Lukas 11:33-36
Andaikata suatu waktu Anda melakukan suatu perjalan naik motor atau mobil misalnya, lalu tiba-tiba di depan Anda ada batu yang cukup besar sekitar 20 meter di depan Anda, apa kira-kira tindakakan yang Anda lakukan? Yang normal menurut hemat kita, maka yang seharusnya Anda lakukan adalah ini. Anda akan mengurangi kecepatan kendaraan Anda, menghindar batu itu (tidak menabraknya), supaya Anda tidak celaka, kendaraan Anda tidak lecet, dan dengan selamat melanjutkan perjalanan. Tetapi jika Anda tidak mengurangi kecepatan kendaraan Anda, lalu tiba-tiba dengan seenaknya menabrak saja batu itu, nah ini artinya. Mungkin mata Anda kabur, tidak berfungsi dengan normal. Atau Anda sedang melamun, sehingga mata Anda tidak waspada atau sedang melihat ke arah lain.
Mata adalah indera pelihat, salah satu dari panca indera manusia, kelengkapan hidup manusia. Bayangkan betapa susahnya jika manusia itu buta, tidak punya mata. Aktivitas pun cukup terganggu. Berjalan pun mesti dituntun atau meraba-raba saja. Bersyukurlah bila kita dikarunia Allah mata. Bisa menikmati indahnya pemandangan alam. Bisa melihat betapa cantiknya isteri kita, tampannya suami kita. Atau dapat melihat betapa lucunya anak cucu kita bila sedang bermain. Lebih jauh, mata bukan hanya sekedar alat pelihat. Bukan terhenti sampai di situ. Sebab mata juga sangat berpengeruh terhadap jiwa manusia. Kenapa manusia bisa tertawa? Tentu kerena ada sesuatu yang lucu dilihatnya. Mana ada orang buta bisa tertawa walau ada sesuatu yang lucu di hadapannya! Dan kenapa juga manusia bisa menangis, hingga meneteskan air mata? Apalagi jika bukan karena ada duka yang tersimpan di dalam dada?
Ya, mata tidak hanya sekedar untuk melihat atau memandang saja. Tidak hanya terhenti sampai di situ. Tentu ada kelanjutannya. Paling tidak pasti ada reaksi bagi perasaan, pertimbangan, pilihan, serta keputusan. Keputusan yang baik tentu saja. Bayangkan saja umpama, bila seseorang, baik perempuan atau laki-laki cari pasangan, jadi calon isteri atau suaminya. Pasti tidak cukup untuk menentukan pilihan hanya mendengar suaranya saja dari kejauhan bukan? Karenanya tidak heran bila orang mengatakan bahwa cinta itu juga datangnya “dari mata turun ke hati”. Tidak pernah kita mendengar itu datangnya dari kabar burung lalu turun ke hati. Benar begitu saudara?
Dari cara mata melihat atau memandang, sangat menentukan langkah yang akan di ambil berikutnya. Bila matamu gelap (jahat), maka gelaplah seluruh tubuhmu. Bila matamu terang (baik), maka teranglah seluruh tubuhmu. Apa contohnya? Coba saja perhatikan apa dikatakan Alkitab tentang peristiwa Daud dan Betseba? Anda pasti tahu apa akhir ceritanya dari soal mata yang gelap itu. Coba ikuti juga cerita tentang Abraham dan Lot dalam Alkitab, tentang cara mereka menetapkan pilihan wilayah yang mereka pilih dari cara melihat atau memandang. Mata sangat berperanan bukan? Bagi orang Yahudi sendiri, mata bukan hanya sekedar mata yang hanya berfunsi untuk melihat saja.
Mata atau dalam bahasa Ibrani “ayin”, dalam pemikiran Ibrani merupakan anggota badan setengah berdiri sendiri dalam bertindak dan dianggap juga mempunyai sifat-sifat moral. Karenanya mata tidak hanya sekedar sanggup melihat, tetapi di dalamnya bersemanyam sifat moral “sombomg” (bdk. Yes. 5:15), yang mempengaruhi jiwa manusia! Sebab itu tidak heran bila Yesus memperingatkan orang-orang Farisi, para murid, dan kita selalu orang percaya, untuk mewaspadai roh mata (gelap, jahat) yang “sombong”! Yang sangat berpengaruh terhadap cara mempersepsikan sesuatu. Entah benda, orang, bahkan Tuhan! Ya, karena mata (dalam arti sesungguhnya konteks ini), seperti Yang Yesus katakan, mata yang tidak mampu menerangi seluruh tubuhnya, perilaku dan tindakannya. Ya, mata yang tidak berfungsi selaku penerang bagi tubuh!
Bagaimana supaya kita selaku orang percaya dapat memiliki mata yang berfungsi menerangi seluruh tubuh kita, sikap dan tindakan kita?
Langkah pertama, tiada lain tiada bukan, kuduskan mata Anda, supaya roh mata yang gelap atau “mata yang sombong” diganti dengan mata yang terang atau “mata yang kudus”. Hanya dengan demikian kita dapat menghargai orang lain, mengasihi sesama, berprihatin bersama, suka bersama. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Hanya dengan demikianlah kita dapat mengakui kelebihan orang lain, bisa mendengar orang lain. Bukan sebaliknya. Meremehkan, melecehkan, mengkritiknya, mencari-cari kesalahannya, baqhkan menjatuhkannya!
Langkah kedua, arahkan mata Anda untuk selalu diterangi oleh Firman Allah. Bukan lebih banyak digelapkan oleh kaset porno, atau terlalu banyak baca huruf-hurup di berita majalah atau koran. Huruf-huruf dalam Alkitab Firman Tuhan harus lebih banyak menyetrum mata Anda, sehingga ibarat bola lampu selalu menyala karena terhubung setrum dari sumbernya. Firman Allah berkata: “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” (Mzm. 118:105).
Langkah ketiga, untuk menyempurnakan mata Anda supaya tidak dikaburkan oleh virus dunia, gunakan antivirus super canggih. Dengqan demikian mata kita tetap terang, dan menerangi tubuh kita yang akhirnya bermuara menjadikan hidup kita sungguh-sungguh menjadi terang bagi sekitarnya. Antiv virus macam apa itu? Nah, firman Tuhan memberi tahu, gunakan “mata iman”. Yesus sendiri menyatakan: “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (Yoh. 20:29b). Ini penting! Inilah jenis mata yang harus dimiliki oleh setiap kita orang beriman. Kenapa ini penting? Karena, walau pun mata jasmani kita semakin kabur, mata jenis ini tetap dapat melihat. Bahkan selalu dapat melihat karya Allah dalam hidupnya, baik suka atau duka, semua punya rencana yang indah untuk hidupnya. Mata jenis ini yang mampu menghantarkan kita melangkah pasti menuju pintu sorga, walau orang dunia banyak yang kesasar karena hanya mengandalkan mata jasmaninya! AMIN! *(KU)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar