II Petrus 1:3-15
Nas ini berisi pesan moral, meminta kita untuk berusaha secara sungguh-sungguh: panggilan untuk lebih bersemangat yang dinyatakan melalui perkataan “berusahalah sungguh-sungguh”. Panggilan untuk terus maju. Kita diingatkan tentang sederetan nilai-nilai berharga yang perlu untuk dimbangkan (menggunakan ungkapan yang serupa dengan “berusahalah sungguh-sungguh”), mengembangkan kebajikan, pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan (takut akan Tuhan), kasih kepada saudara-saudara, dan kasih kepada semua orang. Mengembangkan nilai-nilai yang baik tersebut akan membuat kita efektif dan produktif dalam hubungan dengan Kristus.
Jika kita melakukannya, maka tidak ada keraguan tentang keselamatan maupun penyambutan kita dalam Kerajaan Allah. Kita dingatkan kita tentang panggilan Tuhan yang harus kita kerjakan dengan sungguh-sungguh. Tidak ada kata setengah-setengah dalam menjalani kehidupan kekristenan; sebaliknya kita harus mengerjakan keselamatan itu dengan takut dan gentar (baca Filipi 2:12). Karena itu Petrus menasihati agar kita berusaha dengan sungguh-sungguh, “…untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang.” (ay.5-7).
Sifat-sifat baik seperti: kebajikan, pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan (takut akan Tuhan), kasih kepada saudara-saudara, dan kasih kepada semua orang harus ada dalam diri kita sebagai orang-orang yang percaya kepada-Nya. Dan apabila semua sifat-sifat ini telah Kristen tambahkan pada imannya, maka Allah akan membuat kita giat dan berhasil dalam pengenalan akan Yesus Kristus, Tuhan kita (8). Panggilan dan janji-janji Allah yang besar untuk masa depan kita yang kekal janganlah dijadikan dasar untuk membenarkan Kristen menjadi manusia yang statis, pasif, dan tanpa inisiatif.
Seharusnya kita terdorong aktif untuk memacu semangat hidup kekristenan kita, penuh inisiatif dan dinamis. Sikap ini mengarahkan kita pada pertumbuhan dan perkembangan yang normal, sehat, dan bertanggung jawab. Tidak hanya itu, kita juga dimampukan untuk menjalani kehidupannya dengan penuh dinamika, bertumbuh, dan berkembang. Keadaan seperti ini hanya akan dialami oleh setiap orang yang telah melekatkan diri dalam jalinan persekutuan dengan Tuhan Yesus Kristus dan tidak membiarkan diri hidup dalam kepasifan tanpa inisiatif. Kata sungguh-sungguh berarti melakukan dengan sepenuh hati, tidak asal-asalan atau main-main. Berusaha dengan sungguh-sungguh juga berarti bahwa kita berusaha tidak dengan kekuatan sendiri dalam melakukan apa yang difirmankan, tetapi mengacu pada respons kita terhadap panggilan Tuhan itu.
Sebagai orang beriman kita diingatkan supaya sungguh-sungguh berusaha mengembangkan kualitas dan citra Kristus di dalam dirinya. Sebab itu, seharusnya tidak ada istilah “jalan di tempat” dalam perjalanan iman seorang percaya. Orang beriman harus menghasilkan kebajikan, pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan, kasih terhadap saudara-saudara seiman, dan kasih terhadap semua orang (ayat 5-7). Itulah bukti iman. Jika semua itu ada di dalam diri kita dan bertumbuh, niscaya hidup kita akan berbuah (ayat dan kita tidak akan tersandung (ayat 10). AMIN!* (KU).
Nas ini berisi pesan moral, meminta kita untuk berusaha secara sungguh-sungguh: panggilan untuk lebih bersemangat yang dinyatakan melalui perkataan “berusahalah sungguh-sungguh”. Panggilan untuk terus maju. Kita diingatkan tentang sederetan nilai-nilai berharga yang perlu untuk dimbangkan (menggunakan ungkapan yang serupa dengan “berusahalah sungguh-sungguh”), mengembangkan kebajikan, pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan (takut akan Tuhan), kasih kepada saudara-saudara, dan kasih kepada semua orang. Mengembangkan nilai-nilai yang baik tersebut akan membuat kita efektif dan produktif dalam hubungan dengan Kristus.
Jika kita melakukannya, maka tidak ada keraguan tentang keselamatan maupun penyambutan kita dalam Kerajaan Allah. Kita dingatkan kita tentang panggilan Tuhan yang harus kita kerjakan dengan sungguh-sungguh. Tidak ada kata setengah-setengah dalam menjalani kehidupan kekristenan; sebaliknya kita harus mengerjakan keselamatan itu dengan takut dan gentar (baca Filipi 2:12). Karena itu Petrus menasihati agar kita berusaha dengan sungguh-sungguh, “…untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang.” (ay.5-7).
Sifat-sifat baik seperti: kebajikan, pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan (takut akan Tuhan), kasih kepada saudara-saudara, dan kasih kepada semua orang harus ada dalam diri kita sebagai orang-orang yang percaya kepada-Nya. Dan apabila semua sifat-sifat ini telah Kristen tambahkan pada imannya, maka Allah akan membuat kita giat dan berhasil dalam pengenalan akan Yesus Kristus, Tuhan kita (8). Panggilan dan janji-janji Allah yang besar untuk masa depan kita yang kekal janganlah dijadikan dasar untuk membenarkan Kristen menjadi manusia yang statis, pasif, dan tanpa inisiatif.
Seharusnya kita terdorong aktif untuk memacu semangat hidup kekristenan kita, penuh inisiatif dan dinamis. Sikap ini mengarahkan kita pada pertumbuhan dan perkembangan yang normal, sehat, dan bertanggung jawab. Tidak hanya itu, kita juga dimampukan untuk menjalani kehidupannya dengan penuh dinamika, bertumbuh, dan berkembang. Keadaan seperti ini hanya akan dialami oleh setiap orang yang telah melekatkan diri dalam jalinan persekutuan dengan Tuhan Yesus Kristus dan tidak membiarkan diri hidup dalam kepasifan tanpa inisiatif. Kata sungguh-sungguh berarti melakukan dengan sepenuh hati, tidak asal-asalan atau main-main. Berusaha dengan sungguh-sungguh juga berarti bahwa kita berusaha tidak dengan kekuatan sendiri dalam melakukan apa yang difirmankan, tetapi mengacu pada respons kita terhadap panggilan Tuhan itu.
Sebagai orang beriman kita diingatkan supaya sungguh-sungguh berusaha mengembangkan kualitas dan citra Kristus di dalam dirinya. Sebab itu, seharusnya tidak ada istilah “jalan di tempat” dalam perjalanan iman seorang percaya. Orang beriman harus menghasilkan kebajikan, pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan, kasih terhadap saudara-saudara seiman, dan kasih terhadap semua orang (ayat 5-7). Itulah bukti iman. Jika semua itu ada di dalam diri kita dan bertumbuh, niscaya hidup kita akan berbuah (ayat dan kita tidak akan tersandung (ayat 10). AMIN!* (KU).
Dalam konteks GKE, ini inovasi pelayanan yang luar biasa pak... selamat berkarya dan selamat menabur!
BalasHapus