Renungan GKE

Senin, 05 November 2018

DOA BAGI PUTERA-PUTERIKU

Markus 9:42-50

Yesus sangat perduli dan mengasihi anak-anak. Perduli terhadap pertumbuhan mereka, terlebih imannya. Tentu saja, karena mereka adalah generasi penerus yang akan menggantikan geresasi sebelumnya. Menjadi generasi seperti apa yang diharapkan di masa datang, tentu tidak terlepas dari pembinaan yang diberikan kepada mereka. Karenanya Yesus bersikap sangat keras bahkan terkesan ekstrim. Bagi siapa saja yang menyesatkan seorang anak kecil, dikatakan lebih baik baginya diikatkan batu kilangan dilehernya dan dibuang ke laut!

Mendidik dan membina para anak di era sekarang ini, tidak sesederhana yang dibayangkan. Atau semudah apa yang kita katakan. Tentu saja, karena mereka bukan benda mati, yang serba menurut begitu saja segala apa yang dikatakan atau apa yang diteladankan. Ada yang menggambarkan, bahwa setiap seorang anak keluar dari rumah, ia akan berhadapan dengan sembilan kekuatan “tuhan” lainnya di luar sana, sangat berpengaruh yang harus dihadapi. Baik pandangan tentang Tuhan yang berbeda, godaan, dan aneka kejahatan lainnya yang setiap saat mengintai untuk menggerogoti atau merusak jiwa kepolosan mereka.

Masalahnya semakin kompleks saja, terlebih bila mengingat bahwa masalah kemiskinan, lingkungan, dunia pendidikan, teknologi juga berpengaruh besar terhadap kepribadian dan masa depan mereka. Menarik untuk disimak pendapat Seto Mulyadi (seorang Psikolog anak) tentang apa yang terjadi berkaitan dengan dunia pendidikan anak-anak: “Ini kekeliruan dunia pendidikan kita, yang menganggap mata pelajaran sains lebih penting, dan mendiskriminasi budi pekerti. Akibatnya banyak anak cerdas yang justru terjerumus dalam narkoba, seks bebas, tawuran, dan korupsi ketika dewasa.”

Tidak mudah memang bagi setiap orang tua yang sambil berjuang mencari sesuap nasi untuk terus mengawasi anaknya sepanjang waktu. Di era sekarang, teknologi ikut pula mempengaruhi meningkatnya jumlah korban kejahatan seksual yang menimpa anak-anak kita. Para predator anak, terus-menerus mencari akal untuk menjebak dan mengincar anak-anak kita. Nalar mereka sudah mati, sehingga hukum pun seperti tak mampu untuk mencegah mereka.

Mencermati liputan BBC Indonesia (2/1/2018) menurunkan kabar bahwa di 10 destinasi pariwisata Indonesia ditemukan kasus kejahatan seksual anak. Salah satu penyebabnya adalah banyak anak di bawah umur yang dipekerjakan di tempat pariwisata. Orang tua lebih memandang keuntungan ekonomis ketimbang memikirkan pariwisata yang lebih ramah anak. Karena itulah, tanggungjawab kita bersama untuk mencegah, dan melindungi masa depan anak-anak kita.

Menghadapi dampak globalisasi yang luar biasa masuk dan ada di depan mata kita. Tidak mungkin oleh sepihak saja, tetapi oleh semua pihak. Namun tentu saja, apa pun alasannya, orang tua bersama-sama dengan gereja adalah orang yang paling bertanggungjawab untuk mencegah, dan melindungi masa depan anak-anak kita. Kita memang tidak mungkin membendung dampak globalisasi yang luar biasa masuk dan ada di depan mata kita, tetapi yang dapat kita buat adalah menanamkan nilai-nilai luhur, sehingga menjadi manusia yang berkarakter. Tidak memanjakan, tidak dididik menjadi manusia cengeng, tetapi peka, tegar, kerja keras namun tetap rendah hati. Kurang lebihnya, persis seperti yang tergambar dalam sebuah puisi, sang legendaris, sang Jenderal Douglas Mac Arthur “Doa untuk Puteraku”:

Tuhanku…
Bentuklah puteraku menjadi manusia yang cukup kuat untuk mengetahui kelemahannya.
Dan, berani menghadapi dirinya sendiri saat dalam ketakutan.
Manusia yang sabar dan tabah dalam kekalahan.
Tetap jujur dan rendah hati dalam kemenangan.

Bentuklah puteraku menjadi manusia yang berhasrat mewujudkan cita-citanya
dan tidak hanya tenggelam dalam angan-angannya saja.
Seorang Putera yang sadar bahwa
mengenal Engkau dan dirinya sendiri adalah landasan segala ilmu pengetahuan.

Tuhanku…
Aku mohon, janganlah pimpin puteraku di jalan yang mudah dan lunak.
Namun, tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan, kesulitan dan tantangan.
Biarkan puteraku belajar untuk tetap berdiri di tengah badai
dan senantiasa belajar untuk mengasihi mereka yang tidak berdaya.

Ajarilah dia berhati tulus dan bercita-cita tinggi,
sanggup memimpin dirinya sendiri,
sebelum mempunyai kesempatan untuk memimpin orang lain.

Berikanlah hamba seorang putra
yang mengerti makna tawa ceria
tanpa melupakan makna tangis duka.
Putera yang berhasrat
untuk menggapai masa depan yang cerah
namun tak pernah melupakan masa lampau.

Dan, setelah semua menjadi miliknya…
Berikan dia cukup rasa humor
sehingga ia dapat bersikap sungguh-sungguh
namun tetap mampu menikmati hidupnya.

Tuhanku…
Berilah ia kerendahan hati…
Agar ia ingat akan kesederhanaan dan keagungan yang hakiki…
Pada sumber kearifan, kelemahlembutan, dan kekuatan yang sempurna…

Dan, pada akhirnya bila semua itu terwujud,
hamba, ayahnya, dengan berani berkata “hidupku tidaklah sia-sia”

Untuk dapat menjadi teladan yang baik bagi para anak, tentu saja dituntut kemurnian hidup yang mengandalkan Yesus. Hidup yang murni dalam kasih, kesetiaan, kejujuran, serta ketaatan yang nampak dalam hidup keseharian. Laksana garam yang tak hilang keasinannya. Sebagai orang tua, tentu berbangga bila anak-nya berhasil. Demikian pun para anak tentu bangga memiliki para orang tua yang telah mewariskan harta tak ternilai bagi mereka hingga saatnya mereka menjadi orang yang berhasil. Amin!

Selamat Hari Anak, Remaja & Kesejahteraan Keluartga GKE 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar