Renungan GKE

Jumat, 14 Desember 2018

KAPAK SUDAH TERSEDIA PADA AKAR POHON



Lukas 3:7-18

Jangan bermain-main dengan dosa. Jangan anggap remeh dan sepi saja hukuman Allah atasnya. Karena di mata Allah sekecil apaun dosa, tetaplah dosa. Bertobatlah, mumpung masih ada waktu. Sebab bila harinya tiba, tak ada lagi yang dapat diperbaiki. Hukuman kekal, ngerinya api neraka sudah menanti.

Murkanya Allah atas setiap manusia yang bermain-main dengan dosa, persis digambarkan melalui seruan pertobatan yang disampaikan Yohanes Pembaptis, ibarat kapak yang siap menebang pohon. Namun yang perlu dicermati baik-baik kalimatnya di sini adalah, bukan penebangan pohon seperti yang biasa orang lakukan, tetapi bahkan akarnya. Apa artinya?

Pada ayat ke sembilan sangat jelas dikatakan: “Kapak sudah tersedia pada akar pohon….”, mulai dari akar-akarnya berarti tidak ada yang tertinggal, tuntas. “Kapak sudah tersedia pada akar pohon” hendak menggambarkan betapa seriusnya hukuman yang diberlakukan.

Akar pohon adalah yang paling penting dan mendasar bagi sebatang pohon. Melalui akarnya ia akan semakin bertumbuh. Melalui akarnya ia mendapatkan kehidupan, hingga berbunga dan berbuah sesuai dengan jenis buah yang dihasilkannya. Dan melalui akarnya pula ia semakin besar dan kokoh! Dapat dibayangkan bila mulai dari akarnya yang ditebang. Sebaik dan sekeras apapun sebatang pohon, bila tidak memiliki akar, pasti akan meranggas, layu, lapuk dan mati.

Kita hidup tentu tidak asal hidup. Tetapi sama seperti sebatang pohon, yang tentu diharapkan semakin bertumbuh hingga akhirnya berbuah. Demikian pun Allah menghendaki kepada kita semua tentang hal yang sama. Pertobatan itu tentu bukanlah pertobatan pasif yang hanya sebatas pengakuan di mulut, tetapi pertobatan aktif. Tindakan segera menyusul setelah ungkapan pertobatan!

Bukti pertobatan, mulai dari niat hati untuk sebuah perobahan dan berlanjut segera pada tindakan “apa yang harus kami perbuat?”. Perlu digarisbawahi keinginan yang “harus”, bukan keinginan berbuat asal-asalan. Tetapi ingin sungguh-sungguh untuk berbuat, dan “harus” berbuat! Bukan terserah saya semau-maunya berbuat. Atau berlambat-lambat berbuat.

Kita tidak tahu harinya, esok atau lusa. Yang jelas, Tuhan pasti datang. Berbuatlah hari ini sekecil dan semampu apa yang dapat kita perbuat kepada sesama sebagai buah-buah yang sesuai dengan buah pertobatan. Sebab apalah artinya kita mau berbuat sesuatu yang besar esok atau lusa, namun sudah terlambat. Amin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar