Renungan GKE

Jumat, 13 Juni 2014

MENGAPA ENGKAU MENIPU AKU?


Kejadian 27:1-29

Kisah yang menarik. Terjadi saling menipu, saling tidak jujur, saling mengutamakan kepentingan, dan saling cari keuntungan masing-masing. Oh, ya….ini  terjadi dalam satu keluarga. Bagaimana lagi dengan yang bukan keluarga? Diceritakan, Ishak yang sudah lanjut usia, dengan mata yang sudah buta dan tubuh yang bergemetaran, kini berencana mencurahkan berkat suci kepada anak sulungnya. Tetapi Ribka isterinya secara licik ikut mendengarkan apa yang diminta oleh Ishak dari Esau dan kemudian langsung bertindak untuk mengalihkan dan menggagalkan rencana tersebut. Ya, mengalihkan berkat itu untuk Yakub anak kesayangnanya. Nah, ini juga jadi masalah, jika suami isteri punya anak kesayangan masing-masing, membedakan anak yang satu dengan lainnya!

Mengapa Ishak ditipu oleh anaknya Esau, bahkan oleh isterinya Ribka? Mungkin Allah mengijinkan Ishak ditipu oleh keluarganya sendiri, untuk menghukum sekaligus menyadarkannya akan kelalainya selaku imam dalam keluarga, lemah dalam kebijakan serta sikap pilih kasihnya bagi anak-anak dalam keluarganya. Di sini jelas terlihat bahwa berkat dari Allah tidak dengan sembarangan saja diberikan kepada setiap orang. Allah yang Maha tau akan memberikan berkat-Nya kepada siapa saja yang menurut pandangan Allah layak untuk menerimanya.

Cerita ini tidak hanya terhenti di sini. Ada kelanjutannya. Untuk sementara Yakub yang telah menipu bapaknya tampaknya tenang-tenang saja. Tapi tunggu dulu….. apa kelanjutannya soal tipu menipu itu? Dalam perjalanan kehidupan Yakub selanjutnya ternyata ia juga ditipu oleh mertuanya Laban tentang soal perkawinannya dengan Lea. Nah…nah…nah…jangan kira Allah diam saja! Allah itu Maha Tahu. Demikian pun dengan kita. Mungkin kita dapat menipu siapa saja, isteri, suami, anak, ayah, atau siapa saja. Tetapi menipu Allah tentu tidak!

Kenapa Yakub ditipu oleh mertuanya? Mungkin Allah mengizinkan Yakub ditipu oleh Laban dan Lea, untuk menghukum dan menyadarkannya akan kejahatan dan derita yang disebabkannya ketika menipu ayah dan kakaknya sendiri (bd. pasal Kej 27:1-46). Kita harus mengerti bahwa sekalipun Allah mengampuni kita untuk suatu dosa tertentu dan memulihkan kita, pada saat yang bersamaan Ia mungkin menghukum kita untuk dosa tersebut (lih. 2Sam 12:7-14). Prinsip Allah tetap sama, "Jangan sesat! ... apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya" (Gal 6:7; bd. Ams 22:8; Hos 8:7; 10:12-13).

Saudara pernah ditipu oleh seseorang? Kekasih, suami, isteri, anak, atau oleh siapa saja? Tunggu dulu, jangan cepat-cepat marah! Coba ingat baik-baik, dan renung dalam, apa yang pernah Anda lakukan terhadap orang lain bahkan terhadap Tuhan? Syukurlah bila mengingatnya. Allah memang memberkati Anda dan saya. Allah juga pasti mendengar doa permohonan berkat dari kita. Namun Allah itu suci, Allah tidak akan memberikan berkat-Nya yang berharga, jika kita bermain-main dengan sikap murahan kepada-Nya! Amin!


(Pdt.Kristinus Unting, M.Div)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar