Renungan GKE

Rabu, 05 Desember 2018

ALLAH YANG AKRAB DENGAN MANUSIA




Ibrani 1:1-4
 

Allah yang akrab dengan manusia? Ya, dan memang ada! Itulah yang dipaparkan dalam kitab Ibrani 4:1-4, yaitu Yesus Kristus sebagai “cahaya kemuliaan Allah”, Allah yang hadir, akrab dengan manusia selama 33 tahun lebih pernah hadir di bumi. Dia adalah pencipta alam semesta, penopang segala yang ada sejak semula. Namun tidak mempertahankan ke-Allah-an-Nya hanya ongkang-ongkang duduk di Sorga sebagai yang paling berkuasa dan hanya kerja dengan telunjuk memerintahkan kepada para nabi-Nya untuk mengurus persoalan manusia \

Setelah sebelumnya Dia berulang kali mengutus para nabi-Nya untuk berbicara kepada manusia tentang tata hidup dan tata cara kehidupan sorga, pada gilirannya Dia sendiri yang datang turun ke lapangan, berbicara, bahkan turun langsung hingga ke alam maut titik nadir persoalan terdalam manusia. Dia bukan hanya berbicara kepada manusia tentang kerajaan Sorga, tetapi juga perangkul manusia dengan kasih-Nya. Dia begitu perduli dengan anak-anak, kaum perempuan yang terpinggirkan, para pendosa, bahkan orang dari bangsa kafir sekali pun diperlakukan-Nya dengan kasih yang sama.

Kecuali karena itu, Dia bahkan begitu perduli dengan nasib manusia yang miskin, kelaparan, terbuang, menderita oleh berbagai sakit penyakit, penindasan, dan ketidakadilan. Dipulihkan-Nya dan diberi-Nya pengharapan kepada perempuan pendosa, bahkan si bajingan calon penghuni neraka yang disalibkan di sebelah kanan-Nya pun jelang detik-detik kematiannya Dia rangkul dan ditegaskan-Nya jaminan masuk Sorga. Tiada dosa seberat apa pun yang tak dapat diampuni-Nya. Dia merangkum, penyempurna segala tata cara keagamaan dalam aturan Taurat sebelumnya.

Yesus, adalah “nama di atas segala nama”. Tak ada Allah yang begitu akrab dengan manusia. Kepekaan, hati terdalam kasih ilahi Dia nyatakan. Segala Firman yang pernah Dia ucapkan, yang telah dicatat dalam Alkitab tentu menjadi standar ukuran kebenaran. Tentang dosa kemunafikan, kepura-puraan, cara beragama yang keliru menjadi pengingat untuk kita waspada. Demikian pun janji berkat, penyertaan, penguatan, ajaran, atau janji tentang jaminan keselamatan Sorga tentu menjadi pedoman yang harus mendasari iman dan pengharapan. Terlebih ketika kita menghadapi berbagai pergumulan berat, bahkan penganiayaan karena iman. Kita tetap dikuatkan.

 Kita bersyukur, karena melewati peristiwa Natal, kita telah mengenal nama itu, nama yang agung, nama yang termulia, bahkan nama yang lebih indah dari segala Malaikat sekali pun. Ketika kita ambil bagian dalam pesta iman, ketika kita mengingat nama itu, maka kita diingatkan akan kasih Allah yang tak pernah berobah Dia nyatakan. Ketika kita lemah, berbeban berat, merasa berdosa, maka pintu ampunan masih terbuka. Dia tidak membuang kita. Kita begitu berharga di mata-Nya. Dia begitu akrab dengan kita. Terlebih bila dengan kesadaran penuh, dan tetesan air mata mohon ampunan-Nya, Kita tidak sendiri. Dia tidak membeku laksana penguasa yang sangar. Tetapi seorang Bapa yang begitu mengasihi kepada kita anak-anak-Nya. Amin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar