Jumat, 16 November 2018
MENGENAKAN KRISTUS SEBAGAI SENJATA TERANG
Roma 13:11-14
Suatu kisah yang benar-benar terjadi. Pada suatu hari, sebagai tanda penghargaan dan kekaguman, Perdana Menteri Jepang berkenan berkunjung ke pabrik Honda. Sudah selayaknya, tamu terhormat ini disambut sendiri oleh pucuk pimpinan tertinggi pabrik tersebut. Dan itu tidak lain adalah sang presiden direktur, sekaligus pemilik dan pendiri Honda Corporation.
Ketika saat kunjungan kian mendekat, staf terdekat Pak Honda semakin gelisah. Bos mereka masih tetap bersantai dengan pakaian bengkelnya, yang di sana sini “kotor” terkena tumpahan oli dan sapuan gemuk. “Pak, rombongan akan tiba lima menit lagi. Apakah bapak tidak sebaiknya berganti pakaian dahulu?”, kata mereka setengah gugup setengah gemetar. “Mengapa aku harus tukar pakaian?,” sergah sang bos besar. Dan memang, Mr.Honda menyambut tamu kehormatan sang Perdana Menteri Jepang dengan pakaian bengkelnya!
Kisah di atas dapat menjadi inspirasi untuk memahami persoalan seperti yang terjadi di Jemaat Roma. Dan juga dapat terjadi pada kehidupan cara beragama kita pada umumnya. Jemaat Roma cukup bermasalah. Mereka memang berpakaian kostum baru bermerek ‘Kristen”, namun cara hidup mereka tidak mencerminkan kekristenan. Mereka memang mengganti kostum bermerek “Kristen” namun cara hidup mereka tetap dalam cara hidup yang lama (Ay.11).
Di dalam Jemaat sendiri, Kasih Kristus tidak nampak dalam kehidupan Jemaat, malah ada kelompok orang yang mengambil kesempatan dalam kesempitan, pemecah belah jemaat, memprovokasi, mengajarkan Injil lain, yang bertentangan dengan Injil yang murni. Mereka terkotak-kotak, antara golongan Kristen-Yahudi dan golongan Kristen-Non Yahudi. Demikian pun cara hidup mereka sangat dipengaruhi gaya hidup metropolitan kota Roma yang menawarkan beraneka ragam bentuk kenikmatan dunia (Ay.12).
Rasul Paulus mengingatkan Jemaat, bahwa sebagai umat Tuhan semestinya menanggalkan cara-cara hidup kegelapan, tetapi harus hidup dengan sopan, tidak dalam pesta pora dan kembakuan, percabulan dan hawa nafsu. Semestinya tubuh dengan segala kelengkapan yang ada di dalamnya dirawat untuk menjadi persembahan yang kudus bagi Allah, bukan untuk melakukan hidup dalam kegelapan. (Ay.13.14)
Bukan perubahan lahiriah yang harus kita pusingkan. Bukan mereka-merek Gereja yang paling prinsip. Bukan ajaran siapa nama Allah yang paling nomor satu. Bukan juga soal bentuk ibadah yang harus jadi masalah, melainkan perubahan hati. Perobahan sikap. Perubahan yang berasal dari perubahan hubungan kita dengan Kristus yang menggerakkan kita menuju cara hidup yang berkenan kepada Allah. Hidup dalam terang Kristus. Hidup yang berbeda dari cara hidup kegelapan. Amin!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar