Renungan GKE

Selasa, 26 November 2013

APA SIH SEBENARNYA PERJAMUAN KUDUS ITU? (Hari Perjamuan Kudus Sedunia dan PI Indonesia)




I Korintus 11:17-34

Ada beberapa orang warga jemaat mengungkapkan bahwa pelaksanaan Perjamuan Kudus yang dilaksanakan di sebagian gereja kita sekarang kurang terlalu hikmat. Berbeda kata mereka dengan pelaksanaan pada era sekitar tahun 70an-80an. Mereka mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaannya sekarang terkesan seadanya, biasa-biasa saja. Pada era sebelumnya, demikian tutur mereka, kurang lebih tiga minggu sudah terasa suasana yang berbeda. Yang akan mengikuti Perjamuan Kudus sudah mempersiapkan diri sebaik mungkin.

Sebelum ambil bagian dalam Perjamuan Kudus, sekiranya ada hal-hal yang menjadi batu sandungan dengan sesama, maka mereka upayakan untuk membereskannya terlebih dahulu. Juga ketika mengikuti Perjamuan Kudus, begitu hikmat. Bahkan sampai pakaian yang digunakan juga sangat diperhatikan, menggambarkan suasana yang khusus berhubung dengan acara yang dianggap sakral tersebut. Demikian mereka mengungkapkan sekilas kenangan masa lalu dalam situasi pelaksanaan Perjamuan Kudus.

Lalu bagaimana dengan pelaksanaannya sekarang? Apa persamaan dan bedannya dengan masa lalu? Nah...nah...nah... Ini yang perlu kita simak, barangkali ada hal-hal yang perlu kita gumuli dalam rangka pembenahan, bagaimana sebaiknya pelaksanaan Perjamuan Kudus yang kita laksanakan! Dari dulu sampai sekarang, memang ada kesamaan dalam ibadah Perjamuan Kudus. Ya, rata-rata dihadiri banyak umat. Ini menarik. Yang sakit pun diupayakan oleh keluarganya untuk bisa hadir mengikuti ibadah di Gereja. Kecuali yang keadaanya sangat parah, sehingga harus tinggal di rumah, yang pada gilirannya nanti akan menerima pelayanan Perjamuan Kudus di rumah sesuai dengan jadwal yang diatur oleh Majelis.

Lalu perbedaannya? Ya, itu tadi. Kurang hikmat. Tidak ubahnya seperti ibadah biasa. Bahkan tidak jarang ada yang sambil guyon sementara Perjamuan Kudus berlangsung, “Akh, koq anggurnya sedikit amat sih?” Padahal kata mereka, semestinya Perjamuan Kudus adalah sesuatu yang sakral, perlu dijaga nilai-nilai kesakralannya. Lalu pemahaman sebahagian orang Kristen sendiri tentang Perjamuan Kudus itu sendiri? Kalau kita cermati, ada juga pemahaman dari dulu sampai sekarang, entah sadar atau tidak, memberikan semacam makna ekstrim yang sebetulnya lepas dari konteks. Apa misalnya? Ya, yang menganggap bahwa roti dan anggur dalam Perjamuan Kudus adalah semacam titisan atau jelmaan sesungguhnya dari tubuh dan darah Tuhan Yesus.

Karenanya tidak heran, bila ada yang sakit diupayakan untuk hadir, sebab menurut pandangan mereka, roti dan anggur itu memiliki semacam kuasa magis yang dapat menyembuhkan penyakit. Bahkan tidak jarang, yang sudah tidak sadarkan diri dipaksa untuk sedapat-dapatnya mencicipi roti dan anggur, dengan pemahaman bila si sakit yang sekarat sempat mencicipinya, maka ia akan otomatis selamat, diampuni dosanya oleh Tuhan. Juga tidak heran, bila ada jemaat yang hadir dalam ibadah Perjamuan Kudus, meminta roti dan anggur lebih, dengan alasan untuk dibawa pulang ke rumah, untuk dibagikan bagi suami/isteri, atau keluaergannya yang sakit di rumah. Wah...wah...wah...

Saudara, apa sih sebenarnya Perjamuan Kudus itu? Gereja-gereja Protestan khususnya, memaknai Perjamuan Kudus sebagai peringatan akan kematian dan pengorbanan Yesus bagi umat manusia. Melalui Perjamuan Kudus kita diingatkan bahwa suatu peristiwa agung telah terjadi melalui mana ketika Yesus mati di kayu salib, menumpakan darahnya untuk tebusan manusia. Itu berarti bagi anda dan saya juga. Roti dan anggur adalah tanda, sebagai sarana melalui mana kita mengkaitkan iman kita untuk tertuju kepada Dia (Yesus) yang telah berkorban untuk kita.

Roti dalam Perjamuan Kudus adalah mengenai tubuhNya yang dipecah-pecahkan, dalam arti tidak ada satupun tulangNya yang patah, namun tubuhnya disiksa sedemikian rupa sehingga sulit untuk dikenali (Mazmur 22:13-18, Yesaya 53:4-7). Anggur menyatakan darahNya, menunjukkan kematian yang mengerikan yang dialamiNya. Dia, sang Anak Allah yang sempurna, menjadi penggenapan dari begitu banyaknya nubuatan dalam Perjanjian Lama mengenai sang Penebus (Kejadian 3:15; Mazmur 22; Yesaya 53, dll). Ketika Yesus berkata, seperti yang dikutip oleh Rasul Paulus, ”Lakukanlah ini untuk menjadi peringatan akan Aku,” mengindikasikan bahwa upacara ini harus diteruskan di hari-hari yang akan datang.

Ajaran Luther tentang Perjamuan Kudus dia sebut Kon-substansiasi (kon = sama-sama): roti dan anggur itu tidak berubah menjadi tubuh dan darah Kristus (trans-substansiasi). Tetapi tubuh dan darah Kristus mendiami roti dan anggur itu sehingga ada 2 zat atau substansi yang sama-sama terkandung dalam roti dan anggur itu. Gereja Lutheran memahami bahwa di dalam Perjamuan Kudus Kristus sungguh-sungguh hadir tanpa merubah substansi roti dan anggur namun Dia hadir ketika Perjamuan Kudus dilakukan. Makna kehadiran Kristus diterima, ketika yang menerima Perjamuan Kudus percaya tentang firman Tuhan yang diberitakan melalui Perjamuan Kudus dan percaya kepada penebusan yang dilakukan oleh Yesus Kristus.

Sedangkan menurut pandangan Calvin, Perjamuan Kudus adalah tanda tetapi bukan tanda kosong, sebab tanda ini diberikan Allah melalui AnakNya supaya orang percaya melalui roti dan anggur betul-betul dipersatukan dengan tubuh dan darah Kristus. Karena kelemahan manusia tanda ini mutlak perlu sebagai tambahan kepada firman yang diberitakan. Sebab persatuan dengan Kristus yang dikaruniakan kepada orang percaya hanya dapat dimengerti kalau diperlihatkan dalam upacara makan roti dan minum anggur.

Perjamuan Kudus yang kita laksanakan lebih bermakna sebagai dorongan bagi kita untuk secara periodik menilai diri (self correction) dalam arti, mengadakan koreksi atas hati dan pikiran kita, karena syarat untuk dapat ikut dalam perjamuan kudus ialah bahwa kita harus membersihkan hati dan pikiran kita sedemikian rupa sehingga keikutan kita makan roti dan minum anggur dari cawan Perjamuan Kudus itu adalah dalam keadaan rohani yang layak dan iman yang tidak ragu-ragu (ay. 28-29).

Perjamuan Kudus merupakan tempat di mana Allah menawarkan diri-Nya melalui korban Kristus kepada kita, anugerah yang sempurna menjadi milik kita, jika kita menerima Dia melalui iman. Dia menawarkan tubuh-Nya yang disalibkan dan darah-Nya yang ditumpakan itu kepada kita melalui Firman supaya kita mendapat bagian di dalamnya dan pemberian itu dimateraikanNya melalui tanda yang nyata yaitu Perjamuan Kudus. Karena itu, janganlah membiarkan perayaan itu menjadi upacara yang mati dan formal, atau datang ke Meja Perjamuan dengan dosa yang masih belum diakui. Sesuai dengan instruksi Paulus, setiap orang harus memeriksa dirinya sendiri sebelum makan roti dan minum dari cawan dalam Perjamuan Kudus. Selamat Hari Perjamuan Kudus Sedunia dan PI Indonesia. Tuhan memberkati kita semua. AMIN.

(Pdt.Kristinus Unting, STh.,M.Div)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar