Renungan GKE

Jumat, 13 Juni 2014

ANTARA HAK DAN KEWAJIBAN



Keluaran 22:1-17
Nas ini berbicara soal cara hidup dalam kehidupan sosial. Supaya terjadi keseimbangan. Keseimbangan antara hak dan kewajiban.  Ya, intinya mengajarkan kita agar kita tidak hanya selalu menuntut hak sebelum kita melaksanakan kewajiban. Hak dan kewajiban itu haruslah selalu beriringan. Hak akan datang dengan sendirinya jika kewajiban telah dipenuhi. Kewajiban pun akan menuntut jika hak sudah terlebih dahulu diterima.
Banyak orang yang menuntut haknya tanpa terlebih dahulu melaksanakan kewajiban. Mereka kadang tahu tentang haknya saja tanpa tahu apa kewajibannya. Ada juga yang tahu hak dan kewajibannya, tapi ia meminta haknya terlebih dahulu. Setelah haknya ia terima maka ia baru kemudian melaksanakan kewajibannya. Seringkali kewajiban tersebut sulit ia laksanakan karena kewajiban biasanya lebih berat dilaksanakan setelah hak diterima.

Para Filusuf “teori korelasi” yang dianut para pengikut utilitarisme sekali pun berpendapat  bahwa selalu ada hubungan timbal balik antara hak dan kewajiban. Menurut “teori korelasi” pengikut utilitarisme tersebut, bahwa setiap kewajiban seseorang selalu berkaitan dengan hak orang lain, dan sebaliknya setiap hak seseorang berkaitan dengan kewajiban orang lain untuk memenuhi hak tersebut. Jadi sesungguhnya, jika ada korelasi yang baik dalam tananan kehidupan sosial, maka keseimbangan hak dan kewajiban pun menjadi lancar!  Hak yang tidak ada kewajibannya tidak pantas disebut hak. Demikian pun kewajiban tanpa hak adalah pemerasan!

Bagaimana dengan kita selaku umat Tuhan? Apakah sudah terjadi keseimbangan antara hak dan kewajiban? Atau hanya lebih banyak menuntuk hak ketimbang kewajiban? Hak untuk mendapat pelayanan yang lebih baik, hak untuk didengar doanya oleh Tuhan? Bagaimana tentang kewajiban dan  tanggungjawab apa sudah dilaksanakan?  Apakah hak yang menjadi  milik Tuhan, milik orang lain, milik gereja, sudah kita laksanakan? Atau malah diambil juga menjadi milik pribadi?

Saudara, Tuhan sudah memelihara, menjaga dan merawat kita dengan baik,setiap hari. Kita juga diminta untuk menjaga barang-barang milik kita dan milik orang lain.  Tuhan menciptakan segala sesuatu di dunia ini untuk kita pergunakan dengan baik. Maka, tidak baik kalau kita merusakkan barang orang lain. Kita harus belajar mencintai milik orang lain seperti milik kita sendiri. Bagaimana kita mengharagai barang orang lain? Nah ini! Konkritnya, Kalau pinjam barang orang harus dijaga dengan baik dan tidak dirusakkan. Wajib dikembalikan ke orang yang mempunyai barang, jangan disimpan berlama-lama dan akhirnya lupa. Kalau menemukan barang yang bukan miliknya harus dikembalikan.  Saudara yang terkasih, kalau kita menghargai barang orang lain, maka orang lain juga akan menghargai barang milik kita. Dengan demikian Tuhan akan amat mencintai kita. Amin!

(Pdt.Kristinus Unting, M.Div)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar