Renungan GKE

Selasa, 20 Oktober 2015

TAHU BERTERIMAKASIH



Lukas 17:11-19

Adalah sepuluh orang kusta seperti yang diceriterakan dalam nas ini. Tentulah mereka adalah orang-orang yang sangat menderita. Ya, tentu saja karena penderitaan itu bukan hanya sekedar penderitaan secara tubuh. Secara fisik. Tetapi juga secara hukum Agama dan hukum sosial. Menurut apa yang difahami secara hukum agama (dalam hal ini Agama Yahudi), bahwa penyakit kusta dianggap suatu penyakit najis, kutukan dari Tuhan. Jadi dapat anda bayangkan, apa artinya bila seseorang terserang penyakit kusta. Karenanya tidak heran bila hukum agama melarang mereka untuk dapat bersama-sama berada di Bait Allah memuji Tuhan! Orang najis dinyatakan tidak layak membawa kenajisannya berbaur dengan orang-orang normal dan dianggap suci.

Tidak hanya sampai disitu, secara hukum sosial pun tidak kurang derita yang mereka rasa. Jarak mereka telah ditentukan bila berpapasan dengan orang atau masyarakat normal. Bila berpapasan, si kusta tersebut harus menutup mukanya, dan dengan suara lantang mengucapkan kalimat pemberitahuan: “Najis….najis….!” Siapa saja yang berpapasan diberitahu bahwa disekitar mereka ada orang najis! Itu aturan yang diwajibkan. Berpenyakit kusta, oh malangnya. Sudah menderita secara tubuh, ditambah lagi penderitaan secara aturan agama dan sosial! Sepertinya mereka tak memiliki pengharapan lagi. Namun ketika mereka berjumpa dengan Yesus, situasinya jadi berbeda. Pengharapan mereka tak sia-sia.

Ketika mereka memohon pengasihan dari Yesus, kesembuhan total mereka terima. Baik kusta secara tubuh, maupun penyakit kusta dalam arti yang rohani yaitu dosa. KasihNya tidak terbatas. Bagi siapa saja yang percaya padaNya. Siapa pun yang berpengharapan kepada Yesus, sejarah membuktikan bahwa pengharapan padaNya tidak pernah sia-sia. Kuasa Yesus memang luar biasa. Tak ada yang dapat menandinginya. Nama Yesus adalah nama di atas segala nama yang ada. Nama yang berkuasa baik di bumi mau pun di sorga. Karena memang Dia-lah Allah Yang Berkuasa. Allah yang hadir dalam kenyataan kancah pergumulan manusia!

Persoalannya sekarang, bukanlah pada Yesus yang memang tak terbantahkan. Tetapi pada sikap manusia-manusia yang telah mendapatkan pengasihan Yesus. Anugerah Yesus. Sebagai manusia rata-rata kita mengalami atau menghadapi masalah dalam kehidupan. Baik masalah-masalah jasmani maupun rohani. Aneka persoalan dunia maupun soal doa. Rata-rata kita juga sama-sama berjuang untuk mengatasinya, sadar atau tidak Yesus-lah jawabannya! Lalu setelah mendapatkan jawabannya? Adakah yang berterimakasih kepada Dia yang mengaruniakannya? Nah, disinilah persoalannya! Di sinilah bedanya!

Melalui cerita sepuluh orang kusta dalam nas ini, saya mengajak kita semua untuk menangkap makna pembelajaran berharga, yang sekiranya menjadi berkat bagi kita semua. Diceritakan dalam nas ini, ketika sepuluh orang kusta ini memohon pengasihan Yesus meminta kesembuhan, Yesus tidak langsung mengabulkan permohonan mereka. Semacam ada masa selang. Bahkan Yesus justru memberikan perintah kepada mereka “perlihatkanlah dirimu kepada imam”. Secara normal, bukankah semestinya Yesus memberikan jawaban “Saya akan menyembuhkan engkau?” sambil menjamah mereka yang sedang menderita? Tapi malah diberikan perintah yang kelihatan agak tidak masuk akal.

Yang diminta adalah kesembuhan, tetapi jawaban yang mereka terima adalah sebuah perintah yang harus dilaksanakan! Mereka harus berjalan menuju kepada imam sebagai syarat agama untuk dinyatakan tahir atau tidaknya penyakit kusta mereka. Apa yang menarik di sini? Nah ini! Yesus mau, supaya setiap orang yang meminta pertolonganNya, maka sebelumnya mereka harus memiliki tindakan iman. Suatu tindakan iman nyata melalui pemenuhan sikap yang taat akan aturan agama. Taat akan syarat-syarat agama. Yesus mengajarkan kita untuk taat akan aturan agama yang berlaku.

Melalui perintahNya kepada sepuluh orang kusta tersebut, sekaligus Yesus secara tersirat memberikan pembelajaran kepada mereka, bahwa mereka seharusnya tidak hanya mau mendapatkan kesembuhan dari penyakit mereka secara fisik. Tetapi yang jauh itu, agar mereka pertama-tama harus mementingkan kesembuhan dari penyakit “kusta rohani” mereka. Ini penting! Karena apalah artinya orang mendapatkan kesembuhan secara fisik, tetapi penyakit rohaninya tetap tidak mengalami kesembuhan?

Di sisi lain kita juga perlu belajar dari kesepuluh orang kusta ini. Mereka memang luar biasa. Tanpa complain mereka melaksanakan perintah Yesus. Mereka memiliki tindakan iman yang luar biasa. Mereka pergi bergerak mendapatkan imam untuk memperlihatkan diri mereka sesuai dengan perintah Yesus! Bagaimana dengan kebanyakan dari kita? Adakah yang memiliki tindakan iman yang luar biasa pada Yesus ketika menghadapi masalah kehidupan seperti kesepuluh orang kusta tersebut untuk mendapatkan jawaban? Atau hanya tahunya meminta…meminta… dan meminta kepada Tuhan ?! Tanpa ada tindakan iman dan tanpa ada rasa berkewajiban untuk memenuhi dan melaksakana aturan beragama seperti yang ditetapkan?

Dari keseluruhan cerita dalam nas ini, ada satu hal mendasar yang membedakan mereka. Tentang apa? Nah ini. Hanya satu orang di antara mereka yang kembali berterima kasih kepada Yesus. Padahal yang seorang ini disebutkan adalah orang Samaria, yang bagi orang Yahudi adalah orang Kafir. Sedangkan yang Sembilan orang lainnya? Rupanya mereka, ibarat pepatah “kacang lupa akan kulitnya”. Padahal mereka dipastikan adalah orang Yahudi, orang yang dianggap lebih baik dari orang Samaria dalam kesalehan beragama tentu saja! Berterimakasih, kelihatannya hal sepele. Tapi mengandung makna yang sangat dalam. Berterimakasih artinya menghargai dan hormat kepada siapa orang yang telah berbuat kebaikan.

Saudara, sadarkah kita bahwa banyak hal yang telah Allah perbuat bagi kita? Adalah dalam seluruh hidup kita mengungkapkan sikap yang berterimakasih padaNya? Bagaimana dengan Ibadah kita kita? Doa kita? Ketaatan kita? Cara bersyukur kita? Adakah semuanya menggambarkan sikap berterimakasih? Sebagai ungkapan penghargaan yang dalam dan rasa hormat kita kepadaNya yang telah melimpahkan anugerah dan berkatnya bagi hidup kita? Amin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar