Renungan GKE

Selasa, 05 Februari 2019

PENJALA IKAN MENJADI PENJALA MANUSIA



Lukas 11:1-5

Ketika dibentangkan nas ini, biasanya perhatian kita para pembaca lebih banyak tertuju pada soal mujizat. Ya, mujizat. Fokus seputar mujizat. Dan mentok pada mujizat. Yesus membuat mujizat, ikan jadi banyak, jala hampir koyak, muatan perahu penuh sesak. Lalu diberi keterangan tambahan, aplikasi embel-embel, Allah kita sungguh dahsyat, tidak ada yang mustahil Dia buat, barangsiapa percaya kepada-Nya engkau pasti mendapat berkat. Bila perusahaan Anda bangkrut, jika mengutamakan Tuhan seperti Petrus, yakin saja Allah sanggup memulihan keadaan Anda seperti semula, bahkan berlipat ganda. Tuhanlah teman usaha sejati Anda!

Padahal, maksud Yesus membuat mujizat ikan jadi banyak dalam konteks ini, hanyalah sebuah isyarat, ilustrasi pembuka, menggambarkan tugas pekerjaan misi Allah yang akan dilaksanakan oleh para murid nantinya, jauh lebih besar dari sekedar soal ikan, urusan perut yang berakhir di kamar kecil alias jamban! Bukan! Sebab pada akhirnya, Petrus dan kawan-kawan, bukan diarahkan untuk menjadi penjala ikan yang sukses segala macam. Atau jadi bos konglomerat pengusaha ikan. Tetapi menjadi penjala manusia berintegritas sesuai hakikat panggilan!

Di tepi danau Genesaret itu, dua kontras diperlihatkan. Kontras antara Petrus beserta kawan-kawan, manusia gagal yang sekali pun mapan dan Yesus yang sanggup melakukan segalanya, walau terlihat compang-camping sederhana, kayak anak si tukang kayu dalam kacamata orang dunia! Yesus memperlihatkan mujizat ikan jadi banyak di hadapan mereka, untuk menunjukkan siapa Dia yang memanggil mereka, hingga yang mustahil sekali pun tunduk pada kuasa-Nya. Seperti yang diilustrasikan-Nya melalui pengalaman nyata mereka. Sungguh beda adanya!

Yesus hadir di tepi danau Genesaret itu, tentu tidak kebetulan. Atau sekedar mempertontonkan glamour mijizat Ilahi sekedar tontonan. Atau sekedar hiburan murahan piknik di tepi danau Genesaret yang indah menawan! Tidak! Tapi ada tujuan khusus. Khusus untuk menjala Petrus dan kawan-kawan. Apakah Yesus mau menjadikan mereka para penjala ikan yang sukses dan mapan? Oh, juga tidak! Tetapi untuk menjadikan mereka segera meninggalkan jala dan ikan. Bersiap untuk suatu tugas yang jauh lebih besar dan bermakna. Menjadi penjala manusia, melalui mana Anugerah kasih Allah dinyatan. Bukan untuk tujuan murahan soal ikan biasa yang hanya berakhir di jamban.

Sesungguhnya, disinilah kisah yang sebenarnya Penulis Injil Lukas mau mengarahkan kita. Kisah yang merobah hidup mereka. Dari penjala ikan menjadi penjala manusia. Berawal dari pengalaman nyata bersama dengan Tuhan, sadar akan keterbatasan diri, bahwa di hadapan-Nya diri ini hanyalah seorang pendosa, manusia hina. Segala kemapanan serta kebanggaan untuk tujuan keinginan duniawi semata sering mengecewakan dan sia-sia. Lalu ditutup dengan ending yang manis, penundukkan diri secara total, meyakini penyertaan Tuhan, melahirkan sebuah komitmen sebagai respon pribadi atas simpulan-simpulan pengalaman yang ada.

Kesadaran diri semacam ini pada gilirannya akan melahirkan komitmen yang kuat, menjadi murid dengan integritas mapan hingga emeritus, bukan jadi murid ikut-ikutan. Tetapi menjadi murid yang rela tanpa terpaksa meninggalkan jala dan perahu keinginan duniawi di kenyamanan, untuk melanjutkan misi kehidupan di daratan. Memberi jawab atas persoalan kemanusiaan yang berjubel berdesakan di sepanjang pantai kehidupan dengan aneka warna pergumulan penuh air mata yang sedang menanti jawaban uluran kasih Tuhan. Amin!

Selamat Hari Pensiun GKE 2019.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar