Nehemia
5:14-19
Siapa yang tidak ingin untung dalam hidup ini? Dan siapa yang mau
rugi? Bukankah orang berjuang mati-matian mengejar yang namanya keuntungan? Dan
siapa mengatakan itu salah? Namun sebagai anak-anak Tuhan, jika hanya sekedar
mencari keuntungan, maka kita tentu sulit berbagi. Sikap yang pelit tidak
mendapat tempat dalam kemuliaan Allah. Seorang pendeta kaum muda sedang
memimpin perjalanan misi jangka pendek sekelompok anak muda ke sebuah daerah
miskin di Peru. Di tempat tujuan mereka, sang pendeta diberi kehormatan untuk
menempati satu-satunya ruangan nyaman yang ada di situ, tapi ia menolaknya. Pun
ketika suhu udara berkisar 38°C, ia tidak memilih berteduh di bawah pohon
rindang atau dengan santai meminum limun. Sebaliknya, ia justru mengambil
kereta sorong beroda satu dan ikut serta membantu pembuatan jalan beton. Itu
sebabnya pendeta itu semakin disegani oleh penduduk Peru dan kelompok pemuda
yang dipimpinnya. Mereka segan karena ia mau bekerja keras bersama mereka.
Saat umat Israel membangun kembali tembok Yerusalem dalam kondisi
yang berat dan berbahaya, pemimpin mereka, Nehemia, juga ikut ambil bagian
dalam pembangunan dan penjagaan. Sebagai pemimpin, ia dipersilakan menikmati
hidangan yang istimewa, tetapi ia menolak. Ia tidak seperti para pendahulunya.
Sebaliknya, ia turut makan makanan yang sama seperti orang lain (ay.18).
Ada dua pilihan dalam kepemimpinan: tergoda untuk melayani diri sendiri atau
memanfaatkan kesempatan untuk melayani orang-orang yang kita pimpin. Nehemia
memilih untuk menjadi pemimpin yang melayani, dan itu membuatnya lebih
dihormati.
Nehemia adalah contoh seorang pemimpin yang takut akan Allah. Ketika merenungkan bagian ini
mungkin kita berpikir mengapa Nehemia berbuat sesuatu hal yang begitu berbeda
dengan pemimpin lainnya? Apakah Nehemia seorang yang tidak normal
sehingga tidak menyukai harta? Ternyata sebuah hal yang simple yang bermakna
dan berpengaruh Nehemia beritahukan kepada kita yaitu 'ia takut akan
Allah' (ay.15) dan ia mau mengidentifikasikan dirinya dengan penderitaan
rakyat. Nehemia adalah contoh pemimpin mempesona, menakjubkan, jujur, dan
berdedikasi tinggi.
Lantas bagaimana dengan kita? dengan
negara kita? Bukankah seringkali sikap serakah menyebabkan seorang
pemimpin mendahulukan kepentingan pribadinya? Kehidupan Nehemia sebagai bupati bangsa
yang sedang porak poranda menunjukkan sebuah kualitas bupati yang high quality.
Pada masa kini kita membutuhkan seorang pemimpin di bidang apa pun, baik
pemerintahan, perusahaan, gereja, lembaga pelayanan, maupun rumah tangga. Seorang
pemimpin haruslah memiliki hati yang takut akan TUHAN, bukan pada manusia.
Sehingga para pemimpin terutama pemimpin bangsa ini lebih memperhatikan
kepentingan bangsa, kepentingan rakyatnya, bukan kepentingan pribadi.
Nehemia adalah contoh pemimpin yang takut akan Allah. Karena Nehemia
takut akan Allah, maka ia tidak menggunakan kekuasaannya untuk mengambil
keuntungan dari rakyat, sebagaimana dilakukan oleh beberapa pemimpin
sebelumnya. Takut akan Allah menyadarkan
kita bahwa kita bertanggung jawab kepada-Nya dan mendorong kita untuk menjauhi
tindakan-tindakan licik, seperti bertindak curang atau menipu umat-Nya.
Saudara, jika Tuhan menempatkan Anda sebagai pemimpin, mintalah pertolongan-Nya
untuk menjadikan Anda pemimpin yang mau melayani, karena pemimpin yang mau
melayani akan menjadi pemimpin yang baik. Amin!
(Pdt.Kristinus
Unting, M.Div)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar