Renungan GKE

Minggu, 30 Desember 2018

"AKU HARUS BERADA DI RUMAH BAPA-KU”


Lukas 2:41-52

Pada masa kini banyak keluhan para orang tua. Kata mereka, mereka disusahkan oleh anak-anak mereka yang kesasar di tempat yang salah. Begadang, atau kenakalan yang menyimpang dari norma. Yang jelas bukan kesasar ke Bait Allah. Berbeda dengan Yesus, sejak usia dua belas tahun berada di Bait Allah. Bukan untuk bermain-main. Tetapi serius duduk di tengah para alim ulama. Bukan pendengar pasif, tetapi aktif. Sesekali Dia mengajukan pertanyaan, bahkan hingga para alim ulama tercengang akan kecerdasan-Nya. Bukan cerdas duniawi semata, tetapi soal prinsip-prinsip iman secara mapan (Ay.47).

Yesus tidak kesasar atau kebetulan berada di Bait Allah. Tetapi benar-benar “harus” berada di Bait Allah (Ay.49b). Apa yang dapat kita pelajari? Berada di Bait Allah itu penting. Namun persoalannya bukan sekedar asal hadir disitu, datang, duduk, dengar, pulang. Tetapi serius belajar. Bukan asal belajar, tetapi aktif dan serius belajar. Karena di situlah orang mengisi dan diisi soal seluk-beluk masalah iman. Hal-hal yang mendasar dan prinsif dalam hidup. Janganlah itu diabaikan. Arah dan tujuan menjadi jelas atau tidak jelas tergantung pondasi dasar yang tertanam dalam jiwa.

Dua belas tahun sudah cerdas soal iman. Tentu karena ada himat Allah. Bagaimana dengan kita dan generasi kita? Apa hanya cerdas otaknya secara pengetahuan? Bahkan, apakah kita sampai usia sekarang tetap demikian? Hanya semakin cerdas otaknya tapi tidak cerdas soal iman? Jadinya ngambang dalam kehidupan. Terlebih ketika menghadapi aneka persoalan. Tak mampu bertahan. Apalagi menyaksikan iman.

Kemana kita ajak anak-anak kita? Ke tempat rekreasi? Ke Mall? Kursus piano? Kursus bahasa Inggris? Itu bagus, tidak salah. Tapi kapan secara khusus dan serius kita beri waktu untuk belajar, diisi, berinteraksi soal iman? Dalam ibadah dan perayaan? Sekali setahun? Bila ini yang dilakukan, maka sepulang ibadah dan perayaan akan kembali kosong seperti sediakala. Inilah tantangan kita masa kini.

Iman tidak terjadi begitu saja. Apalagi bila diisi atau terisi oleh dasar iman yang salah. Akan berdampak pada tingkat kecerdasan hidup beriman. Perayaan yang seremonial tanpa diimbangi pembelajaran penting soal iman, menjadikan generasi yang dangkal soal iman. Tak akan mampu mempertanggungjawabkan iman secara baik, benar dan mapan!

Apa yang Allah perlihatkan melalu peristiwa Yesus ketika berusia dua belas tahun, hendak mengatakan kepada kita, bahwa soal pendalaman iman itu penting. Maha penting. Sejak dini harus diisi dan tertanam dalam hingga militan (Ay.52). Bukan sekedar diisi oleh seremonial-seremonial perayaan tahunan semata. Tanpa diisi dan mengerti prinsip-proinsip dasar iman yang matang, akan menjalani hidup asal hidup. Hanya jadi mayat hidup, sampah hidup, merusak hidup. Hidup yang tak jelas arah tujuan. Jadi bulan-bulanan kuasa kegelapan. Hidup sekedar hidup mumpung masih hidup, sebelum ajal datang menjemput! Amin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar