Seorang rekan pendeta dari Myanmar berkata bahwa di negerinya perempuan tidak diperbolehkan memimpin gereja. Jangankan menjadi pendeta, menjadi penatua di gereja pun tidak lazim. Demi melestarikan budaya patriarkat ini, warga gereja memakai ayat Alkitab. Perkataan Paulus bahwa "perempuan harus berdiam diri" dijadikan dasar pembenaran. Padahal faktanya, potensi dan peran perempuan sangat besar dalam gereja.
Bagaimana pandangan Alkitab sendiri terhadap kaum perempuan? Dalam Alkitab (khususnya PL), secara prinsip,Taurat memberlakukan laki-laki dan perempuan sederajat. Apa buktinya? Justru dalam menghadapi budaya patriarkat, Taurat melindungi kaum perempuan yang sering terabaikan hak-haknya. Taurat melindungi seorang istri yang diceraikan suaminya, dengan keharusan suami memberikan surat cerai pada istrinya. Tujuannya, istri tidak dituduh berzina bila ia dinikahi pria lainnya. Selain itu, suami pertama tidak dapat melecehkan mantan istrinya itu (Ul. 24:1-4). Demikian juga ketika suami mencurigai istrinya tidak setia, ia berhak mendapatkan keadilan dan kesempatan membuktikan diri tak bersalah (Bil. 5:11-19).
Dalam kasus putri-putri Zelafehad ini terlihat bahwa penerapan firman Tuhan dalam berbagai situasi selalu menjadi prioritas utama. Taurat mengaturkan hak pewaris yang tidak boleh keluar dari masing-masing kaum dan suku Israel. Oleh karena itu dalam kasus tidak adanya anak lelaki, Taurat mengatur agar anak perempuan pun boleh mewarisi harta ayahnya. Walau peran seorang perempuan di sini diungkapkan dengan cara yang berbeda dengan peran laki-laki, namun masing-masing dihargai dengan nilai yang sama dan mendapatkan bagian yang sama.
Bagaimana dengan di Indonesia, khususnya GKE? Peran perempuan tak kalah pentingnya dalam hidup bergereja. Para perempuan juga punya kepedulian tinggi terhadap pelayanan gereja. Melawat yang sakit dan berduka. Mengatur rumah tangga gereja. Mengurus konsumsi. Bahkan, memimpin jemaat. Sungguh, peran perempuan tak boleh dipandang sebelah mata. Perempuan pun berperan dalam rencana keselamatan Allah bagi dunia ini. Bila ada gereja masa kini yang membedakan peranan wanita tidak seporsi dengan peran pria, perlu dipertanyakan. Karena sejak Kitab Kejadian 1 Allah telah menciptakan manusia pertama laki-laki dan perempuan dalam citra yang sama. Dan jika gereja tidak memberikan kesempatan dan menghargai keberadaan perempuan dalam persekutuan umat, akan melukai kepribadiannya dan mengingkari karunia Allah. Amin!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar