Renungan GKE

Minggu, 16 Februari 2014

PEMIMPIN YANG MELAYANI







Nehemia 5:14-19

Siapa yang tidak ingin untung dalam hidup ini? Dan siapa yang mau rugi? Bukankah orang berjuang mati-matian mengejar yang namanya keuntungan? Dan siapa mengatakan itu salah? Namun sebagai anak-anak Tuhan, jika hanya sekedar mencari keuntungan, maka kita tentu sulit berbagi. Sikap yang pelit tidak mendapat tempat dalam kemuliaan Allah. Seorang pendeta kaum muda sedang memimpin perjalanan misi jangka pendek sekelompok anak muda ke sebuah daerah miskin di Peru. Di tempat tujuan mereka, sang pendeta diberi kehormatan untuk menempati satu-satunya ruangan nyaman yang ada di situ, tapi ia menolaknya. Pun ketika suhu udara berkisar 38°C, ia tidak memilih berteduh di bawah pohon rindang atau dengan santai meminum limun. Sebaliknya, ia justru mengambil kereta sorong beroda satu dan ikut serta membantu pembuatan jalan beton. Itu sebabnya pendeta itu semakin disegani oleh penduduk Peru dan kelompok pemuda yang dipimpinnya. Mereka segan karena ia mau bekerja keras bersama mereka. 

Saat umat Israel membangun kembali tembok Yerusalem dalam kondisi yang berat dan berbahaya, pemimpin mereka, Nehemia, juga ikut ambil bagian dalam pembangunan dan penjagaan. Sebagai pemimpin, ia dipersilakan menikmati hidangan yang istimewa, tetapi ia menolak. Ia tidak seperti para pendahulunya. Sebaliknya, ia turut makan makanan yang sama seperti orang lain (ay.18). Ada dua pilihan dalam kepemimpinan: tergoda untuk melayani diri sendiri atau memanfaatkan kesempatan untuk melayani orang-orang yang kita pimpin. Nehemia memilih untuk menjadi pemimpin yang melayani, dan itu membuatnya lebih dihormati. 

Nehemia adalah contoh seorang pemimpin yang takut akan Allah. Ketika merenungkan bagian ini mungkin kita berpikir mengapa Nehemia berbuat sesuatu hal yang begitu berbeda dengan pemimpin lainnya?  Apakah Nehemia seorang yang tidak normal sehingga tidak menyukai harta? Ternyata sebuah hal yang simple yang bermakna dan berpengaruh Nehemia beritahukan kepada kita yaitu 'ia takut akan Allah' (ay.15) dan ia mau mengidentifikasikan dirinya dengan penderitaan rakyat. Nehemia adalah contoh pemimpin mempesona, menakjubkan, jujur, dan berdedikasi tinggi.
 
Lantas bagaimana dengan kita? dengan negara kita? Bukankah seringkali sikap serakah menyebabkan seorang pemimpin mendahulukan kepentingan pribadinya? Kehidupan Nehemia sebagai bupati bangsa yang sedang porak poranda menunjukkan sebuah kualitas bupati yang high quality. Pada masa kini kita membutuhkan seorang pemimpin di bidang apa pun, baik pemerintahan, perusahaan, gereja, lembaga pelayanan, maupun rumah tangga. Seorang pemimpin haruslah memiliki hati yang takut akan TUHAN, bukan pada manusia. Sehingga para pemimpin terutama pemimpin bangsa ini lebih memperhatikan kepentingan bangsa, kepentingan rakyatnya, bukan kepentingan pribadi.

Nehemia adalah contoh pemimpin yang takut akan Allah. Karena Nehemia takut akan Allah, maka ia tidak menggunakan kekuasaannya untuk mengambil keuntungan dari rakyat, sebagaimana dilakukan oleh beberapa pemimpin sebelumnya.  Takut akan Allah menyadarkan kita bahwa kita bertanggung jawab kepada-Nya dan mendorong kita untuk menjauhi tindakan-tindakan licik, seperti bertindak curang atau menipu umat-Nya. Saudara, jika Tuhan menempatkan Anda sebagai pemimpin, mintalah pertolongan-Nya untuk menjadikan Anda pemimpin yang mau melayani, karena pemimpin yang mau melayani akan menjadi pemimpin yang baik. Amin!

(Pdt.Kristinus Unting, M.Div)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar