Yohanes 13:31-35
Yesus memerintahkan kepada para murid untuk saling
mengasihi. Yesus mengistilahkannya sebagai perintah baru. Kenapa disebut
Perintah baru”? Baru yang seperti apa? Baru, karena standar yang digunakan
bukan standar lama ala Hukum Taurat, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tetapi
standar baru seperti yang Yesus contohkan, pengorbanan dan pengampunan.
Kasih yang diajarkan Yesus lebih dari sekedar kasih Eros,
Fileal, atau Storge. Tetapi kasih Agape, kasih dalam kualitas tententu hingga
jalan salib sekali pun mampu dilalui. Disebut perintah baru karena dampaknya
sungguh luar biasa bila dilakukan, yang karenanya manusia akan sampai bertemu
Tuhan, bukan kesasar salah jalan! Kenapa Yesus memerintahkan supaya
murid-murid-Nya saling mengasihi seperti yang Dia lakukan?
1. Saling mengasihi adalah kekuatan.
Yesus memerintahkan kepada para murid untuk saling mengasihi
tentu supaya mereka memiliki kekuatan untuk mampu bertahan. Kekuatan untuk bertahan
menghadapi situasi yang sulit. Daya kekuatan untuk tetap bertahan dalam iman. Tidak
saling mempersalahkan, tidak saling cari kambing hitam. Saling menjatuhkan, lempar
batu sembunyi tangan.
Bila kita perhatikan konteks, sebentar lagi Yesus akan
menjalani siksaan berat hingga mati di salib untuk sebuh misi Ilahi demi
kasih-Nya menyelamatkan manusia dari dosa. Tentu para murid (walau belum nampak
bagi mereka) akan mengalami situasi yang sulit. Dalam situasi yang sulit, dapat
kita bayangkan apa sekiranya akan terjadi. Integritas diri dipertaruhkan, iman
dan kesetiaan akan diuji. Di sinilah akan dijumpai hakikat kasih sesungguhnya
seperti yang Yesus maksudkan.
2. Saling mengasihi adalah hidup berkemenangan di dalam Tuhan
Firman Tuhan menyaksikan, Allah memenangkan serta
menyelamatkan manusia melalu cara kasih. Yesus Kristus berkorban, menderita dan
mati, untuk menebus dosa manusia dengan cara kasih. Itulah keteladanan yang
Yesus berikan. Kasih bukanlah kelemahan tetapi justru kekuatan. Firman Tuhan
berkata: “…..Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang
percaya…..” (Rm.1:16).
Dalam kacamata dunia memang salib Kristus sebagai
konsekwensi kasih Agape merupakan kekalahan dan kebodohan saja. Kekalahan dan
kebodohan dalam cara pandang manusia yang akan binasa. Tetapi beda dari cara
pandang Tuhan. Kasih adalah kemenangan. Kemenangan di dalam Tuhan! Firman Tuhan
berkata: “Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka
yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah
kekuatan Allah.” (I Kor.1:18).
3. Saling mengasihi adalah standar hidup umat percaya
Kasih adalah ciri khas setiap murid-muridNya. Standar hidup
umat percaya, bukan sekedar simbol, slogan, atau wacana semata. Tetapi melekat
menjadi gaya hidup setiap kita umat percaya. Untuk itu, Yesus memberi
pengajaran sekaligus teladan. Ia berkata: “…..supaya kamu saling mengasihi sama
seperti Aku telah mengasihi kamu…..” (ay 34).
Yesus tidak sedang berteori soal kasih. Tetapi telah, sedang
dan terus melakukan kasih. Kelahiran, kematian, hingga kebangkitan-Nya adalah
bukti nyata kasih Allah bagi manusia. Cara hidup berkemenangan di dalam Tuhan
bukan membalas kejaharan dengan kejahatan. Tetapi dengan kasih. Dengan
pengampunan. Itulah kualitas kasih yang membedakannya dari kasih cara dunia.
4. Saling mengasihi merupakan idenditas diri orang percaya.
Salib di bukit Golgota adalah bukti kasihNya yang tiada
taranya. Suatu pembuktian berkorban tanpa pamrih. Kasih yang diajarkan Yesus
adalah Kasih Agape. Kasih yang rela berkorban tanpa pamrih. Seperti yang Yesus
teladankan, kesediaan mengampuni
murid-muridNya, bahkan yang
mengkhianatiNya sekalipun. Kesediaan untuk menerima keadaan murid-muridNya apa
adanya, sekalipun sangat mengecewakanNya.
Tiada yang lebih indah dalam hidup ini, selain kita mampu
saling setia dalam suka dan duka. Dalam susah dan senang tetap kuat dalam
ikatan kasih pada janji setia sejak pertama di altar gereja sewaktu peenguhan
dan pemberkatan nikah diikrarkan. Tiada yang lebih berharga dari hidup ini,
selain kekuatan untuk mengampuni kepada setiap mereka yang pernah menyakiti dan
mengkhianati kita.
Tiada yang lebih agung dalam hidup ini, selain kesediaan
untuk menerima orang lain apa adanya, sebagaimana Kristus menerima kita apa
adanya. Tiada yang lebih mulia dalam hidup ini, selain kesediaan untuk berbagi
toh dari segala keterbatasan yang ada, bukan sekedar berbangga atas berapa yang
didapatkan semata. Di dunia yang semakin renta ini, masihkan Kasih Kristus
melekat di darah daging kita?
Kasih yang sesungguhnya, bukan pada waktu yang nyaman
biasa-biasa saja, tetapi manakali Ketika iman harus diuji di antara dua
pilihan, jalan salib atau harus cari jalan aman, jalan tol bebas hambatan!
Tidak mudah memang. Namun di sinilah kentara idenditas sesungguhnya anak-anak
Tuhan, membedakannya dengan anak-anak dunia yang akan menuju kebinasaan! Amin!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar