Yohanes 6:25-40
Sebagai orang beriman, tentu kita percaya adanya mujizat. Mujizat itu memang nyata. Sesuatu yang luar biasa. Sesuatu yang datang dari Allah yang Maha kuasa. Mujizat itu sendiri adalah hak prerogatif Allah, milik Allah. Sebagai tanda kemahakuasaan Allah. Selama Tuhan masih ada, mujizat masih selalu berlaku. Bila ada manusia yang berkata bahwa zaman mujizat sudah berlalu, pastilah manusia itu sudah ‘tak waras’, karena bila mujizat tak ada, berarti Tuhan juga tidak ada. Mujizat selalu tersedia bagi orang yang percaya kepadanya! Alkitab sendiri berbicara tentang mujizat dan 25% isi Alkitab adalah mujizat. Tentang sesuatu yang luar biasa. Sesuatu yang di luar jangkauan kita sebagai manusia. Sesuatu yang disebut mujizat!
Dalam Alkitab (PL) banyak tercatat mujizat, Tongkat Musa bisa jadi ular (Kej.7:8-12), sepuluh tulah (Kel.7:14-11:10, manna dan burung puyuh (Ke1,16:11-22), air dari gunung batu (Kel.17:8), Naaman sembuh dari sakit kusta (II Raja-raja 5:1-19), minyak seorang janda (II Raj. 4:l-7 ). Dalam Alkitab (PB) juga terdapat banyak mujizat. Air menjadi anggur (Yoh.2:1-12), orang buta disembuhkan (Mrk.8:22-26 ), angin ribut diredakan (Mat. 8:23-27 ), anak seorang perempuan Kanaan dirasuk setan disembuhkan (Mat.15:21-28), Lazarus dibangkitkan (Yoh.11:1-45).
Pernahkah saudara mengalami mujizat dalam kehidupan saudara? Mungkin pernah. Atau, mungkin juga tidak pernah! Tidak sedikit kesaksian dari mereka yang pernah mengalami mujizat. Mereka bersyukur kepada Allah yang luar biasa. Memuji dan bersaksi bagi kemuliaan-Nya, di sepanjang kehidupan mereka. Namun tidak jarang pula pengalaman mereka-mereka yang tidak mengalami mujizat. Walau pun sudah berdoa atau didoakan atau ikut KKR segala macam. Tidak heran, bila ada yang sampai kecewa karena tidak mendapatkannya!
Saudara, di suatu jemaat pernah terjadi anggotanya yang kecewa. Soal mujizat tentu saja! Ketika orang tua mereka dalam keadaan sakit parah. Sebagai anggota jemaat yang setia dan percaya, tentu mereka juga percaya mujizat. Mereka meminta pelayanan. Supaya didoakan oleh Pendeta dan pelayanan, Perjamuan Kudus juga diminta. Doa kesembuhan dilakukan, Perjamuan Kudus pun dilaksanakan. Tetapi apa dinyana, tak lama berselang, orang tua kekasih mereka tutup mata untuk selama-lamanya. Bayangkan, betapa berduka, luluh dan kecewanya mereka. Mengharapkan mujizat, yang datang malah malaikat segera menjemput pulang!
Barangkali muncul pertanyaan di hati kita: “Kenapa mujizat ada yang bisa terjadi dan ada juga yang tidak terjadi?!” Inilah alasannya yang pasti! Mujizat bukanlah cara Allah yang utama. Bukanlah tujuan Allah yang utama. Tujuan Allah yang utama adalah bagaimana supaya manusia mengenal Allah. Supaya manusia tidak hilang tetapi berolehleh keselamatan. Dalam ayat ke 39 dan 40 Yesus sendiri berkata: “Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada Akhir zaman. Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.”
Yesus datang ke dalam dunia bukanlah dijadikan alat penjaja mujizat! Tujuan Yesus yang utama adalah bagaimana mengobati manusia dari luka-luka dosa dan supaya manusia masuk sorga. Bukan supaya manusia menikmati mujizat tetapi tidak selamat. Mujizat hanyalah tanda semata. Sebagai tanda kemahakuasaan Allah melalui mana hendak menegaskan kepada manusia, bahwa Yesuslah satu-satunya jalan yang ditetapkan bila manusia ingin selamat. (ay. 29).
Saudara, kita memang tidak boleh meremehkan mujizat. Mujizat memang bisa terjadi dan mujizat itu nyata. Sebagai tanda kemahakuasaan Allah. Tergantung dari Allah dan Allahlah yang menentukan. Bukan oleh hebatnya doa-doa kita. Yesus banyak membuat mujizat. Tetapi tidak setiap hari dibuat-Nya roti jadi banyak. Tidak setiap waktu yang buta disembuhkan-Nya. Dan tidak setiap kali Lazarus mati dibangkitkan-Nya. Bahkan ada saat-saat Yesus tidak me lakukan mujizat sama sekali! Atas tantangan iblis: “Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti”, ketika berpuasa 40 hari 40 malam. Yesus malah menampik: “Ada tertulis, manusia hidup bukan dari roti raja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” (Mat.4:4). Ketika para ahli Taurat dan orang Farisi meminta tanda (mujizat), Yesus malah berkata: “Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda sela¬in tanda nabi Yunus.” (Mat. 12:39).
Yesus malah mengecam orang yang baru percaya setelah melihat mujizat. Yesus mengecam orang-orang yang mau mengeksploitasi mujizat guna memenuhi keinginan-keinginannya. Terhadap orang-orang seperti iini, Yesus pun mengingatkan: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.” (ay.26). Saudara, kenapa mujizat bisa terjadi dan bisa juga tidak terjadi? Bila terjadi, itu artinya bahwa, memang Allah pemilik mujizat secara absolut, yang berkuasa, tak dapat diganggu gugat oleh apa pun atau oleh siapa pun! Bila tidak terjadi, karena memang Yesus bukanlah semacam “sangumang” (roh halus pemberi rejeki dalam istilah orang Dayak Ngaju) atau jongos (pembantu) yang selalu siap membantu kapan saja namanya dipanggil dan disebut! Jika ini yang terjadi berarti kitalah yang menjadi majikan sekarang dan Allah hayalah pelayan yang sewaktu-waktu siap membantu keperluan.
Apabila kita mengalami mujizat atau sebagai orang yang dipakai Allah untuk melakukan mujizat, bersyukurlah. Sebab Allah mau memakai hidup kita untuk menolong orang lain supaya percaya dan beroleh keselamatan. Bukan untuk kepentingan pribadi. Mempopolerkan nama pribadi atau merek-merek gereja segala. Apabila tidak mengalami mujizat? Janganlah cepat-cepat kecewa. Barangkali Tuhan memberikan sesuatu yang jauh lebih penting dan berharga dari hanya sekedar mujizat untuk kita. Karena memang, tugas para Hamba Tuhan atau pun gereja yang terutama bukanlah hanya penjaja mujizat! Tetapi memberitakan kebenaran fiiman Tuhan supaya manusia mengenal kebenaran dan diselamatkan. Tugas gereja juga adalah mengabdi dan berjuang untuk membangun dunia ke arah yang lebih damai dan sejahtera. Sampai ke titik nadir terdalam keterpurukan kemanusiaan. Sampai ke titik-titik nadir ketidakberdayaan, ketidakadilan dan pelecehan kemanusiaan, sebagaimana Kristus yang benar-benar membebaskan. Yang nyata-nyata juga diperlukan.
Perlu juga diingat, bahwa tugas orang Kristen yang utama bukanlah sebagai “Kristen pemburu mujizat.” Cari mujizat minta jabatan, umpama! Atau hanya cari jiwa-jiwa tapi yang tak mampu berikan lowongan kerja bagi mereka! Karena itu, adalah suatu sikap Kristen yang kekanak-kanakan apabila hanya sibuk memburu mujizat. Lari dari Pendeta A, cari Pendeta B. Lari ke gereja sini, lari ke gereja sana, lari lagi gereja yang lebih kesananya lagi. Hanya sibuk urusan mujizat, sampai lupa cari selamat! Padahal yang terpenting, seperti kata Yesus: “Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal.” (ay. 27). AMIN.*(KU)