Renungan GKE

Senin, 01 April 2019

DIA HANYALAH SEORANG PEREMPUAN PENDOSA…..

Yohanes 12:1-8

Menelisik riwayat masa lalunya (walau para penafsir banyak berbeda pendapat soal ini), dia hanyalah perempuan sundal alias pelacur. Dia pernah mau dihukum bunuh, dirajam dengan batu karena dianggap melanggar kesucian Hukum Taurat. Menghadapi itu semua, dia hanya pasrah saja menanti ajal tiba. Seorang perempuan lemah tak berdaya. Namun tidak bagi Yesus! Dia begitu berharga di mata Allah. Yesus membelanya waktu itu, bahkan menganugerahkan pengampunan, memulihkan kepercayaan dirinya untuk dapat menatap masa depan yang penuh harapan (Bdk.Luk.7:37; Yoh.8:1-11).

Ketika mengetahui kehadiran Yesus ke Betania (enam hari sebelum Paskah), dalam rangka menghadiri jamuan yang diadakan oleh Simon Si Kusta untuk Yesus, Maria tak menyia-nyiakan waktunya yang berharga. Bersama saudaranya Martha dan Lazarus, mereka juga menghadirinya. Namun bukan sekedar untuk hadir, tetapi berbuat sesuatu. Sesuatu yang bahkan melebihi kemegahan jamuan yang dilaksanakan oleh Simon Si Kusta untuk Yesus dalam cara yang berbeda! (Ay.2-3).

Apa yang dilakukan Maria? Dia tak mampu menuturkannya dalam jalinan indah kata-kata. Dia hanya mampu melakukan apa yang mampu dia rasa dari kedalam naluri hati seorang wanita. Setengah kati minyak narwastu yang mahal menjadi alat bantu untuk mengungkapkan kekudusan apa yang tak mampu dia katakan.

Rambutnya, yang bagi seorang perempuan Yahudi bermakna mahkota yang mestinya dibungkus dengan kerudung pelindung kesucian, tak dihiraukannya. Rela dia rendahkan serendah-rendahnya hingga kotor rata dengan tanah! Rambutnya, lambang mahkota setiap perempuan Yahudi mereka, rela dijadikannya laksana tisu saja untuk menyeka minyak narwatu mahal yang berbaur dengan linangan air mata di kaki Yesus. Pengganti kata dari kedalaman jiwa yang sudah tak mampu diungkapkannya (Ay.4).

Tak ada lagi yang mampu dia ungkapkan sebagai bukti ketundukan, penghormatan, ketidaklayakan diri, rasa terimakasih atas apa yang telah dia terima, dia rasa, yang menjadikan hidupnya kini sangat berarti. Dia memang tak mungkin sanggup adakan jamuan dalam kemegahan ala Simon si Kusta! Namun di hadapan Tuhan, jamuan yang dilakukannya justru menjadi standar yang Tuhan gunakan. Semakin membuka tirai kemunafikan yang ada, di setiap jamuan ala Simon si Kusta yang hanya pura-pura. Yang bukan untuk memuliakan Tuhan. Tetapi kurang lebih jamuan prestise, soal perut semata!

Di sisi lain, jamuan ala Maria, yang dilakukannya untuk Yesus, justru menjadi alat yang Tuhan gunakan untuk membuka tabir setiap manusia yang berpikiran jahat. Dan benar saja, tak lama berselang. Salah seorang murid Yesus bernama Yudas Iskariot buka suara menanggapi apa yang dilakukan Maria. Tanggapannya memang manis, namun di baliknya semakin nyata pikiran korup memenuhi otaknya! Selama ini terungkap perbuatan sering mencuri uang kas yang dipegangnya (Ay.6).

Dia hanyalah seorang perempuan pendosa. Tentu dipandang rendah di mata masyarakat atau dianggap “sampah” masyarakat sekitarnya. Semua orang menjauhi, mencibir, mencemooh, dan bahkan mengucilkannya. Kebanyakan orang memang begitu mudah menghakimi sesamanya karena merasa diri lebih baik dan lebih benar. Namun satu hal, Maria ingin melakukan yang terbaik bagi Yesus sebagai ungkapan terimakasih yang tak terhingga, yang telah membaharui hidupnya. Hanya dia sendiri sebagai pelaku yang paling mengerti apa yang diperbuatnya. Hanya itu yang dia tahu. Hanya itu yang dia rasa.....

Lidah Ludahi Tubuh, Menyingkap Malu Rapuh
Malam Beku, Perawan Subuh Terengkuh
Purnama Kesatu, Sebelum Janji Diteguh
Keluh Kemaluan Keluar Suara Lenguh

Hari Penuh Peluh, Layu
Menanti Dalam Rentang Waktu
Dan Hari Terus Lalu, Lupa Kau, Dengan Hari Tanpa Tuju
Terpojok Di Sudut Pilu, Rongga Dada Bergelantung Debu

Tiba Saatmu, Kau, Pelacur Hancurkan Kalbu Batu
Jiwa Berteriak Dalam Raga Yang Dungu
Air Mata Dari Dada Yang Lepuh
Menyeka Jejak Yang Akan Kau Tempuh

Kau, Magdalena Perempuan Patuh
Setitik Mur Kau Jatuhkan Di Tapak Tuhanmu
Bercampur Air Mata Pengakuan Penuh Haru
Diseka Seribu Urat Rambut Yang Tertunduk
Magdalena, Kau Bukan Perempuan Terkutuk

Hanya Tuhan sendiri yang paling tahu menangkap maknanya, sekaligus memberikan maknanya, memberikan penilaian, menolak atau menerimanya. Amin!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar