Renungan GKE

Rabu, 30 Januari 2019

BUKANKAH DIA INI ANAK SI TUKANG KAYU?




Lukas 4:21-30

Yesus mengajar tentang kebenaran Firman Allah di Sinagoge, di Nazaret. Ajaran-Nya sungguh mengagumkan, mudah dimengerti, kata-kata-Nya indah membuat semua orang terpesona. Hanya sayang seribu sayang, para pendengar tidak malah bertobat dan hidup di jalan Allah. Mereka malah kecewa dan menolak-Nya.

Alasan penolakan mereka lumrah semata, dimana-mana pun di seluruh dunia hampir sama. Ya, masalah profesi dan status sosial. Mereka sibuk membahas profesi dan status sosial-Nya sebagai anak si tukang kayu. Mereka mempertanyakan satu dengan yang lainnya di antara mereka: “Bukankah Ia ini anak Yusuf?” (Ay.22b).

Dalam nas yang sejajar, Injil Markus, lebih tajam "Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudaraNya yang perempuan ada bersama kita?" (bdk. Mrk.6:3). “Bukankah Dia ini anak tukang kayu?” Inilah alasan penolakan mereka. Mereka kecewa lalu menolak Dia. Mereka menolak walau pengajaran-Nya luar biasa, gara-gara Dia anak si pengusaha kayu, anak tukang meubel, suatu profesi yang tidak rohani. Dianggap manusiawi. Bukan anak atau keturunan para Nabi, atau orang Lewi yang dianggap rohani.

Lalu kenapa Allah mengutus Anak-Nya sebagai Juruselamat dunia melalui anak si tukang kayu, bukan dilahirkan melalui para Ahli Taurat, para Imam yang dianggap rohani? Karena di balik ketidaktahuan mereka bahwa pekerjaan duniawi Yesus sebagai tukang kayu merupakan persiapan yang sempurna untuk pelayananNya. Allah yang bebas dan kreatif, tidak hanya menyelamatkan manusia dari dosa secara rohani saja, tetapi hadir menyatakan kabar baik secara utuh untuk memperbaiki semua yang telah 'rusak', baik rohani mau pun jasmani.

Dalam Injil Markus 2:17, dikatakan: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." Melalui cara-Nya yang bebas, unik dan kreatif, melalui anak seorang tukang kayu dari Nazaret memperlihatkan kepada kita betapa Allah tidak hanya dapat memperbaiki soal hati yang rohani semata, tetapi sekaligus memperbaharui kehidupan sosial kita menjadi lebih baik lagi.

Sayangnya, yang sering terjadi, kehidupan beriman kita persis seperti orang-orang Nazaret, kita hanya ingin Allah tampil menyelamatkan kita dengan cara yang separo-separo saja. Hanya dengan cara yang rohani saja, secara rohani saja, untuk keselamatan rohani saja. Namun menolak dengan cara-Nya yang jasmani “anak si tukang kayu”, menganggap cara-Nya terlalu duniawi untuk menyelesaikan masalah duniawi kita yang justru bermasalah dalam hal duniawi sebagai dampak kekeliruan yang rohani.

Karya Allah yang unik dan kreatif melui Yesus “anak si tukang kayu” merupakan kesempatan bagi manusia untuk menerima tahun rahmat Tuhan, tahun pembebasan dari dosa, sekaligus pembebasan dari keterpurukan kehidupan sosial manusia. Melalui Yesus “anak si tukang kayu” adalah cara Allah untuk menyembuhkan setiap hati yang terluka. Ia adalah seorang penghibur sekaligus tukang kayu yang memperbaiki kehidupan kita dari segala keterpurukan kita, menuju kehidupan kita menjadi lebih baik lagi. Amin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar