Renungan GKE

Rabu, 05 Desember 2018

TIGA PRINSIP DAMAI SEJAHTERA




Kolose 3:15

Istilah “Damai Sejahtera”, adalah suatu istilah yang tidak asing bagi kita sebagai umat percaya. Lihat saja di setiap kata pembuka pada setiap pengantar kata sambutan umpama, selalu disapa dengan kata “Syalom”. Entah sadar atau tidak, dipahami atau tidak maknanya! Terkadang saking semangatnya kata ini diucapkan dengan lantang, suara bernada tinggi (sambil mengepalkan tangan ke atas segala), setara kayak pekik jaya “Merdekaaa?! Padahal, secara arti makna, bukankah “syalom” atau “Damai sejahtera” itu menggambarkan suasana yang teduh, lembut, nyaman?

“Damai sejahtera”, apa itu? Apakah sama dengan “Syalom” atau “Salam Damai Sejahtera” yang sering kita ucapkan di gereja dan kalau kumpul di tengah masyarakat? Damai sejahtera, apakah ketika suasana nyaman bisa tertawa-tawa bahagia? Ketika rejeki datang tak terduga? Damai sejahtera oh….. semua orang mendambakannya. Tapi di mana? Dan bagaimana mendapatkannya? Ada tiga prinsip bagaimana Damai sejahtera Kristus dapat menjadi berkat bagi orang percaya:

PRINSIP PERTAMA: Milikilah Damai Sejatera Kristus.

“Damai sejahtera” yang sesungguhnya adalah hanya berasal dari Allah. Tidak ada dari yang lain. Dunia sekarang ini sungguh-sungguh membutuhkan damai sejahtera . Kelahiran Yesus Kristus adalah bentuk kreatif Illahi yang hadir secara riil di tengah dunia ini. Ia hadir dalam rupa insan bayi kudus Yesus Kristus, dibalut lampin lahir di kandang hina. Berbaur hadir di berbagai bentuk persoalan manusia. Dalam suasana politik raja Herodes. Dalam suasana budaya yang ada. Dalam suasana manusia beragama yang salah kaprah ala Farisi.

Dia hadir dalam susana realita dimana manusia terkotak-kotak oleh status sosial warga asli dan non asli, Yahudi versus orang Samaria yang murah hati. Dia juga hadir di pusaran persoalan para kaum kecil yang beradu nasib, para pencari sesuap nasi mempertahankan hidup ala Yusuf, Maria, para gembala sebagaimana adanya.

Dia juga hadir di kegamangan manusia para pencari kesenangan semu yang tak menentu. Ya, Dia hadir di aneka persoalan realitas manusia! Dunia sekarang ini sungguh-sungguh membutuhkan damai sejahtera Kristus. Lihat saja dalam realita kehidupan kita yang semakin jauh dari damai sejahtera. Kenapa terjadi begitu? Apalagi jika bukan karena si “Aku” yang bertahta di hati, bukan Damai Sejatera Kristus yang bertahta!

PRINSIP KEDUA: Bukalah hati bagi Damai sejahtera Kristus.

Bayi mungil Yesus Kristus yang lahir di kandang papa mengungkap tabir rahasia tentang hati Allah. Mengisyaratkan betapa besarnya kasih Allah. Allah memandang sama semua manusia. Bahkan hingga ke akar persoalan manusia, Allah tak memandang hina manusia yang paling berdosa sekali pun! (Bdk.Yohanes 3:16). Damai sejahtera hanya ada pada manusia yang berkenan padaNya. Manusia yang berkenan kepada Allah tentu saja yang dimaksudkan adalah manusia yang membuka hati. Tidak ada damai sejahtera pada manusia yang keras kepala! Tidak ada damai sejahtera pada manusia yang munafik tidak mau bertobat. Karenanya damai sejahtera sejati harus dimulai dari diri sendiri.

Alkitab sendiri membuktikan, sejak manusia pertama kehilangan damai sejatera maka yang terjadi adalah rusaknya hubungan yang harmonis dengan Allah dan juga dengan sesama manusia. Yang ada hanyalah saling mempertahankan diri, saling lempar tanggungjawab, saling membenarkan diri, saling menyalahkan. Adam menyalahkan Hawa sebagai penyebab masalah, Hawa mengkambing-hitamkan setan sebagai biang masalah. Hati menjadi gelisah, dikejar-kejar rasa bersalah, saling curiga plus dibumbui rasa benci! (Kejadian 3:1-19).

Secara gamblang pula, Alkitab juga membentangkan apa yang terjadi pada keturunan manusia pertama Kain dan Habel. Bagaimana si Kain dengan rasa curiga, iri, benci, dan tanpa hati nurani rela menghabisi nyawa si Habel adik kandungnya sendiri! (Kejadian 4:1-16). Pokoknya, ketiadaan damai sejahtera menjadikan manusia bermasalah dengan dirinya sendiri, dengan Sang Penciptanya, dengan sesamanya, juga dengan alam lingkungannya.

PRINSIP KETIGA: Kesediaan diperintah oleh Damai Sejahtera Kristus

“Hendaklah damai sejatera Kristus memerintah dalam hatimu…..” Manusia yang dikuasai oleh si “Aku” yang memerintah dalam hatinya, bisa jadi hanya bersosok seorang manusia namun hatinya bukan hati manusia! Tidak heran bila manusia ada yang berhati singa. Melegalkan segala cara. Jalan pintas dianggap biasa. Hukum dipermainkan, pemutarbalikan fakta kebenaran serasa nikmat bukan dosa! Yang bersalah bisa melenggang seenaknya, sedangkan yang benar bisa terpuruk di penjara, adalah pemandangan biasa! Keserakahan terhadap pengrusakan alam lingkungan adalah fakta yang dapat disebutkan, contoh manusia yang telah kehilangan damai sejatera.

Manusia yang kehilangan damai sejahtera Kristus adalah manusia yang telah kehilangan sesuatu yang paling prinsip dalam dirinya. Kehilangan hati nurani. Kehilangan kepekaan. Kehilangan kesadaran. Kehilangan kasih. Ya, kehilangan segalanya. Ibarat jaringan terputus ke semua arah, baik terhadap diri sendiri, terhadap Allah, maupun terhadap sesama manusia. Jadinya laksana bola lampu yang putus tak bisa menyala. Tak bisa berfungsi apa-apa. Tak bermanfaat apa-apa.ak perlu jauh-jauh mencarinya, karena sejatinya Damai sejahtera bertahta dalam hati, bila mau membuka hati untuk diperintah oleh damai sejahtera Kristus!

Sejatinya, Damai sejahtera Kristus yang Alkitab maksudkan bukanlah berarti bahwa dunia ini otomatis selalu dalam keadaan serba nyaman. Bukan, bukan demikian! Tetapi bak burung kecil yang bersarang di batu karang berlobang dan tetap tenang, masih bisa bersiul toh awan pekat hitam di atasnya, tak terusik oleh deru gelombang yang menghantam batu karang, atau oleh deru guruh dan petir sambar-menyambar di atas langit!

Manusia yang mau diperintah oleh Damai sejahtera Kristus adalah manusia yang peka terhadap suara ilahi akan tahu persis mana sesuatu yang bisa membahayakan dirinya yang harus dihindari, dan mana kehendak Tuhan yang harus dituruti! Manusia yang dipenuhi oleh Damai Sejahtera Kristus adalah manusia yang tidak merasa terganggu dengan kelebihan manusia lain. Tak ada benci dalam hati, atau menyimpan dendam dan iri hati. Hanya bagi manusia yang sugguh-sungguh membuka hati bagi damai sejatera Kristus memerintah dalam hatinya yang bisa melayani dengan sukacita, rela berkorban, mengasihi secara tulus, dan mampu merasakan lebih berbahagia memberi dari pada menerima. Amin!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar