(Matius 25:31-46)
Di
hari penghakiman nanti (seperti yang dipaparkan oleh Yesus sendiri), ini yang
akan terjadi. Ketika Yesus datang untuk kedua kali sebagai raja, semua manusia
akan dihakimi di hadapanNya. Semua manusia ditetapkan dan ditempatkan seperti
antara kelompok kambing dan domba. Ada yang ditempatkan di sebelah kanan
(domba), ada yang di sebelah kiri (kambing). Sepanjang yang bisa kita pahami,
yang ditempatkan di sebelah kanan (domba) tentu adalah calon penghuni sorga.
Sedang yang di sebelah kiri (kambing) tentu para calon penghuni neraka!
Saudara,
pertama-tama, tentu kita pengin tahu, apa sih yang menjadi kriteria
pengelompokannya? Sehingga ada kelompok domba dan kelompok kambing? Nah, ini! Dari
apa yang mereka perbuat kepada sesama! Tindakan sederhana, tetapi riil dan tepat
guna! Perhatikan apa yang Yesus tegaskan: “…..sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari
saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” Sungguh di
luar dugaan. Tidak seperti yang kita perkirakan. Kita kira hal-hal spektakuler dan
luar biasa yang menjadi penilaian.
Kita
kira bahwa yang ditanyakan adalah tentang bagaimana bentuk ibadah kita. Atau
keaktivan persekutuan doa kita. Atau berapa kali Anda membaca Alkitab tiap
hari. Atau mungkin seberapa gigih Anda membela Tuhan atas nama baju kumal agama. Atau berapa banyak orang-orang yang Anda anggap kafir telah disingkirkan
untuk membela kesucian Tuhan? Ternyata tidak! Ternyata berbeda dari kebanyakan
yang kita perkirakan. Ternyata hal-hal yang sederhana saja. Saking
sederhananya, bahkan kedua kelompok tersebut, baik kelompok domba maupun
kambing tanpa mereka sadari bahwa mereka telah berbuat maupun telah tidak
berbuat! Astaga! Hanya tindakan kecil
dan sederhana saja rupanya. Berbagi
sepotong baju bekas bagi yang tak berpunya, rasanya rata-rata kita mampu saja
melakukannya.
Berbagi
kasih sepiring nasi sop plus segelas Aqua, sebenarnya bukanlah hal yang terlalu
luar biasa. Kalau hanya sepotong baju, segelas air, memberi tumpangan,
mengunjungi yang sakit, atau kunjungan kepada yang terpenjara, rasa-rasanya bukankah
terlalu sederhana bila dibandingkan dengan kemuliaan sorga yang tiada tara? Hanya
masalahnya, kenapa sih yang sederhana itu pun terlalu sulit untuk dilakukan? Padahal,
bukankah itu yang justru menentukan? Nah di sinilah persoalannya. Justru inilah
yang menentukan pengelompokkannya, entah digolongkan pada kelompok domba atau
pun pada kelompok kambing!
Lalu apa saja sih sifat-sifat positif yang
mencirikannya sehingga ditempatkan menjadi kelompok domba (yang baik) dan
sifat-sifat negatif yang mencirikannya sehingga ditempatkan pada kelompok
kambing (yang tidak baik/jahat)? Menurut penelitian yang dilakukan berdasarkan
pengalaman para gembala yang ada di belahan bumi Palestina dan sekitarnya telah
mempelajari sifat fenotif (gambaran
luar) dan genotif (karakter) dari
kedua jenis binatang tersebut. Dari hasil penelitian ditemukan empat perbedaan
mendasar seperti berikut ini:
Kelompok
Domba.
Pertama: Pada
umumnya Domba berwarna putih keemasan. Warna
keemasan domba menunjukkan atau melambangkan kepada sesuatu yang terang dan
sukacita. Warna itu menunjukkan bahwa domba memiliki warna yang mewakili apa
yang dikenal manusia sebagai gambaran hal yang lebih positif (bersih/terang, mulia dll).
Kedua: Domba memiliki
karakter yang jinak. Pada masa musim mencukur bulu domba tiba,
domba tidak perlu diikat karena mereka sangat penurut dan percaya akan apa yang
dikerjakan pencukur terhadap domba-domba. Karakter domba ternyata terwakili
dari berkatnya, domba dengan bulunya yang tebal dan disaat masa cukur tiba,
domba-domba menurut saja untuk dicukur. Artinya karakter dan keperluan domba
itu sudah dibentuk atau terbentuk sedemikian rupa (genotif).
Ketiga: Kebiasaan
domba suka mengelompok dalam satu kawanan (bisa berkawan). Makan rumput
bersama, minum air bersama. Diwaktu malam,
domba juga tidur berkumpul bersama saling menghangatkan, saling berbagi
kehangatan. Di dalam kandang domba akan cendrung berkumpul dan bergerombol dan
memilih tempat yang terbuka, hal ini dimungkinkan karena sifat yang suka
berkawan juga karena memiliki bulu yang tebal sehingga tahan dingin.
Keempat: Domba
mudah diatur dan mau diatur. Mendengar dan selalu patuh pada tuntunan sang
gembalanya. Ketika suara
gembalanya memberikan kode dengan teriakan, para domba dengan segera mengambil
perhatian dan mengikuti perintah pengembala. Bila dituntun ke Barat, semua
bersama-sama ke Barat. Bila dituntun ke Timur, ya semua ke Timur. Walau memang
ada juga dua tiga ekor yang kesasar sendiri hingga terjatuh ke jurang (itu
pengecualian)!
Di
samping itu, domba memiliki sesuatu yang berharga dalam dirinya yang dapat ia
persembahkan bagi orang lain. Bulu wolnya yang mahal, susu, bahkan dirinya
sendiri rela dipersembahkan bagi orang lain. Bahkan yang tidak kalah berharga,
yaitu rasa emosional para pengembala lebih
nyaman terhadap domba-dombanya dibandingkan kambing yang cenderung liar. Domba
memiliki karakter rela berkorban demi sempurnanya setiap pesta yang diadakan (ingat
contoh ketika seorang ayah menyambut kedatangan anak bungsunya yang terhilang
dengan pesta). Bukan kambing yang jadi korban, tetapi domba! Pokoknya domba itu
melambangkan kesucian, kerelaan berkorban dan keperdulian. Seperti yang Yesus
lakukan, mengorbankan diriNya bagi tebusan dosa umat manusia.
Kelompok Kambing.
Pertama: Nah, ini berbeda. Kambing pada umumnya berwarna hitam dan
coklat. Warna coklat dan
hitam biasanya difahami oleh manusia cenderung sebagai gambaran
suasana kehidupan yang kelam, hitam, kedukaan, kejahatan dst.
Kedua: Kambing cenderung membangkang sulit diatur. Kambing
tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya.
Dia akan selalu melompat pagar untuk mencari makanan yang menurutnya
lebih enak. Manusia yang meniru sifat kambing
tentunya akan menunjukkan banyak kegelapan dari tingkah lakunya, perbuatan
untuk kepentingan diri sendiri, juga ego dan tidak jujur serta ingin menang
sendiri. Sifat ini adalah sifat yang bertentangan dengan rencana Allah kepada
manusia. Bagaimana orang semacam ini dapat mengasihi orang lain?
Ketiga: Kambing lebih sukanya sendiri-sendiri.
Tidak suka mengelompok (bersama-sama). Tok pun mengelompok juga, yang sering
terjadi adalah saling menanduk. Saling merasa kuat, saling merasa berkuasa,
saling merasa berhak, saling merasa berkepentingan. Bukan saling perduli,
berbagi dan memperhatikan.
Keempat: Kambing
kalau merumput suka berpindah-pindah.
Suka pindah sana pindah sini dan serabutan serta cenderung sibuk tidak menentu. Ya,
itulah kelompoknya kambing. Di samping itu, kambing lebih banyak mengembik
ketimbang diam. Dan kalau mengembik, suaranya bernada mengejek, meremehkan, dan
terkesan angkuh. Padahal domba walau tiap hari pakai woll, embiknya biasa-biasa
saja. Tetap rendah hati. Tidak sombong.
Di depan pintu gerbang sorga…..
ketika semua manusia (termasuk Anda
dan saya) menghadap takhta pengadilanNya….Apakah Anda dan saya termasuk
kelompok yang mana? Kelompok kambing atau domba? Sebagai orang beriman, tentu
kita semua rindu untuk ditempatkan dan ditetapkan pada kelompok domba. Bukan kelompok
kambing! Hanya persoalannya, apakah karakter domba adalah karakter hidup kita? Jika
ya, maka ini yang akan nampak jelas, dia akan menemukan Tuhan pada diri sesamanya
manusia. Dia akan melakukan sesuatu,
berbuat sesuatu seolah berbuat untuk Tuhan sendiri secara alami. tanpa ia sadari. Bukan dibuat-buat,
atau sengaja berbuat, atau pura-pura berbuat. Tetapi memang sungguh-sungguh
berbuat untuk memanusiakan sesamanya. Namun tidak pernah merasa berbuat. Amin!
(Pdt.Kristinus Unting, M.Div)