Renungan GKE

Jumat, 01 Februari 2019

KENAPA YESUS DITOLAK DI NAZARET?




 Lukas 4:21-30

Kenapa Yesus ditolak di Nazaret? Padahal, bukankah pengajaran-Nya penuh hikmat dan membuat orang banyak hingga terkagum-kagum heran? Bukankah Yesus juga begitu banyak membuat mujizat di tempat lain dan tentu mereka juga telah mendengarnya? Tapi kenapa di kampung halama-Nya sendiri Dia ditolak? Ada apa dengan orang-orang Nazaret? Apa yang tidak beres dengan mereka? Bila kita telusuri dengan saksama, maka inilah beberapa alasanya.

Mengutip sebuah buku berjudul “Zealot: The Life and Times of Jesus of Nazareth” tulisan Reza Aslan keturunan Persia, seorang profesor penulisan kreatif di University of California, Riverside, terbit pada 16 Juli 2013, mengatakan bahwa: “Yesus berasal dari desa bernama Nazareth dan berasal dari keluarga tekton, artinya bahwa Dia berasal dari kalangan yang paling miskin di antara yang miskin." Tanpa kecuali, itu berati juga berlaku untuk keluarga Yusuf dan Maria penduduk Nazaret.

MASALAH PERTAMA: STATUS SOSIAL

Mereka menyangsikan keberadaan Yesus sebagai sang pembebas dari Allah karena Yesus bukan dari keluarga “keraton” tetapi keluarga “tekton”. “Keraton” dan “Tekton” itu layaknya seperti langit dan bumi bedanya. “Keraton” adalah suatu istilah sebutan bagi golongan bangsawan, para konglomerat, orang-orang terpandang, terdidik dan terhormat! Sedangkan “Tekton”? Apalagi kalau bukan suatu istilah untuk sebutan bagi kaum bawahan, terpinggirkan, golongan orang miskin dan melarat, buta huruf dan tak terdidik.

Apa iya Dia ini (Yesus) yang berasal dari keluarga tak berpendidikan di dusun terpencil bernama Nazareth dapat mengklaim diri-Nya sebagai sang pembebas yang diutus dari Allah, yang menggenapi nubuat dalam kitab nabi Yesaya untuk menyatakan tahun rahmat Tuhan? Apa iya, hikmat dan mujizat yang dilakukan-Nya itu berasal dari Allah? Apa iya Yesus si Tukang kayu ini dapat menjadi pembebas bagi kita terhadap penjajahan Romawi yang bertangan besi?

MASALAH KEDUA: AJARAN TAURAT TENTANG KEESAAN ALLAH YANG SALAH DIMENGERTI

Bagi orang Yahudi, Allah itu Esa. Tidak dapat disamakan atau dipersekutukan dengan apa pun. Deklarasi Yesus tentang diri-Nya sebagai penggenapan nubuat Nabi Yesaya dianggap penistaan agama, suatu dosa besar! Melanggar Hukum Taurat perintah pertama, karena telah menyekutukan diri-Nya dengan Allah. Mereka heran bercampur bingung atas deklarasi yang yang disampaikan-Nya. Mereka lalu mempersoalkan status Yesus. Mereka saling mempertanyakan satu dengan yang lainnya: “Bukankah Dia ini anak Yusuf?” (Ay.23; bdk. Kel.20:3-5: bdk. Ul.6:4).

Mereka mulai kecewa terlebih karena Yesus tidak mau memperlihatkan satu kuasa mujizat pun ditempat mereka, karena Yesus tahu kedegilan hati mereka. Padahal mereka ingin menyaksikan mujizat seperti yang mereka dengar dilakukan-Nya di tempat lain. Kemarahan mereka semakin menjadi-jadi manakala Yesus menempelak dosa kedegilan hati mereka secara beruntun. Secara blak-blakan Yesus mengungkapkan sikap kesombombongan, kekerasan hati, ketidakpercayaan dan penolakan atas diri-Nya yang berarti menolak Allah yang membebaskan mereka.

PERSOALAN KETIGA: TERSINGGUNG KARENA MERASA DIRENDAHKAN

Kemarahan mereka sampai pada titik puncak karena Yesus justru memuji bangsa kafir yang rendah hati dan diberkati oleh Allah. Bukan kepada mereka yang merasa bangga sebagai umat pilihan. Yesus mengungkapkan penolakan Allah kepada mereka melalui kilas balik pengalaman nenek moyang mereka seperti pada jaman nabi Elia dan nabi Elisa. Justru orang-orang dari bangsa kafir yang menerima anugerah Allah. Mereka sangat tersinggung, karena dibandingkan dengan bangsa kafir dan merasa sangat direndahkan! (Ay.25-27).

Di sini kita melihat ketika manusia hanya berpatokan pada anggapan kebenaran pada dirinya sendiri sebagai klaim satu-satunya kebenaran, sehingga diluar dari itu semua dianggap tidak ada yang benar. Hanya mencari kesalahan dan kekurangan dari orang lain, tetapi tidak pernah dengan rendah hati melihat kekurangan diri sendiri. Disini juga kita melihat kekerasan hati manusia ketika tidak bisa membuka diri untuk menerima kritik atau masukan untuk pertobatan dan pembenahan diri. (Ay.28-29).

Kerajaan Allah tidak pernah gagal walau ditolak. Berita tentang pertobatan, keselamatan dan kasih Allah terus dinyatakan. Berkat bagi yang menerima dengan kerendahan hati dan sukacita, tetapi tentu kutuk bagi yang menolak karena kesombongan dan kekerasan hati. Bagi para penerima anugerah keselamatan tentu diharapkan tidak hanya berbangga atas anugerah Allah yang diterima. Atau terhenti hanya sebatas terkagum-kagum, sekedar mencari Yesus untuk mendapatkan tanda mujizat. Tetapi ambil bagian dalam tanggungjawab iman untuk bersama-sama menyaksikan kasih Tuhan di setiap pergulatan kehidupan (Ay.30) Amin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar