(Perjamuan terakhir para Saintis)
Yudas yang selalu dekat bersama dengan Yesus, tidak menjadi jaminan bahwa hatinya juga melekat pada Yesus. Tetapi yang ada adalah pengkhianatan. Kapan-kapan ada kesempatan, niat busuk untuk menjual Yesus demi uang recehan akan dilaksanakan. Hingga di perjamuan terakhir, hatinya tetap tidak berobah (Ay.21).
Yesus tahu bahwa dia yang duduk semeja dengan-Nya akan menyerahkan-Nya. Yudas menentukan pilihannya sendiri. Roh kegelapan menguasai seluruh jiwa raganya. Namun, misi penyelamatan tidak pernah gagal walau adanya pengkhianatan. Buktinya Yesus tetap dengan pasti setapak demi setapak menuju tiang salib! (Ay.22).
Yudas sang pengkhianat yang hidup di jaman sekarang terus gentayangan balas dendam menguasai manusia yang hatinya tidak melekat pada Kristus. Di era digital seperti sekarang ini, Yudas berkolaborasi dengan setan, mengadakan semacam makan paskah bersama ala setan. Berkordinasi mengadakan perlawanan.
Yudas di kekinian, tidak pernah berhenti untuk membalaskan sakit hati. Bahkan dengan cara yang jauh lebih mumpuni. Menunggangi sains (ilmu pengetahuan). Dapat saudara bayangkan apa jadinya bila manusia merasa mapan dengan sains (ilmu pengetahuan) dan tidak diimbangi dengan iman?
Seiring perkembangan yang begitu pesat, Yudas yang telah berkolaborasi dengan antek-antek setan tidak pernah diam, terus menawarkan pemahaman sainsnya pada manusia untuk tujuan yang berbeda. Bukan untuk memuliakan Tuhan tentu saja.
Yudas modern yang hidup di era digital di zaman sekarang, menjadikan sains (ilmu pengetahuan) semacam “tuhan” tandingan untuk memberontak terhadap Allah. Manusia dijadikannnya mulai tidak lagi merasa dirinya menjadi mahluk yang sama sekali tidak berdaya dihadapan alam. Dengan mengerti cara kerja alam, manusia bisa menyesuaikan diri menghadapi alam dan bahkan memanfaatkan alam untuk keuntungannya.
Demikian pun pemahaman mereka tentang Tuhan. Kepercayaan terhadap sains bahkan akan mencapai titik dimana manusia semakin yakin bahwa dengan sedemikian sempurnanya hukum alam, maka tidak akan ada satupun peristiwa yang bisa terjadi dengan melanggar hukum-hukum alam. Bahkan Tuhan sekalipun harus tunduk dengan hukum alam.
Pada gilirannya, penjelasan mistis atau mukjizat semakin tidak mendapatkan tempat, itu dianggap hanya untuk yang percaya tahayul, kurang pendidikan dan bahkan bodoh. Oh...oh...oh... Ketika para saintis semakin maju pesat dan mendominasi hampir di berbagai sektor kehidupan seperti sekarang ini, secara tidak sadar sains itu sendiri mulai menggusur Tuhan, bahkan menyalibkan Tuhan!
Dari apa yang kita ketahui dan kita baca, tergusurnya Tuhan oleh sains dapat dilihat dari hasil survey mengenai Tuhan terhadap anggota National Academy of Sciences, organisasi ilmuwan Amerika Serikat. Hasil survey tersebut mengejutkan karena 93% dari ilmuwan tersebut tidak percaya lagi pada Tuhan. Bagi mereka para komplotan Yudas di era digital di zaman ini, Tuhan dan agama hanyalah delusi masyarakat kuno, mempertahankannya hanyalah menjadikan penyakit bagi peradaban manusia.
Bagaimana kira-kira gambaran pemahaman komplotan pada Yudas dan antek-anteknya jika dihubungkan dengan peristiwa perjamuan terakhir atau Jumat Agung yang begitu bermakna bagi kita sebagai umat percaya? Perjamuan terakhir kaum saintis, mereka akan seminar mengupas tuntas, bertanya dengan bangga pada sains (pengetahuan) yang mereka miliki: "Siapa yang akan kami salibkan besok? Tuhan?
Saudara, roti dan anggur yang kita terima dalam sakramen Perjamuan Kudus adalah tanda yang menjadi peringatan. Peringatan akan korban Kristus. Kasih Tuhan yang penuh kasih sayang selalu membuka pintu pengampunan. Bagi setiap hati yang mau kembali penuh kesadaran dalam pertobatan.Tetapi pasti tidak bagi yang menjadikan roti dan anggur laksana jimat murahan. Apalagi yang berlaku seperti Yudas, tetap berkutat pada dosa dan kemunafikan. Duduk semeja dalam perjamuan, namun di hatinya tetap recehan yang lebih berharga dari Tuhan. Amin!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar