(II Korintus 8:16-24)
Mencari orang yang benar-benar dapat dipercaya
seperti dalam situasi kita saat ini memang amat sulit. Apalagi bila itu
berhubungan dengan yang namanya keuangan. Bak pepatah “titip omong bisa lebih,
titip uang bisa kurang.” Betapa tidak, sebab bukankah kenyataannya dalam hidup
keseharian memperlihatkan kepada kita korupsi terjadi dimana-mana? Bukan saja
dalam kehidupan sosial di masyarakat, tapi malah hal yang demikian terkadang
dapat juga melanda kehidupan gereja. Katanya minta bantuan dana untuk
penimbunan perluasan halaman parkir gereja. Setelah dana terkumpul bantuan dari
para donator, dari warga jemaat sana sini? Eh malah dana yang ada raib tak
jelas rimbanya. Bahkan warga jemaatnya sendiri rame-rame pinjam dana tak pernah
dikembalikan.
Rasul Paulus punya niat yang tulus untuk
membangun jemaat. Terutama untuk membantu Jemaat Yerusalem yang berkekurangan.
Dia mempunyai semacam proyek besar dalam pengumpulan dana tersebut. Namun
Paulus tak mau berspekulasi. Dia ingin bahwa pekerjaan ini dapat terlaksana
dengan baik. Dia ingin supaya para jemaat donator yang membantu tidak
kehilangan kepercayaan untuk maksud tersebut. Titus dan beberapa orang lain pun
diutus ke Jemaat Korintus dan Jemaat sekitarnya untuk pengumpulan dana
dimaksud.
Tentu saja Paulus sangat berhati-hati dalam hal
ini. Paulus tidak ingin pekerjaan mulia ini menjadi cela (ay.20). Titus dan
beberapa orang yang mendampinginya pun diutus. Untuk membangun kepercayaan
jemaat yang akan membantu, dalam suratnya Rasul Paulus menjelaskan tentang
beberapa hal. Pertama, bahwa mereka yang diutus adalah orang-orang yang telah
teruji punya jiwa yang tulus mengabdi. Tidak mencari keuntungan (ay.17). Kedua,
mereka adalah orang-orang yang berkepribadian baik, para pemberita injil yang
sudah dikenal punya nama baik di jemaat (ay.18). Ketiga, mereka yang diutus
memang orang yang punya jiwa sosial yang tinggi (ay.22a). Keempat, mereka yang
diutus adalah orang-orangt yang memang dipercayakan secara penuh oleh seluruh
jemaat yang mengutus (ay.19,23). Semua ini paulus ungkapkan tidak lain dan
tidak bukan adalah dalam rangka membangun kepercayaan kepada warga jemaat yang
akan membantu.
Untuk pekerjaan yang mulia semacam apa yang
Paulus laksanakan, niat baik saja tentu belum cukup. Membangun kepercayaan itu
tentu amat perlu! Terkadang, bukan para donator atau jemaat yang berkemampuan
tidak ingin membantu. Tapi masalahnya bila bantuan yang diberikan tidak
dikelola dengan baik,tidak adanya transparansi, penggunaan dana yang tidak
tepat sasaran, pertanggungjawaban yang tak jelas, tidak jarang para donator,
warga jemaat yang berkerinduan untuk membantu akhirnya menjadi jera membantu,
gara-gara bantuan mereka hilang percuma menjadi sia-sia.
Saudara, kita selaku gereja atau orang-orang
percaya yang hidup ditengah-tengah dunia yang semakin sulit menemukan
orang-orang yang dapat dipercayai, ada baiknya belajar dari cara kerja
Paulus. Segala harta milik Gereja perlu ditata, didata, dipelihara dan
dipertanggunjawabkan secara benar. Segala bentuk-bentuk usaha, apalagi yang
menyangkut pencarian dana untuk rehab gedung gereja, membangunan fasilitas SHM,
Pastory, tempat parker, taman gereja dan fasilitas lainnya mesti dikelola
dengan baik.
Jadilah para pekerja (Baik pengelola, pengurus, atau panitia) Gereja yang
sungguh-sunguh melayani untuk kemajuan bersama, tanpa mengambil kesempatan
untuk keuntungan pribadi. Bagi yang dipercayakan melaksanakan tugas pencarian
dana, jadilah orang yang dapat diandalkan, jujur dan bertanggungjawab.
BHangunlah kepercayaan warga jemaat, niscaya semakin banyak berkat mengalir dan
gereja pun pasti semakin baik dan diberkati. Amin!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar