I Tesalonika 5:23-28
Jemaat di Tesalonika adalah jemaat yang hidup dan bertumbuh di dalam Kristus. Mereka telah melakukannya, dan tetap didorong untuk lebih lagi melakukannya. Mereka telah memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka menyukakan hati Allah. Saudara, apa rahasia jemaat Tesalonika sehingga dapat bertumbuh? Ada beberapa hal yang penting yang harus kita perhatikan supaya gereja kita bertumbuh yang disampaikan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika.
Pertama, mereka hidup dalam damai sejahtera Allah (ay.23). Istilah Ibrani untuk damai sejahtera ialah “shalom”. Kata ini bukan sekadar menunjuk kepada ketiadaan perang dan pertentangan. Makna dasar “shalom” ialah keserasian, keutuhan, kebaikan, kesejahteraan, dan keberhasilan di segala bidang kehidupan. Damai sejahtera yang dimaksud di sini tentu bukanlah seperti yang disampaikan “dunia” (Yoh 14:27).Tidak serupa dengan ungkapan seorang politisi yang ingin menguasai keadaan suatu wilayah ataunegara melalui pidato-pidatonya yang mengusung isu perdamaian karena ingin mendapatkand ominasi/ dukungan politik.
Hal ini juga tidak sama dengan kondisi fisik tertentu yang menjadikan seseorang merasa “puas” karena serba cukup dalam menikmati pakaian yang indah, makanan enak yang berlimpah, rumah bagus, mobil mewah, tempat liburan yang diidamkan, dan lain sebagainya(Luk 12:16-21). Damai-damai seperti ini bersifat semu dan sementara. Tidak bisa mengisi kekosongan harapan atau hati seseorang, tidak dapat menjembatani hubungan seseorang dengan orang lain, lingkungannya atau bahkan dengan Sang Penciptanya. Damai sejahtera yang sesungguhnya selalu mengacu kepada perasaan pribadi seseorang bahwa semua lengkap dan sejahtera, bebas dari kekhawatiran dan merasa tenteram dalam jiwanya (Mzm. 4:8; 119:165).
Kedua, mereka saling mendoakan. Rasul Paulus berkata “Saudara-saudara, doakanlah kami.” (ay.25). Gereja yang bertumbuh adalah gereja yang berdoa. Gereja yang meremehkan kuasa doa lambat laun akan mati. Doa adalah nafas hidup orang percaya, tanpa doa kita akan mengalami kematian rohani. Paulus meminta agar warga gereja di Tesalonika menjadi jemaat pendoa . Bahkan Paulus juga meminta mereka bukan saja bersyukur dan berjaga-jaga dalam doa tetapi juga mendukung Paulus dalam doa mereka. Apakah kita juga selaku gereja yang saling mendoakan?
Melalui doa, gereja beroleh kuasa dan kekuatan menghadapi setiap tantangan. Sehebat apa pun program tanpa disertai doa pasti tidak akan berdampak. Melalui doa, kesaksian hidup dan kata kita sebagai orang percaya menjadi instrumen anugerah Allah. Dan marilah kita sebagai Sesama tubuh Kristus sepatutnya tidak saling jegal atau masa bodoh, tetapi saling bergantung dan mendukung menjadi instrumen Allah. Gereja mula-mula bertumbuh begitu cepat karena senantiasa bertekun di dalam doa. “Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.” (Kis. 2:42b), sehingga “…tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.” (Kis. 2:47b).AMIN!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar