Roma 6:1-11
“Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu?” (Ay.1). Pertanyaan retoris Rasul Paulus tersebut adalah sanggahan atas pandangan orang-orang yang keliru memahami anugerah Allah yang mahal namun dijadikan murah, bahwa sebaiknya kita semakin banyak berbuat dosa agar kasih-karunia Allah semakin bertambah? Pemikiran yang sempit tentang kasih-karunia Allah tersebut melahirkan suatu teologi “anugerah yang murah”(cheap grace).
Mengutip Dietrich Bonhoeffer dalam “The Cost of Discipleship” (New York: Macmillan, 1959:47-48,53) dikatakan: “Anugerah yang murah adalah pengampunan yang tanpa menuntut pertobatan, baptisan tanpa disiplin gereja, Komuni tanpa pengakuan dosa, pengampunan dosa tanpa pengakuan dosa pribadi. Anugerah yang murah adalah anugerah tanpa pemuridan, anugerah tanpa salib, anugerah tanpa Yesus Kristus, yang hidup dan menjelma.
Anugerah yang mahal adalah harta yang terpendam di ladang; demi harta itu seseorang dengan gembira akan pergi dan menjual segala miliknya. Anugerah yang mahal adalah mutiara mahal yang untuk mendapatkannya, si pedagang harus menjual semua barang-barangnya. Anugerah yang mahal adalah pemerintahan Kristus, yang untuk-Nya seseorang akan rela mencungkil matanya sehingga membuatnya jatuh tersandung; Anugerah yang mahal adalah panggilan Yesus Kristus yang menyebabkan seorang murid meninggalkan jalanya dan mengikut Dia.
Anugerah yang mahal adalah Injil yang harus terus-menerus dicari, karunia yang harus diminta, pintu yang seseorang harus mengetoknya. Anugerah ini mahal karena menuntut kita supaya mengikuti, dan berupa anugerah karena memanggil kita untuk mengikuti Yesus Kristus. Anugerah ini mahal sebab menuntut dari seseorang seluruh hidupnya, dan berupa anugerah sebab memberikan kehidupan yang sejati kepada seseorang.
Anugerah ini mahal sebab menghukum dosa, dan adalah anugerah sebab membenarkan orang berdosa. Di atas semuanya itu, anugerah ini mahal sebab menuntut Allah memberikan hidup Anak-Nya: “Engkau dibeli dengan harga tunai,” dan apa yang sangat mahal bagi Allah tidak murah bagi kita. Di atas semuanya itu, disebut anugerah sebab Allah tidak menganggap Anak-Nya terlalu sayang untuk dipakai membayar hidup kita, tetapi menyerahkan-Nya bagi kita. Anugerah yang mahal adalah Inkarnasi Allah….”
Anugerah Allah yang mahal melalui kematian dan kebangkitan Krisutus merupakan kekuatan transformatif sehingga kita sebagai umat percaya dimampukan untuk hidup benar menurut kekayaan kasih-karunia Allah tersebut. Sebagai orang yang sudah ikut dalam kematian dan kebangkitan Kristus, kita sudah bebas dari kuasa dosa, sehingga kita mampu berjuang melawan dosa. Menjadi hamba kebenaran yang berpusat pada Kristus. Di dalam Kristus dan oleh Dialah dosa dibunuh. Namun, semuanya ini tentu menjadi sia-sia saja jika kita tetap bersikeras di dalam dosa dan kembali kepada apa yang terhadapnya kita sudah mati. Amin!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar