Renungan GKE

Senin, 22 Oktober 2012

NO KEBIMBANGAN YES TAURAT TUHAN


Mazmur 119:113-120

Dalam mazmur ini kita dapati suatu pernyataan sikap yang jelas dari pemazmur. No “kebimbangan”, Yes “Taurat Tuhan”. Pemazmur mengatakan bahwa ia membenci sikap orang yang penuh kebimbangan. Ia lebih mencintai Taurat Tuhan. Perhatikan apa yang pemazmur ungkapkan tentang sikapnya: “orang yang bimbang hati kubenci, tetapi Taurat-Mu kucintai.” (ay.113). Ini suatu sikap yang perlu diteladani oleh kita sebagai orang percaya. Ini penting! Ini jangan dibalik! Sebab bila Yes “kebimbangan”, No “Taurat Tuhan” dapatkah saudara bayangkan apa yang terjadi dalam kehidupan?

Lalu apa alasannya bila pemazmur begitu membenci sikap yang bimbang hati? Menurut pemazmur, bahwa orang yang bimbang hati adalah orang-orang yang sesat, hanya berbuahkan kejahatan dalam sikap dan tidakannya (ay.115), juga tidak ubahnya seperti “sanga” semata! (ay.119). “Sanga” apa artinya? Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-Hari diterjemahkan sebagai “ampas”. Atau dalam Surat Barasih Barita Bahalap (bahasa Ngaju) diterjemahkan sebagai “rotik” (sampah/kotoran). Oh, betapa hinanya, betapa tak berharganya!

Tapi bila mau jujur saudara, bukankah justru ini yang sering terjadi dalam kehidupan nyata kita? Hidup dalam kebimbangan hati menjadikan orang serba pesimis, serba ragu-ragu, dan mudah terombang ambing dalam menjalani kehidupan? Ketimbang mempercayai kuasa Tuhan, jalan pintas jadi pilihan! Apalagi bila yang dinanti-nanti dalam doa permohonan belum datang-datang juga jawaban? Ya, cari “tuhan-tuhan kecil” saja cari pertolongan! Kenapa orang sampai ada yang jadi penipu, pemeras dan merampas? Kenapa juga orang sampai ada yang jadi koruptor umpama? Apalagi sebenarnya kalau bukan buah dari hati yang bimbang. Untuk mengamankan isi perut dan keperluan. Ya, karena orang yang bimbang hati selalu bermuara pada tindakan-tindakan spekulasi yang merugikan orang lain untuk mengamankan diri. Hukum Tuhan pun disepelekannya saja.

Orang yang bimbang hati adalah orang yang penuh dengan keraguan, kekuatiran, tanpa ketetapan, tanpa pegangan. Tidak ada yang dapat diharapkan dari orang yang bimbang hati. Orang yang bimbang hati tentu tidak dapat menghadapi pergumulan. Cepat putus asa, mudah terobang ambing. Pada saat situasi menyenangkan, memang dia adalah sahabat yang baik. Tetapi manakala situasi rawan, nah…nah…nah…bisa jadi adalah orang yang paling dekat dengan pengkhianatan! Tak sanggup memanggul salib dan sesikonya, hanya cari nikmatnya saja. Lalu apa alasannya bila pemazmur begitu mencintai Taurat Tuhan? Bahkan digambarkan bahwa ia begitu menghargainya, begitu takjub, begitu menganggapnya terlalu agung dan suci, sampai-sampai pemazmur ungkapkan, “Badanku gemetar karena ketakutan terhadap Engkau…”? (ay.120a). Kenapa demikian? Apa yang ia takutkan? Jawabannya sangat jelas pada kelanjutan ungkapan kalimat berikutnya, “aku takut kepada penghukuman-Mu.” (ay.120b).

Kata “penghukuman” perlu kita garisbawahi. Rasa-rasanya alasan ini penting sekali kita renungkan! Betapa tidak saudara, sebab dalam pengalaman nyata kita sebagai manusia selalu terbukti, bahwa yang namanya kejahatan tetaplah kejahatan. Suatu saat akan terbongkar juga walau sebaik apa pun cara orang mengemas bungkusannya. Demikian pun sebaliknya, bahwa yang namanya kebenaran tetaplah kebenaran. Karena memang pada hakikatnya, bahwa kebenaran tak pernah bisa dimatikan oleh apa pun atau oleh siapa pun. Walau untuk sementara ia ditenggelamkan. Tetapi yakinilah bahwa suatu saat kebenaran pasti akan muncul ke permukaan, sebab kebenaran adalah hakikat jati diri Allah sendiri! Karena itu saudara, tidak ada ruginya bila kita mencintai, mentaati Taurat Tuhan, karena kita pasti terhindar dari hukuman Tuhan. Berkat-Nya pun pasti Ia limpahkan untuk kita.

Pdt.  Kritinus Unting, M.Div

Tidak ada komentar:

Posting Komentar