Inilah yang Yesus tak rela dan tegas menolaknya: “Ada tertulis: engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” (ay. 8).

III. TAWARAN KETIGA: JAMINAN KESELAMATAN (ay. 9-12)

Tawaran iblis yang ketiga ini juga tidak kalah menarik. Bahkan, bukan hanya menarik tetapi juga sangat dibutuhkan. Ya, soal jaminan keselamatan! Jaminan yang membebaskan kita dari segala rasa takut dan kekuatiran. Ya, jaminan yang menempatkan kita berada pada posisi “aman”. Laksana berada di sebuah benteng, aman bebas gangguan. Bukankah ini dapat dikatakan penting dan harus kita dapatkan? Sampai disitu memang kelihatannya suatu tawaran yang menarik. Tapi coba perhatikan sekali lagi dengan cermat apa yang dikatakan oleh iblis: “… mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk melindungi  Engkau, dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu.” (ay. 10-11). Nah, justru disinilah bahayanya. Kenapa? Karena yang ditawarkan iblis adalah jaminan yang serba aman-aman, bebas tanpa ganggunan. Tak ada resiko dan beban-beban. Pokoknya, jalan tol bebas hambatan! Bukan jalan salib, jalan penderitaan segala macam! 

Dapat kita bayangkan jika ini sampai terjadi. Yesus tak ubahnya seorang pengkhianat konyol yang lari kesiangan! Tidak kalah bahanya pula bahwa tawaran iblis yang kedua ini sangat menyesatkan. Mempermainkan Tuhan. Berkedok jaminan Tuhan. Alasannya? Karena yang ditawarkan iblis, Tuhan itu kan maha penyayang, maha pengasih, maha pengampun. Tapi celakanya, kita ditawarkan berbuat apa saja, dosa apa saja, karena kan Tuhan maha pengampun?! Ya, apa saja kehendak kita, Tuhan kan maha pengasih, pasti dituruti! Berbuat dosa apa saja itu tidak apa-apa, Tuhan kan maha pengampun?! Lalu bagaimana kalau Tuhan tidak menuruti semua kehendak kita? Nah… nah… nah… disinilah masalahnya. Kita lalu bersungut-sungut dan mencari “tuhan-tuhan” yang lain. Yang penting “tuhan” yang bisa berikan rasa aman. Sesuai keinginan kapan saja diperlukan! Ya, inilah tawaran iblis yang mematikan. Tawaran yang mempermainkan Tuhan. Karena itu Yesus tidak tertarik dan dengan tegas menolak: “… Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu.” (ay. 12).

Tiga macam godaan yang datang dari pihak iblis ini juga adalah cobaan actual yang terus berlangsung dalam sejarah kehidupan umat manusia. Godaan yang selalu dihadapkan iblis kepada siapa saja. Mungkin juga dihadapkan kepada saudara dan saya di sepanjang pentas kehidupan kita. Sebagai anak-anak Tuhan, kapan pun tawaran itu datang, seperti Yesus, mestinya kita juga harus berani berkata enyahlah iblis!: “Ada firman: Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!” Ya, katakana kepada iblis: “engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” Saudara, selamat menjalani pentas tahun baru ini, tahun 2014 yang merentang di depan! Dan pastikan kemenangan  bila setiap tawaran-tawaran itu datang !  “NO” godaan setan!, “YES” Berkat Tuhan! AMIN. 

Pdt.Kristinus Unting, M.Div

SETELAH NATAL USAI LALU APA…?!



I Petrus 4:7-11

Natal Umum 25 Desember usai sudah. Spanduk-spanduk Tema: “Datanglah, Ya Raja Damai” (bdk. Yes.9:5) mungkin mulai diturunkan dari tempat pemajangannya. Pohon-pohon Natal plastik beserta pernak-perniknya yang cantik barangkali juga mulai dirapikan kembali dikemas dalam kardus-kardus untuk disimpan, dan mungkin akan dibongkar lagi tahun depan ketika perayaan yang sama diadakan. Namun, adakah damai itu sungguh terpatri di hati? Atau, akankah kehidupan kita berbuahkan damai sejahtera dan Injil kabar sukacita bagi sesama yang dinampakkan dalam kehidupan sehari-hari? Atau barangkali kembali biasa-biasa saja seperti sediakala? Kita masing-masing akan menjawabnya!

Gypsy Smith, seorang penginjil besar di zamannya, mengajarkan bahwa sebenarnya ada lima Injil. Ketika mengucapkan kalimat terakhir, para pendengarnya memprotes dalam hati. Namun belum sempat memprotes, ia menjelaskan sambil menyebutkan masing-masing Injil yang dimaksud. Menurutnya, Injil itu terdiri dari Matius, Markus, Lukas, Yohanes, dan yang kelima adalah orang kristiani itu sendiri. Kekristenan dan ajarannya sesungguhnya sangat menarik. Dunia menanti ilustrasi nyata dari kita. Ya, layaknya sebuah Kitab Injil yang terbaca.

Sebagai orang Kristen yang berpengharapan mestinya kita tahu bagaimana menjalani hidup. Kristus harus tampak secara jelas dan bukan samar-samar melalui kehidupan nyata kita setiap hari hingga kedatangan-Nya yang kedua kali. Namun, yang terkadang membuatnya kurang menarik adalah orang-orang kristiani yang mengilustrasikannya. Karena itu mari memohon Roh Kudus menolong kita untuk menunjukkannya hidup dengan baik, hidup yang berbeda dari cara-cara hidup orang dunia. Sebagai pengikut Kristus , melalui nas ini, Petrus menggarisbawahi bahwa ada tiga perkara yang harus kita perhatikan, adalah :

1. Menguasai diri dan menjadi tenang (ay.7)

Petrus membuka bagian perikop ini dengan kalimat yang cukup serius, “Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa.” (ay.7). Dalam NIV diterjemahkan: ‘Therefore be clear minded and self-controlled so that you can pray’ (= Karena itu hendaklah engkau berpikir jernih / bersih dan menguasai diri sehingga kamu dapat berdoa). Kata “berpikir jernih” berasal dari kata ‘sober’ (= waras, lawan dari ‘nafsu berahi’), asal kata dari kata Yunaninya menunjuk kepada usaha penjagaan terhadap pikiran; pikiran, dengan semua pemikirannya, harus dijaga aman, dikekang dalam batasan-batasan yang seharusnya. Pikiran dan khayalan tentang sex, uang, kesenangan-kesenangan duniawi, dan sebagainya membuat manusia tidak tenang hidupnya. Tak ada damai sejahtera yang sesungguhnya, penghalang yang mengotori kesucian doa-doa kita.

Tentu saja kita tidak boleh membuang secara total semua urusan duniawi, seperti pekerjaan, keluarga, study, dan sebagainya, sekalipun hal-hal ini hanya bernilai sementara. Karena hal yang demikian juga adalah kelengkapan hidup kita selama di dunia. Tetapi sebagai orang beriman, kita harus memberi penekanan yang lebih banyak pada hal-hal rohani, yang bernilai kekal.Saudara, karena kesudahan segala sesuatu sudah dekat, khayalan-khayalan, keinginan-keinginan, hawa nafsu dunia semacam ini tidak boleh diijinkan untuk mengembara tanpa dikekang. Kita diperintahkan untuk waras, supaya kita dapat berdoa. Firman Tuhan berkata: ‘Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini. Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.” (bdk. Luk. 21:34-36).

2. Mengasihi dengan sungguh-sungguh (ay.8-10)

Saudara, hidup mengasihi tentu adalah hal yang sangat sulit dilakukan oleh orang-orang yang belum dijamah Tuhan Yesus. Ketimbang saling mengasihi, maunya ingin saling dilayani. Ketimbang berbagi, malah mengambil milik atau hak orang lain yang sering terjadi. Melayani juga, tapi tidak sungguh-sungguh. Karenanya tidak heran bila dunia kita sekarang ini begitu sulit mendapatkan orang yang sungguh-sungguh mengambdi dengan tulus. Serba ada embel-embelnya. Serba ada harganya. Nilai-nilai kebersamaan atau gotong royong lalu semakin longgar. Ketimbang kepentingan bersama, kepentingan pribadi lebih ditonjolkan. Itu dapat terjadi di mana saja. Dalam lingkungan masyarakat, bahkan dalam lingkungan persekutuan pun tidak jarang terjadi. Namun bila kita mau mengasihi, mau berbuat kebaikan kepada sesama, hidup ini menjadi indah dan berarti. Ciri bahwa kita telah memiliki sumber damai sejahtera yang sejati.

Sebenarnya, ketika kita mau berbagi, sebenanrnya pada saat yang sama kita membuka pintu-pintu berkat Allah mengaliri hidup kita. Saat ini banyak orang terluka karena masalah, kasih yang dingin, lalu apa peran kita selaku umat percaya? Apa yang mesti kita lakukan? Nah, ini! Kita harus peka terhadap persoalan kehidupan sesama. Walau memang kita sadari, dalam hidup ini kita juga pasti tak luput dari berbagai masalah yang dihadapi. Tetapi tidak berarti kita lalu tak punya keperdulian terhadap sesama. Kita wajib jadi home dan kata-kata yang menguatkan. Ketika kita memberi dan mengasihi, memberikan penghiburan dan penguatan, maka sebenarnya kita telah membuka tingkap-tingkap anugerah kasih Allah melimpah mengarah pada kehidupan kita. Firman Tuhan berkata: “Ada yang menyebar harta tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan. Siapa banyak member berkat, diberi kelimpahan, siapa member minum, ia sendiri akan diberi minum.” (Ams. 11:24-25).

Saudara, kita adalah umat Tuhan. Kasih adalah ciri hidup kita. Tak bisa ditawar-tawar. Sebagai anak-anak Tuhan kita diingatkan untuk tidak saling mementingkan diri sendiri, tetapi menyatakan kasih, saling memperhatikan sesama kita yang kekurangan. Memberi tumpangan (Hospitable) lebih menekankan pada saling menyembuhkan/membebat. Berikan tumpangan kepada orang-orang yang masih terluka, yang kepahitan, yang sedang dalam masalah dsb. Kasih yang sungguh-sungguh dilakukan kepada sesama berdampak besar bagi hidup kita. Tiada tara berkatnya. Firman Tuhan sendiri dalam nas ini menyatakan: “…sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.” (ay. 8b).

3. Ambil bagian dalam tanggungjawab pelayanan secara tulus (ay.11)

Dalam situasi semacam ini, biasanya banyak kendala dijumpai. Saling menyalahkan, saling lempar tanggungjawab. Percekcokan tak dapat dihindari, masing-masing pihak merasa benar sendiri. Lalu apa yang terjadi? Setan memanfaatkan pelung! Persis seperti dalam cerita anekdot tentang sekelompok kuda liar. Ya, seperti Sekelompok kuda liar yang tengah merumput di padang belantara. Lalu tiba-tiba muncul seekor harimau yang sedang mencari mangsa. Serentak kuda-kuda itu melindungi diri dengan cara berdiri saling berhadapan membentuk lingkaran. Harimau pun tidak berani mendekat, karena takut kena tendang. Namun dengan tipu muslihatnya ia berkata, “Sungguh barisan yang bagus. Boleh aku tahu kuda pintar mana yang mencetuskan ide ini?” Kuda-kuda itu pun termakan hasutan. Mereka berdebat siapa yang pertama mencetuskan ide tadi. Karena tak ada kata sepakat, akhirnya mereka tercerai-berai. Harimau pun dengan mudah memangsa mereka.

Saudara, Natal Umum usai sudah… Setelah Natal lalu apa…?! Kita adalah anak-anak Tuhan. Karena itu, marilah kita ambil bagian dalam pelayanan sesuai fungsi kita masing-masing. Lakukan dengan sungguh tanpa bersungut-sungut. Melayani dengan baik tanpa ada motif untuk memperoleh sesuatu dari pelayanan itu. Bukan kemuliaan pribadi yang menjadi tujuan, melainkan kemuliaan nama Tuhan. Tanggungjawab pelayanan adalah tugas kita semua. Itulah ciri kedewasan iman kita. Bukan kekristenan hanya jadi peminta-minta. Minta dikabulkan Tuhan doanya. Minta dilapangkan rejekinya. Minta disembuhkan sakitnya. Pokoknya hanya minta..minta..minta... Tetapi semakin dewasa dalam iman, terbukti juga dari sikap tanggungjawabnya. Atau dengan kata lain, iman yang diekspresikan melalui tindakan. Pelayanan yang benar adalah pelayanan yang menyenangkan hati Tuhan tentu saja, bukan menyenangkan hati manusia. Amin!

(Pdt.Kristinus Unting, M.Div)
______________________________

*Telah termuat di koran harian Kalteng Pos & Tabengan, Sabtu 28 Desember 2013

KHOTBAH AKHIR TAHUN 2013


I Tesalonika 5:1-11

Tahun 2013 akan segera berlalu dan kita akan menyongsong tahun yang baru tahun 2014. Akhir tahun adalah momen yang penting untuk melakukan introspeksi atas segala kegagalan dan kekecewaan yang pernah terjadi. Momen yang tepat untuk melakukan evaluasi sekaligus apresiasi terhadap prestasi yang telah kita capai hingga saat ini. Ada ungkapan yang mengatakan, “Barangsiapa yang hari ini lebih baik daripada hari kemarin, maka ia merupakan orang yang beruntung. Kalau sama saja, dia adalah orang yang merugi. Sedangkan kalau lebih buruk, dia adalah orang yang celaka”Apa yang patut kita renungkan menjelang akhir tahun ini :

1. Berdoa sambil berjaga-jaga.

D.J. De Pree, mantan anggota Dewan Direktur RBC yang hidup sampai usia hampir 100 tahun, telah bertahun-tahun memperhitungkan usianya dalam hitungan hari. Bila Anda menanyainya, "Berapa usia Anda?" ia segera akan menjawab dalam hitungan hari. Ia mendasarkan kebiasaannya ini pada Mazmur 90:12, "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana."

Kedatangan Tuhan sudah semakin dekat , setahun berlalu setahun juga kedatangan Tuhan semakin dekat , siapkah kita untuk menyambut hari kedatanganNya? Apakah kita sudah berdandan rapi untuk Dia (Why 19:7 ), mari kita semakin bergiat untuk Tuhan (2 Ptr 3: 9–11) jangan menjadi lemah (Ibr 10:37 – 39 ). Waktu yang sudah berlalu tidak akan kembali lagi , karena itu kita harus menghargai waktu yang ada dengan mempergunakan waktu untuk hal – hal yang positif, baik untuk Tuhan, Gereja , keluarga dan juga diri kita sendiri (Ef. 5:15-16).

Apakah kita hanya memboroskan waktu dan membuat waktu yang berlalu tidak ada nilainya? Tuhanpun akan mengadakan perhitungan dengan kita dari apa yang kita terima dari Dia dan apa yang sudah kita lakukan untuk Tuhan, Apakah kita memberi keuntungan untuk Tuhan dan GerejaNya? atau kita merugikan Tuhan dan GerejaNya? Karena itu lupakan kegagalan pada masa lalu yang membuat anda pesimis menghadapi masa yang akan datang , lupakan juga keberhasilan anda di masa lalu yang membuat anda terlena , lakukan yang terbaik hari ini , untuk hari esok yang lebih baik.

2. Mengasihi dengan lebih sungguh

Kahlil Gibran pernah mengatakan, ”Bila engkau memberi dari hartamu, tiada banyaklah pemberian itu. Bila engkau memberi dari dirimu itulah pemberian yang penuh arti.” Memberi tidak harus bernuansa materi. Bahkan memberikan perhatian sebenarnya jauh lebih berarti ketimbang memberikan materi yang sifatnya amat terbatas. Memikirkan orang lain memang sangat sulit dilakukan, apalagi di zaman sekarang.

Demikian pun tutur kata seorang percaya seharusnya menyenangkan, menarik, baik hati, dan sangat ramah. Perkataan itu harus merupakan hasil dari pekerjaan kasih karunia Allah di dalam hati kita dan kita mengucapkan kebenaran dengan kasih (Ef 4:15). "Jangan hambar" mungkin berarti percakapan yang sopan, dan ditandai oleh kesucian bukan kemesuman (bd. Ef 4:29). Bagaimanapun juga, tutur kata yang sopan tidak mengesampingkan kata-kata yang keras dan tegas, bila perlu, untuk menentang orang-orang percaya palsu yang adalah seteru salib. Selamat berakhir tahun.

Apakah kabaikan yang telah kita lakukan selama tahun 2013 ini? Apa yang telah kita bagikan kepada sesama? Atau malah mengambil hak mereka? Dalam melaksanakan tugas, berapa banyak orang telah mendapat kemudahan dalam urusannya, atau malah mereka dipersulit dalam urusan mereka? Apakah tutur kata kita cukup menghibur bagi sesama, atau malah banyak melukai perasaan sesama? Bila sudah, lanjutkanlah. Bila belum, bertobatlah. Bertekatlah untuk lebih baik lagi di tahun baru, tahun 2014 yang akan datang.

3. Senantiasa sadar, berikat pinggang, berbajuzirah iman, pengharapan, dan kasih

Iman adalah soal mendasar. Firman Tuhan berkata berkata: “Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: IMAN kita.” (I Yoh.5:4). Ya, dengan iman kita sanggup mengatasi segala segala sesuatu. Dengan iman kita sanggup menanggung segala sesuatu. Dengan iman pula kita dapat mengalami kemenangan demi kemenangan! Inilah janji Tuhan untuk kita. Bila Tuhan yang berjanji, pasti Ia tepati. Di sini Tuhan menjanjikan kemenangan kepada kita atas masalah hidup kita. Karena Dia sudah menang atas maut dan kematian. Karena itu, bila kita sungguh percaya kepada-Nya, kita pun akan menang.

Istilah “pinggang berikat”, yaitu siap sedia untuk bertindak dan bekerja. Sebab supaya jangan menghalangi di waktu berjalan dan bekerja, maka jubah itu disingkirkan dan diikat dengan ikat pinggang. Demikian juga haruslah “pelita-pelita menyala”, artinya murid-murid itu tidak boleh hidup seakan-akan mereka tidur (yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi dalam jaman itu dengan pelita-pelita yang dipadamkan), tetap harus berjaga-jaga, siap sedia untuk bertindak, kalau perlu, siap sedia untuk menolong kalau pertolongan diminta.

“Berjaga-jaga” – Mengisyaratkan kesungguhan dalam melaksanakan tanggungjawab. Tidak menyalahgunakan kebebasan sewaktu tuannya / tuan rumah tidak di rumah, seolah-olah menurut dia tuannya tidak pulang. Mengingat budak tersebut masih banyak waktu, sebelum tuannya puang, masih sempat dikerjakan pekerjaannya. Karena keasikan dengan diri sendiri, dia lupa apa sebenarnya tugas utamanya, akhirnya dia tertidur sebab keletihan akibat kesibukannya sendiri.

“Bertekun dalam iman” - Kita diajak untuk lebih memperhatikan soal keselamatan masa depan yaitu hidup yang kekal. Jadi, selagi masih ada kesempatan, janganlah disia-siakan, sebab ada kalanya kesempatan itu berlalu. (bnd. Efesus 5: 16). Untuk itu berdoalah dengan tekun sebelum anda didoakan orang banyak, bernyanyilah dengan riang sebelum anda diberi nyanyian karena berada di rumah sakit, dan membaca Firman Tuhan dengan tekunlah sebelum anda dibacakan Firman Tuhan sebagai ayat liturgi penguburan anda (kita semua). Amin!

Selamat Akhir Tahun 2013.