Ulangan 7:12-26
Istilah “berkat” tentu lawan kata dari kata
“kutuk” (bdk.Kej.27:12; Ul.11:26-28; 23:5; 28:2; 33:23). Rata-rata manusia, terlebih orang beriman tentu
mendambakan berkat ketimbang kutuk. Yang dicari adalah berkat, kutuk tentu yang
dihindarkan. Lalu apa makna “berkat”
atau “berakah” (Ibrani), blessing (Inggris) itu sesungguhnya?.
Istilah “Berakah” memiliki beberapa pengertian
antara lain the power of live (kuasa hidup, atau sesuatu yang menghidupkan),
prosperity (kelimpahan), dan liberal (banyak, berlimpah, bebas). Kata kerja
dari berakah adalah “barak” yang artinya menghidupkan. Sedangkan dalam bahasa
Yunani kata “berkat” diterjemahkan dari istilah “eulogiua” gabungan dua kata “eu” yang artinya “indah” dan “logia” yang artinya “perkataan” atau “pengertian”.
Secara asal usul kata (etimologi), dapat
diartikan bahwa Allah memberi kuasa hidup, membuat makmur, memberi kelimpahan
dan membebaskan. Tidak kurang dari itu. Ini penting! Untuk menghindari
pengertian yang salah, orientasi yang salah tentang makna “berkat” dalam arti
yang sesungguhnya. Kita harus pahami bahwa Tuhan bukanlah pusat di mana
orang-orang mencari kekayaan atau harta duniawi semata. Jika ini yang terjadi,
berarti kita menyimpangkan maksud dan tujuan berkat Allah. Yang terjadi hanyalah,
Allah sebagai suruhan kita untuk memenuhi selera manusia kedagingan kita. Tidak
lebih dan tidak kurang!
Hanya Allah saja sumber berkat yang sempurna.
Ya, berkat rohani. Ya, berkat jasmani. Bukan hanya berkat rohani, karena kita
masih tinggal di bumi yang tentu memerlukan hal-hal yang jasmani juga.
Karenanya, berkat-berkat jasmani bukanlah dosa.
Bukanlah sesuatu yang kotor.
Apabila kita cermati, dari ketujuh berkat yang disebutkan dalam nas ini
Allah justru berjanji untuk memberikan berkat jasmani juga. Namun salah pula
bila kita mengukur berkat Allah hanya dari yang bersifat materi semata. Bila
banyak harta dan berlimpahan materi, nah berarti diberkati Allah. Bila orang
miskin, nah pasti karena dikutuk Tuhan. Karena bisa jadi juga orang berlimpah karena
korupsi dan menipu sesamanya?! Bila ini yang terjadi, bukan berkat namanya,
tetapi pemberian dari setan. Umpan untuk menuju kebinasaan.
Hanya Allah saja yang memiliki hak prerogatif
untuk memberikan berkat, bukan berasal dari manusia. Dalam Alkitab dinyatakan
bahwa Allah sendiri menjanjikan berkat. Dan berkat senantiasa mengikuti orang
yang setia dan selalu melakukan firmanNya. Allah tidak membiarkan anak-anakNya
hidup kekurangan meskipun kadang Ia ijinkan itu terjadi dan menimpa kita,
dengan tujuan mendidik dan memproses kita agar kita belajar percaya dan
bergantung penuh padaNya.
Bila Allah memberikan berkat kepada saudara,
tahukah saudara apa makna dan tujuannya? Ya, tentu saja dengan maksud supaya
kita lebih takut dan taat kepada Allah. Bahwa Allah mempercayakan kita untuk
melaksanakan misinya dengan lebih baik lagi. Menjadi saluran berkat-Nya dalam
rangka menghadirkan tanda-tanda kerajaan-Nya di bumi ini. Menjadi sarana untuk
mendatangkan damai sejahtera di dunia ini. Bukan untuk dinikmati sendiri.
Apalagi menghambur-hamburkan berkat-Nya untuk sesuatu yang sia-sia! Amin!
(Pdt.Kristinus Unting, M.Div)