Nehemia
7:1-3
Luar
biasa. Inilah contoh seorang pemimpin yang bijaksana. Sulit dicari tipe macam
ini. Apalagi pada masa kini. Yang sering terjadi, orang berjuang menempatkan
dirinya pada posisi yang tinggi, bukan untuk membangun atau membela rakyat.
Tapi untuk mengamankan diri. Bukan membangun, tetapi cari keuntungan. Nas ini
mencatat peranan Nehemia sebagai gubernur dan pemimpin dalam membangun kembali
tembok Yerusalem. Pasal 1 (psl.1:1-11) menyatakan dalamnya kerohanian
Nehemia sebagai orang yang mengandalkan doa. Sementara melayani raja Persia, ia
menerima berita mengenai keadaan Yerusalem yang menyedihkan dan mulai menaikkan
doa syafaat secara sungguh-sungguh kepada Allah memohon Dia turun tangan demi
kota dan penduduknya. Seorang pemimpin harus peka terhadap berbagai hal yang
mungkin terjadi dan dihadapi, baik secara internal maupun eksternal. Dengan
berpusatkan Allah dalam doa dan firman, pemimpin yang baik akan membekali diri
dan para pengikutnya dengan keterampilan melayani yang sesuai sehingga musuh
tidak mudah menjegalnya. Ada tiga catatan penting dari nas ini:
1.
1. Tidak Lengah
Langkah
pertama yang dilakukan Nehemia setelah tembok Yerusalem selesai dibangun dan
pintu-pintu gerbangnya terpasang adalah mengangkat para penjaga pintu gerbang
(ay.1). Keamanan dari serangan luar terus diperhitungkan Nehemia. Oleh karena
itu, ia mengatur kapan pintu gerbang boleh dibuka dan bagaimana penjagaan terus
diperketat dan tidak boleh lengah sedikit pun (ay.3). Kenapa pengangkatan itu disatukan dengan
pengangkatan para penyanyi dan orang-orang Lewi? Mungkin Nehemia sengaja memprioritaskan petugas
ibadah agar pelaksanaan penjagaan Yerusalem tidak hanya bersifat fisik, tetapi
juga dengan mengandalkan Tuhan. Mencapai
keberhasilan bukanlah segala-galanya. Keberhasilan yang diberikan oleh Allah
harus dipertanggung-jawabkan dan dipertahankan di hadapan Allah. Keberhasilan
adalah pemberian Allah yang harus dijaga baik-baik. Tetap bertahan di posisi
puncak seringkali lebih sulit dibandingkan dengan usaha mencapai titik
keberhasilan tersebut. Musuh akan lebih giat menyerang setiap kita ketika ada
di posisi puncak. Untuk mencapai keberhasilan diperlukan ratusan bahkan ribuan
langkah, sebaliknya hanya diperlukan satu langkah untuk jatuh atau gagal.
2. Setia dan dapat dipercaya
Langkah
kedua adalah memilih orang yang tepat. Memilih orang yang setia dan dapat
dipercaya. Hanani, saudara Nehemia dan Hananya dipilih sebagai pemimpin
Yerusalem dan panglima benteng, sekilas sepertinya ada nepotisme. Akan tetapi,
prinsip yang dipegang Nehemia adalah memilih orang yang dapat dipercaya dan
yang takut akan Tuhan (ay.2b). Hal ini penting agar kota yang sudah dibangun
kembali temboknya dengan doa dan kerja keras ini, jangan sampai dinodai oleh
kepentingan-kepentingan pribadi yang korup. Hanani dipilih Nehemia karena ia adalah seorang yang
dapat dipercaya dan setia di dalam mengerjakan semua yang pernah Nehemia
percayakan kepadanya. Inilah yang menentukan mengapa Nehemia mempromosikan
Hanani. Seharusnya kita menyadari bahwa sebenarnya Tuhan sendiri yang
mempromosikan Hanani untuk tugas tanggung jawab yang lebih besar, mengingat
Hanani adalah seorang yang setia dalam perkara yang kecil sehingga Tuhan
memberikan kepercayaan yang lebih besar. (Mat.25:21,23; Luk.16:10; 19:17).
3. Sikap hati yang takut akan Tuhan
Kitab
ini mencatat penyelesaian semua langkah dasar dalam memulihkan Yudaisme
pascapembuangan yang diperlukan bagi kedatangan Kristus pada permulaan zaman
Perjanjian Baru. Yerusalem dan bait suci dibangun kembali, hukum telah
dipulihkan, perjanjian dibaharui, dan keturunan Daud tetap terpelihara.
Pemimpin yang bijaksana selalu memikirkan beberapa langkah ke depan tentang apa
yang akan dilakukannya. Perencanaan yang baik selalu memperhitungkan
faktor-faktor dalam dan faktor-faktor luar. Secara lahiriah, segala sesuatu
siap untuk menerima kedatangan Mesias (bdk. Dan.9:25). Zaman Nehemia berakhir dengan
harapan kenabian bahwa Tuhan akan segera datang ke bait-Nya (bdk.Mal.3:1). Perjanjian Baru mulai dengan
penggenapan penantian dan pengharapan pascapembuangan ini. Hanani
diangkat karena dianggap layak untuk suatu tugas yang mulia tersebut, seorang
yang takut akan Tuhan. Dalam hal ini Hanani senantiasa berhati-hati di dalam
melakukan segala perbuatannya. Apapun yang ia kerjakan, ia akan terlebih dahulu
mempertimbangkan apakah itu perbuatan yang menghormati kekudusan Tuhan atau
sebaliknya. Bagi Hanani Tuhan adalah prioritas utama di dalam mengambil
berbagai macam keputusan. Amin!
(Pdt.Kristinus Unting, M.Div).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar