Ayub 9:1-20
Ada satu hal yang sangat menarik dalam nas ini. Tentang
pengakuan Ayub akan keberadaan Allah. Allah itu baik, Allah itu Maha bijaksana.
Tidak ada yang dapat menyamainya. Sedangkan manusia? Manurut Ayub, tidak ada
yang sempurna. Manusia yang paling sempurna sekalipun tidak ada apa-apanya di
hadapan Allah. Perhatikan ungkapannya dalam ayat berikut ini: “Sekalipun aku
benar, mulutku sendiri akan menyatakan aku tidak benar; sekalipun aku tidak
bersalah, Ia akan menyatakan aku bersalah.” (ay.20). Oh, luar biasa!
Lalu bagaimana dengan kita manusia pada umumnya? Disaat menghadapi
pencobaan bukanlah biasanya orang akan
mulai menuduh orang lain dan segala sesuatu: mereka mulai menggerutu kepada
Allah karena tidak menolong mereka; mereka akan menggerutu kepada orang lain
karena tidak mengasihi; mereka akan meratapi betapa berat hidup yang mereka
jalani. Akan tetapi semua keluhan itu tidak akan menolong kita mengatasi
pencobaan itu. Menuduh orang lain, hanya akan membuat keadaan kita bertambah
buruk. Belajarlah dari sikap Ayub. Apa pun keadaannya, ia tetap dengan rendah
hati mengakui bahwa Allah itu berdaulat. Allah itu harus dihormat!
Saudara, satu hal yang paling prinsif ketika kita menghadapi
beban berat. Sadarilah bahwa hidup ini bukan untuk disesali, tetapi untuk diisi
dan dimaknai. Tawa dan air mata itu biasa, tidak perlu kita merisaukannya.
Tujuan kita hanya satu, terus melangkah setapak demi setapak hingga ke garis
akhirnya toh pun betapa beratnya. Untuk
menghadapi berbagai perubahan kehidupan, pandanglah Allah yang tidak
pernah berubah. Jika Tuhan mengizinkan kita mengalami penderitaan, yakinlah bahwa
Dia pasti akan memberikan pertolongan-Nya kepada kita untuk kita menemukan kekuatan-Nya.
Amin!
(Pdt.Kristinus Unting, M.Div)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar