Renungan GKE

Jumat, 16 November 2018

DIHIDUPKAN UNTUK MEMBERI HIDUP





Lukas 7:11-17

Suatu peristiwa menyentuh kalbu pernah terjadi, pernah menjadi berita viral di berbagai media sosial, tepatnya pada tahun 2012 silam. Betapa tidak, pria bernama Ding Zu Ji terlihat menggendong ibunya pada sehelai kain untuk dibawa ke rumah sakit. Hal ini dilakukan Ding Zu Ji karena sang ibu tercinta mengalami patah tulang dan tak bisa berjalan. Karena ingin segera mengantarkan ibunya ke rumah sakit, Ding Zu Ji menggendong ibunya layaknya seperti bayi.

Hal tersebut menjadi pemandangan yang sangat mengharukan bagi orang-orang yang berada di dalam rumah sakit. Peristiwa itu pun sontak saja menjadi perbincangan di dunia maya karena aksi mulia yang dia lakukan. Ini bukan dilakukan oleh orang biasa, karena ternyata Ding merupakan seorang kepala biro investigasi Taiwan. Dia mengaku siap mengundurkan diri dari jabatannya agar ia bisa mengurus ibunya yang sudah tua dan renta.

Sejak ayahnya meninggal tahun 2006, Ding menjadi sangat dekat dengan ibunya. Bahkan, setelah ibunya mengalami sakit patah tulang, dia merawat ibunya dengan baik. Ding sewaktu masih dalam kandungan pun kisahnya sungguh menyayat hati, karena waktu itu ibunya hampir pernah dibuang ke laut gara-gara identitas sang ibu dan almarhum ayahnya yang beda kewarganegaraan, identitasnya dianggap tak jelas dan lengkap. Namun kisah pahit masa lalu keluarganya tidak menjadikannya berputus asa hanya meratapi nasib.

Bak pepatah “nasib orang siapa yang tahu”, dan benar saja, usaha, kesabaran, ketekunan, keuletan dan kerja keras perjuangan hidupnya memang tidaklah sia-sia. Hingga akhirnya dia menjadi orang sukses. Demikian pun, jabatannya tidak mengurangi arti bakti dan kasih sayangnya kepada bunda tercinta. Tidak menjadi alasan baginya untuk tidak berbakti kepada bundanya. Oh, kisah yang mengharukan. Oh, anak muda yang berbakti pada orangtuanya. Demikian kisah mengharukan yang pernah kita baca di salah satu media yang ada.

Sungguh beruntung ibu ini, memiliki seorang anak muda yang membahagiakan. Apalagi ini seorang anak laki-laki. Memang pantas dia hidup. Memang pantas dia mendapat panjang umur untuk hidup. Tidak pantas dia dikutuk untuk cepat-cepat mengakhiri hidup. Karena hidupnya memang benar-benar hidup. Memberi hidup! Anak muda yang luar biasa. Jarang-jarang terjadi, apalagi di jaman kita kini. Yang terjadi justru sebaliknya. Banyak kisah orang tua sakit hati. Anak mereka memang hidup, tapi layaknya orang mati. Ada juga yang mati-matian diberi hidup, tapi malah sukanya cari mati.

Merenung kisah haru Ding Zu Ji bersama bundanya, jadi teringat kisah tentang anak muda dalam kisah nyata seperti yang tercatat dalam Alkitab, terdapat pada Injil Lukas 7:11-17 seperti dalam nas ini. Kisah anak muda laki-laki, anak seorang jada di kota Nain. Itu anak satu-satunya. Anaknya masih muda. Anak kebanggaan, pusat harapannya. Anak yang mengabdi, hidupnya penuh arti. Benar-benar hidup dan memberi hidup. Hanya sayang, umurnya tak panjang. Oh, bagai langit runtuh, ibu ini sangat berduka. Anaknya tiba-tiba mati. Namun apa dikata, manusia tak punya kuasa ketika mati menjemput datang.

Namun kisahnya tidak terhenti hanya sampai di situ. Karena Alkitab mencatat peristiwa, di pintu gerbang kota Nain peristiwa ini terjadi. Peristiwa seindah nama kota Nain yang dalam bahasa Arab berarti “mempesona”, dimana duka diubah menjadi sukacita. Salah satu dari tiga peristiwa manusia pernah dibangkitkan, yang pernah terjadi di sepanjang sejarah manusia di muka bumi. Dilakukan oleh Yesus sebagai pembuktian bahwa Dialah satu-satunya Allah yang berkuasa atas maut dan kematian. Mempertegas bahwa sengat maut telah dipatahkan. Oleh-Nya nasib manusia tidak lagi hanya terhenti di pinggir kuburan!

Yesus pun menjamah anak muda ini dan berkata: “Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!” (Ay.14). Padahal menjamah mayat bagi orang Yahudi najis hukumnya! Tapi Yesus tak perduli. Kasih-Nya malah melampaui lebih dari hanya sekedar soal kenajisan. Yesus malah memegang tangannya sebagai tanda betapa Allah mau dekat kepada manusia yang dianggap najis dan hina. Bahkan, manusia yang paling berdosa sekalipun dirangkul oleh kasih-Nya yang agung dan menghidupkan.

Anak muda itu bangun, lalu duduk, dan mulai berkata-kata, sebagai dimulainya tanda-tanda kehidupan. Yesus menyerahkan dia kepada ibunya yang sungguh mengharapkanya. Dia begitu berharga bagi ibunya. Yesus memberi kesempatan bagi anak muda ini untuk hidup. Dia dihidupkan tidaklah dimaksudkan sekedar asal hidup, tetapi supaya dapat memberi hidup. Karena itulah Yesus sekali lagi memberikan kesempatan baginya untuk hidup. Supaya berkarya dalam hidup dan menghargai hidup. Bukan asal hidup. Apalagi bila malah merusak hidup.

Tuhan telah menganugerahkan kepada kita masing-masing kesempatan untuk hidup. Entah apa yang kita lakukan untuk menghargai hidup? Selama kita hidup mestinya ada hal penting yang harus kita lakukan. Sebelum kematian menjemput datang, berbuatlah sesuatu yang berharga bagi orang tua, keluarga, gereja, lingkungan masyarakat, atau alam lingkungan, sekiranya Tuhan pun senang. Karena ketika kematian menjemput datang, tak ada satu pun yang tersisa lagi yang dapat kita banggakan.

Hidup ini bukan sekedar untuk dibanggakan. Jangan bangga dengan tempat tidur yang empuk nyaman, karena tempat tidur kita yg terakhir adalah kuburan. Jangan bangga dengan mobil mewah menawan, karena mobil terakhir kita adalah ambulance. Jangan bangga dengan rumah mewah, karena rumah terakhir kita hanyalah setumpukan tanah. Jangan bangga dengan titel, gelar, atau jabatan megah, karena titel kita yg terakhir adalah almarhum/almarhumah.

Hidup yang Tuhan anugerahkan ini sangat berarti. Karenanya harus dijalani dan diisi dengan sebaik-baiknya. Sebagai orang beriman paling tidak ada lima perkara yang harus diwaspadai sebelum masuk liang kubur. Doa jangan sampai kendor. Ibadah jangan sering libur. Berbagilah dengan sesama bila makmur. Pelihara sifat hidup jujur. Pingin kaya jangan harus jadi koruptor!

Sadarlah, hidup itu ada batasnya. Pasti ada saatnya finish! Kita tidak tahu kapan waktunya kematian tiba. Jangan tertipu dengan usia muda, karena syarat mati tidak harus tua. Jangan terpedaya dengan tubuh dan badan yang sehat, karena syarat mati tidak mesti sakit. Teruslah berbuat baik, menjalani hidup dengan baik, walaupun tidak banyak orang yang memahami atau menerima apa yang kita beri dan lakukan dari hidup ini. Perbaiki sekiranya apa yang salah. Jadi orang jangan takabur karena sejatinya kita hanyalah seonggokan tanah. Miliki semangat hidup, teruslah berjuang, teruslah melangkah, pantang mundur sebelum masuk liang kubur. Amin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar