Renungan GKE

Kamis, 10 Desember 2015

KETIKA KESEMPATAN DISALAHGUNAKAN




Markus 6:21-43

Sejatinya, semua orang punya kesempatan dalam hidupnya. Kesempatan yang negatif maupun kesempatan yang positif. Kesempatan untuk perbuatan jahat maupun yang baik. Tergantung orang memilih dan menjalaninya. Demikian pun yang diceriterakan dalam nas ini. Adalah seorang perempuan bernama Herodian. Seorang terhormat. Isteri seorang pejabat. Suaminya bernama Herodes sang raja yang berkuasa. Diadakanlah pesta besar-besaran pada hari ulang tahun sang baginda suaminya. Pesta yang luar biasa tentu saja. Pada suasana sukacita itu Sang baginda mau memberikan hadiah kepada anaknya yang menari menyukakan hatinya: “Minta dari padaku apa saja yang kauingini, maka akan kuberikan kepadamu.” Bahkan sang Baginda menawarkan permintaan apa saja dan mengikatnya dengan sumpah (ay.22).

Oh luar biasa….ini sebuah kesempatan emas. Mungkin karena saking bingungnya tentang permintaan apa yang akan diajukan, sang anak ini meminta petunjuk dari ibunya. Oh, kesempatan! Aji mumpung! Disebutkan: “Akhirnya tiba juga kesempatan bagi Herodias…” (ay.21). Eheeem…ini dia. Herodias tanpa membuang waktu atas kesempatan yang ada! Dan apa dinyana, ia memberikan anjuran kepada anaknya untuk meminta kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam! (ay.25-25). Kenapa kepala Yohanes yang dimintanya? Kenapa tidak yang lain? Nah, ini masalahnya. Karena sejak lama Herodian menyimpan dendam kepada Yohanes berhubung Yohanes pernah menegor soal perkawinannya yang tidak beres dengan si Baginda Herodes.

Dendam kesumat gara-gara ketersinggungan dan tidak mau menerima tegoran dari orang biasa karena merasa diri orang terhormat, seperti inilah yang bisa terjadi. Apalagi bila diri memiliki kuasa dan kesempatan itu ada, oh…..apa saja dapat dilakukan. Sejahat apaun tega diperbuat kepada orang lain, demi kepuasan atau menjaga gensi diri. Tidak gampang memang untuk berbuat baik. Tidak mudah memang untuk membalas kejahatan dengan kebaikan. Juga tidak sederhana memang menenteramkan hati agar tetap bening terjaga dari rasa ketersinggungan atas tegoran yang orang lain sampaikan. Bila kesempatan ada, nah… taulah kita apa yang akan terjadi rata-rata di pentas kehidupan nyata manusia. Terlebih ketika kita hidup di jaman melalui mana “kasih” semakin menjadi barang langka seperti sekarang ini.

Saudara, satu hal penting menjadi bahan perenungan mendalam kita dari nas ini, terlebih bagi kita sebagai orang beriman. Supaya kita selalu mawas diri. Mejaga hati. Bebaskan diri dari sikap tak terpuji yang terbelenggu oleh kuasa kegelapan. Sikap yang tidak pernah mau menerima kritik, tegoran. Ketika setiap momen atau kesempatan yang ada, selalu yang jahat yang dikeluarkan dari perbendaharaan pikiran serta tindakan. Sebagai orang beriman, sebaiknya menggunakan setiap kesempatan untuk sesuatu yang berharga dan mulia. Ketika memiliki kuasa dan jabatan atau ketika mendapat kepercayaan, gunakan untuk melayani kehidupan bagi sesama dan ciptaan menuju kearah damai dan sejahtera. Karena akhirnya, tidak ada yang lebih bernilai selain pemikiran yang membangun dan setiap perbuatan yang mulia di hadapan Tuhan dan sesama dari setiap kita. Amin!