Kejadian 27:30-40
Sejatinya setiap kita rindu untuk mendapatkan berkat dari Allah.
Tubuh yang sehat, dijauhkan dari berbagai marabahaya. Segala rencana dapat
tercapai sesuai harapan, usaha yang lancar-lancar saja tanpa kendala atau gangguan. Dan oh, ya….. nanti
juga berharap Tuhan memperkenankan kita
masuk sorga! Hanya masalahnya saudara, dalam kenyataan hidup kita, berkat yang
dari Allah tanpa kita sadari kita ganti dengan berkat-berkat murah. Layaknya
Esau yang semestinya beroleh berkat hak kesulungan dari Allah, namun ia ganti
hanya dengan semangkok kacang merah! Oh,ruginya….hanya mendapat semangkok
kacang merah, namun bukan berkat yang indah dari Allah!
Bukankah hal yang demikian sering juga kita lakukan dalam
kehidupan nyata kita? Apa umpama? Ya, ketika kita gantikan segala rencana Allah
yang indah bagi hidup kita dengan pilihan-pilihan serta pertimbangan-pertimbangan
kita yang salah! Oh, ya? Apa persisnya? Ya, ketika kita lebih memilih kursi
jabatan dengan cara pintasan berharap
cepat nyaman, cepat melimpah dengan cara-cara pintasan! Cara licik menipu dan
mengancam! Memeras, menipu, korupsi segala macam! Tidak dengan sabar memikul
salib namun perlahan-lahan menuju kemuliaan! Apa contoh lainnya? Nah, tidak
kurang ketika kita gadaikan iman untuk memilih pasangan hidup dengan yang tidak
seiman, dengan alasan kemakmuran, gengsi, ketenaran segala macam!
Lalu ketika hidup ini jadi berantakan? Dan doa-doa kepada Tuhan
seolah tak bisa diharapkan? Jadilah dendam kesumat membara dalam dada. Layaknya
api membakar hutan! Persis seperti Esau kehilangan berkatnya karena dia seorang
tidak beriman yang memandang rendah kekudusan berkat kesulungan! Namun apa
dikata, kini ia mengubah pikirannya dan berusaha mendapatkan berkat itu dengan
air mata, namun air matanya itu merupakan air mata kekecewaan dan kemarahan,
bukan karena sedih atas pilihan-pilihannya yang berdosa. Pengalaman Esau
mengingatkan kita akan pilihan-pilihan salah dalam hidup yang membawa berbagai
dampak mengerikan yang tak terelakkan dalam
kehidupan.
Mengapa Esau tidak layak dikasihi Allah? Pertanyaan-pertanyaan ini
sangat sulit dijawab atau dijelaskan. Namun sudahkah kita mempertimbangkan
sebuah pertanyaan yang lebih mendasar: apakah pilihan-pilihan kita sudah benar?
Apakah cara hidup kita sudah benar? Kita terlampau sering beranggapan bahwa
Allah "Sungguh tidak adil!" Oh, ya…? Benarkah? Ketika kita hanya mau
berbagi serba sedikit kepada sesama atau dalam persembahan kepada Tuhan, lalu
meminta berkat-berkat Allah yang luar biasa? Itu adil juga kah? Ketika pada
masa pencalonan jadi calek, doanya siang malam, sumbang sini-sumbang sana
segala macam, sekarang ibadahnya saja jarang-jarang? Apa kah itu juga disebut
keadilan? Bila kita sungguh rindu untuk diberkati Allah, ya jangan gantikan berkat
Allah dengan berkat-berkat murah! Amin!
(Pdt.Kristinus Unting, M.Div)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar