Renungan GKE

Kamis, 02 Mei 2019

“ITU TUHAN!”



Yohanes 21:1-19

Betapa sulitnya melihat kehadiran Tuhan dalam hidup kita, manakala peristiwa pahit melanda. Demikian pun keadaan para murid pasca kematian Yesus. Hidup laksana tanpa harapan. Putus asa mengisi hari-hari hidup mereka. Mereka pun kembali dalam kehidupan semula, menjala ikan di danau. Itu pun tak cukup membantu. Keterampilan yang biasa mereka lakukan, juga menemui kegagalan. Betapa semakin berat beban dirasa. Terlebih pengalaman masa lalu di saat-saat penyiksaan Yesus selalu terngiang di telinga. Yang terlihat di depan serba gelap saja (Ay.1-3).

Namun Yesus yang bangkit, tidak meninggalkan para murid. Terus membimbing mengarahkan mereka untuk beroleh kepercayaan diri serta keyakinan akan kuasa Tuhan yang telah bangkit. Tidak mudah memang. Tidak heran bila biasanya orang mempertanyakan kuasa, kehadiran Tuhan, rada-rada mempersalahkan serta menyangsikan tentang Tuhan manakala hidup sarat beban!

Yesus yang bangkit tidak sedang meninggalkan para murid. Tetapi selalu ada hadir bersama mereka. Yesus tahu keberadaan mereka. Kini Yesus berdiri di pantai danau Tiberias menyatakan kuasa-Nya yang telah bangkit. Tapi sayang seribu sayang, kehadiran Yesus tak nampak bagi mereka. Tentu saja, karena kegamangan hidup membuat mereka hanya terfokus pada masalah mereka (Ay.4-5).

Hati yang terluka oleh berbagai peristiwa pahit dalam hidup, beratnya beban yang dihadapi memang sulit bagi kebanyakan orang melihat Tuhan hadir dalam hidupnya. Juga sulit untuk mendengar tuntunan-Nya apa sekiranya terbaik untuk menuju jalan berkat. Namun, tidak kurang cara Tuhan untuk memulihkan hati yang terluka. Penampakkan Yesus bagi para murid kini untuk yang ketiga kalinya. Bukan yang pertama atau kedua. Tuhan dengan sabar membimbing para murid, sedikit demi sedikit, tapi pasti, hingga mereka akhirnya kuat kembali (Ay.6).

Dan benar saja, tanda-tanda pengharapan untuk mengenal Tuhan yang telah bangkit kini mulai tumbuh. Perintah dari seseorang di tepi pantai yang belum jelas bagi mereka untuk menebarkan jala ke tempat yang dalam hingga sesutu yang di luar nalar mereka terjadi, pembuka tirai kepekaan seorang murid (Yohanes) sudah dapat mengenal bahwa “Itu Tuhan!”. Melihat kehadiran Tuhan dalam hidup memerlukan penalaran dan kepekaan. Terlalu fokus pada masalah dan beban membuat mata rohani kita kabur untuk melihat kehadiran Tuhan (Ay.7).

Kehadiran Tuhan tidak cukup hanya dilihat dari cara pandang ketika kita memikirkan beban. Karena penglihatan kita sedang bermasalah. Itulah salah satu pelajaran penting peristiwa Paskah yang memberkati. Itulah awal titik terang yang membuat penglihatan para murid semakin terang untuk melihat dengan jelas bahwa “Itu Tuhan!” Jangan biarkan kegamangan hidup menggelapkan kehadiran Tuhan untuk mengarahkan, menolong, menguatkan serta memberkati hidup kita. kuasa kebangkitan kristus adalah kuasa kemenangan, Tuhan selalu hadir di keseharian kita. Memulihkan keadaan kita.

Yesus yang telah bangkit, mengenal kita secara pribadi. Tuhan mau memulihkan keadaan kita. Petrus, tentu salah seorang dari sekian murid yang paling terluka. Betapa tidak! Peristiwa kematian Yesus sebelumnya, adalah pengalaman pahit baginya. Pembelaan yang konyol, pemahaman yang buta akan maksud sang guru, sikap takabur, penyangkalan hingga tiga kali, tentu terbabawa-bawa di setiap angan. Rasa bersalah, beban dosa, penyesalan seumur hidup, menjadi aib yang tak terhapus. Namun, Yesus yang bangkit dari kuasa maut merangkul Petrus dengan kasih. Yesus tidak membuang Petrus. Yesus tidak membunuh karakter Petrus. Beda dengan yang dilakukan manusia terhadap sesamanya.

Di mata Tuhan, Petrus tetaplah Petrus. Punya potensi besar menjadi murid yang akan melanjutkan misi menghadirkan tanda-tanda kerjaan Allah di bumi. Yesus memulihkan keterpurukan Petrus. Hanya Yesus yang sanggup memulihkan hati yang terluka. Ya, hanya Yesus! Dengan cara-Nya yang unik, Yesus membangun kembali harapan Petrus. Tiga pertanyan beruntun yang kualitas pertanyannya makin menurun, membuat luluh lantak segala keakuan selama ini. Petrus seolah melihat cermin diri ditelanjangi, dibedah, nanah keberdosaan masa lalu kentara nyata. Lalu diobati, dipulihkan, untuk dikuatkan olehTuhan kembali (Ay.15-16).

Mengasihi Tuhan, harus dimulai dengan kerendahan hati, bukan keakuan diri! Dengan apa adanya, tanpa pura-pura, apalagi dengan ambisi pribadi yang saatnya akan melahirkan penyangkalan semata. Itulah pelajaran penting berikutnya. Seberdosa apa pun kita, Tuhan tidak pernah membuang kita. Asal saja kita mau diubahkan oleh-Nya. Tuhan tahu bahwa setiap kita punya potensi. Tuhan memberkatinya. Tanpa kehadiran kuasa Tuhan, kecerdasan, atau segala kemapanan hanyalah kegagalan semata. Seperti para murid yang telah berpengalaman, namun semalaman seekor ikan pun tak didapatkan (Ay.17-18).

Tuhan tidak pernah membunuh karakter kita. Tetapi membaharuinya untuk semakin mapan dan berdayaguna dan menjadi berkat dalam hidup. Berhentilah menyesali nanah penyangkalan akan kasih Tuhan. Yesus yang bangkit dengan kuasa kemenangan pasti dan selalu hadir di tepi pantai menanti kita. Memberikan petunjuk, arahan, pemulihan, bahkan berkat, jika kita bernalar serta peka untuk melihat kehadiran Tuhan di setiap jerih juang kita, walau secara tersamar melihat bahwa “Itu Tuhan!”, hidup kita tidak pernah tersia-sia! Amin!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar