Renungan GKE

Senin, 23 Oktober 2017

SIAPA YANG BERTAHTA DI HATI ANDA?



2 Samuel 15:13-37

Alkisah (ini hanya kisah fiktif saja), bertemulah dua sosok setan mengadakan dialog. Yang satu kelihatan sangat gemuk, segar dan ceria. Sedangkan setan yang satunya lagi sangat kurus, sakit-sakitan, muram dan mirip seperti kata pepatah, hanya tinggal tulang. Apa masalah mereka? Apa yang mereka perbincangkan? Nah, ikuti dialog mereka seperti berikut ini. Setan yang gemuk membuka pembicaraan: “Koq kamu kelihatannya sangat kurus, sakit-sakitan, dan muram? Ada apa dengan mangsa anda?” (mangsa: maksudnya manusia yang mereka goda).

Dengan wajah sedih, setan yang kurus memberi jawaban: “Ya, itulah masalahnya. Habis mangsa saya itu sulit saya taklukkan. Bagai tembok beton, susah ditembus. Habis kalau saya goda bila ia makan, ia berdoa sebelum makan. Bila saya mau menyimpangkan jalannya, ia duluan berdoa ‘Tuhan, tuntunlah jalan hamba’. Bila saya goda tawarkan tempat foya-foya dan tempat remang-remang sehabis gajian, ia juga terlebih dahulu berdoa: ‘Tuhan, berkatilah uangku ini supaya dapat aku gunakan secara baik dan benar serta bersyukur’. Mau kerja berdoa, mau makan berdoa, merencanakan sesuatu berdoa. Aku tawarkan koran, ia malah baca Firman Tuhan. Aku tawarkan tempat menarik hiburan pada hari minggu, ia malah berangkat ke gereja.”

“Hahahaha......” setan yang gemuk tertawa ngakak setengah mengejek kawannya si setan yang kurus. “Kalau dengan mangsa saya beda” katanya. Terus ia menambahkan: “Kalo mangsa saya itu rapuh. Bagai rumah tampa pagar. Jadi mudah saya goda. Mau makan, nda berdoa, jadi saya yang gemuk makan. Bila jalan, saya belokkan jalannya ke tempat hiburan. Bila sehabis gajian, saya tawarkan tempat hiburan remang-remang, ia sangat suka. Bila bepergian perjalanan dinas, saya tawarkan perselingkuhan, ia semakin tak tau diri. Saya semakin bahagia. Jadi saya makin gemuk. Bangun tidur langsung baca koran, bukan Firman Tuhan. Apalagi hari minggu, saya tawarkan tempat rekreasi yang menggiurkan, ia langsung bagai kerbau ditarik moncongnya. Jadi saya makin gemuk. Pokoknya, di hatinya saya yang bertahta, sehingga saya mudah menguasainya”, ungkap setan yang gemuk. Setan yang kurus rupanya hanya tertunduk merenungkan nasibnya!

Saudar, sadarkah kita, bahwa sejak bangun tidur pagi, berpikir, dan beraktivitas sepanjang hari, hingga mau tidur di malam hari, ada dua kuasa yang siap akan bertahta di hati kita? Kuasa Allah dan kuasa setan tentu saja! Kuasa terang dan kuasa gelap istilahnya! Mana yang kita perkenankan bertahta di hati kita? Apakah kuasa Allah? Atau kuasa setan? Salah satu kuasa yang bertahta di hati kita, sangat menentukan karakter, cara berpikir dan cara bertindak kita! Menyinggung masalah sikap hati, melalui nas ini memperlihatkan kepada kita sikap orang-orang, seperti digambarkan berikut ini.

Nas ini diawali dengan pernyataan: “...Hati orang Israel telah condong kepada Absalom.” (ay.13). Hati orang Israel yang condong kepada Absalom tentu ada penyebabnya. Ya, apalagi kalau bukan hati mereka telah buta terhadap kebenaran. Hati mereka ditipu oleh kelicikan hati Absalom yang jahat. Lalu tentang Absalom sendiri? Dari beberapa keterangan ayat sebelumnya (misalnya psl. 15:1-7), jelas memperlihatkan niat jahat hatinya, dan apa-apa saja yang hendak dilakukannya. Segala pikiran dan niat jahat yang ada dalam hatinya tentu saja karena dikuasai oleh kuasa kegelapan yang menuntunnya. Firman Tuhan berkata: “Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging. Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian.....“ (Gal. 5:17, 19-20).

Lalu bagaimana gambaran hati Daud dalam kasus cerita ini? Kenapa Daud mesti melarikan diri dari Absalom? Apakah Daud tidak sanggup melawan? Oh, saudara... kita tidak boleh meremehkan begitu saja akan kemampuan Daud. Terlebih panglimanya bernama Yoab adalah tangan kanannya, dan sudah banyak membuktikan kemenangan di dalam medan pertempuran! Tapi kenapa harus melarikan diri? Jawabnya tentu adalah ini. Daud tidak ingin terjadi pertumpahan darah. Daud tidak ingin menyaksikan darah dagingnya sendiri terbantai di medan pertempuran. Bagaimana pun juga Absalom adalah anak kandungnya sendiri. Sejahat-jahatnya Absalom, sebagai seorang ayah yang punya perasaan tentu Daud tidak tega membantai anaknya! Inilah gambaran hati Daud. Hati yang punya perasaan. Hati yang tidak tega! Oh..... Berbeda dalam pengalaman nyata kita, tidak jarang atas nama agama, orang tega membantai sesamanya!

Saudara, melalui nas ini juga memperlihatkan kepada kita sisi lain hati manusia. Hati yang setia. Coba kita baca certinya. Pada saat yang genting itu juga, manakala 600 orang, baik orang Kreta dan orang Pleti, rombongan raja Daud melarikan diri, terdapat seorang asing, orang Gad bernama Itai. Daud memperingatkannya supaya kembali ke tempat asalnya, namun Itai bersikeras tetap mengikuti rombongan Daud dengan setia. Bahkan Itai berikrar: “Tetapi Itai menjawab raja: Demi Tuhan yang hidup, dan demi hidup tuanku raja, di mana tuaku raja ada, baik hidup atau mati, di situ hambamu juga ada.” (ay.21). Oh luar biasa, ungkapan yang menempelak kita! Karena, benarkah selama ini, kita adalah hamba Tuhan yang setia? Benarkah selama ini kita adalah sahabat yang setia dalam suka dan duka? Atau hanya sahabat waktu suka, sementara dalam keadaan sulit kepepet, kita entah di mana....?!

Saudara, saya percaya, kita pasti menginginkan hidup kita sebagai orang percaya yang diberkati oleh Tuhan. Saya percaya bahwa kita menghendaki hidup ini baik adanya. Jika demikian jadikan Allah yang berkuasa dalam hati kita, menuntun cara berpikir kita, langkah dan tindakan kita. Karena itu, pagarilah hidup kita dengan doa. Jadikan Firman Tuhan sebagai landasannya. Serta ibadah sebagai lukisan keindahan jiwa! Jagalah hati kita, seperti dalam ungkapan Firman Tuhan: “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” (Ams. 4:23). AMIN!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar