Renungan GKE

Rabu, 05 Desember 2018

SERUAN PERTOBATAN!



Lukas 3:1-6

Tidak ringan tugas yang diemban oleh Yohanes Pembaptis selaku utusan Tuhan. Mempersiapkan jalan untuk Tuhan! Menyerukan pertobatan! Tidak ringan, karena tugas yang dijalankan penuh resiko. Akan bersentuhan langsung dengan para pembesar sekelas kaisar Tiberius, Pontius Pilatus wali negeri Yudea, raja Herodes, Trakhonitis dan Lisanias raja wilayah Abilene. Para penguasa, penjajah yang kejam, bengis. Bila salah-salah, anda tahu sendiri akibatnya. Akan berhadapan dengan kesulitan! (Ay.1).

Tidak Cuma itu, Yohanes Pembaptis juga berhadapan dengan para tentara bersenjata, pemungut cukai, tokoh ulama Agama sekaliber Imam Besar Hanas dan Kayafas! Tak terkecuali para Farisi dan Saduki, yang nota bene para pemilik klaim kebanggan, merasa mapan soal Hukum Agama, namun yang munafik, perilaku hidup tak sejalan (Ay.2).

Tugas yang dilaksanakan sungguh tidak gampang. Digambarkan laksana menimbun lembah, mengangkat harkat dan martabat yang rendah. O, luar biasa! Bukan menimbun lobang sumur yang tak seberapa. Juga meratakan kecongkakan gunung dan bukit yang terlihat kokoh angkuh, menjulang tinggi. Bahkan meluruskan jalan yang berlekuk-lekuk supaya tidak berbelit-belit, banyak simpangan serta jurang buat orang jadi susah, kesasar, dan menjadi batu sandungan! (Ay.5-6).

Itu artinya, seruan pertobatan yang dikumandangkan Yohanes Pembaptis bukanlah suara pertobatan ala murahan, sekedar pertobatan soal rok mini, atau sekedar himbauan larangan mengenakan baju bolong belakang. Tetapi pertobatan yang serius dari sumber produk kedalaman dosa, yaitu hati manusia. Yang melahirkan berbagai cara hidup keji. Penyalahgunaan kekuasaan, menganggap sepi hukuman Tuhan, merampas dan memeras, semena-mena terhadap orang lain, kerakusan dan ketamakan, amoral, ketidakadilan, serta kemunafikan! (Bdk. Ay.7-18).

Tidak tanggung-tanggung, bahkan Herodes raja wilayah pun tak luput ditegornya lantaran soal pernikahan yang tak beres dengan Herodias. Lantang, tanpa neko-neko menyuarakan suara pertobatan. Tidak kompromi dengan dosa. Berani, berkomitmen, tidak pandang bulu. Toh seberat apa pun resiko yang diterimanya, demi ketaatan tugas suci yang dijalaninya! Kita tahu akhirnya, untuk itulah ia dipenjarakan, bahkan mengalami kematian secara tragis sebagai harga mahal yang harus ia bayar! (Bdk. Ay.19-20).

Ini sebuah tantangan sekaligus menjadi batu uji bagi kita selaku umat percaya atau gereja! Memaknai minggu Adventus II ini, masih adakah seruan pertobatan digemakan? Atau telah dialihkan sekedar cari aman dengan ajakan memanja hebatnya berkat sorga, sekedar penenang batin hilangkan stress sejenak atas kejenuhan rutinitas hidup keseharian? Dan nama diri jadi pusat sanjungan? Soal “tanda baptisan” yang malah jadi tujuan, namun permasalahan inti yaitu dampak dari buah pertobatan tak jelas kelihatan? Amin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar