Renungan GKE

Selasa, 16 April 2019

YESUS DITANGKAP


Yohanes 18:1-40

Yesus ditangkap. Alasan apa? Apakah karena Dia membuat keonaran dalam masyarakat? Atau karena menggelapkan uang negara hingga Milyaran rupiah memakan uang rakyat? Tidak! Karena dalam Alkitab mencatat bahwa dalam kurun waktu 24 jam malah diinterogasi sebanyak enam kali, baik oleh lembaga keagamaan mapun oleh lembaga politik Romawi, tak satu pun terdapat kesalahan. Tapi kenapa ditangkap? Siapa yang mendalanginya, dan untuk apa?

Yesus ditangkap oleh orang-orang yang sakit hati karena sering ditempelak dosa dan kemunafikan cara beragama mereka oleh Yesus. Baik para ahli Taurat, juga orang-orang Farisi. Jaga gengsi, demi mempertahankan prestise itulah alasan sesungguhnya. Yang menggelitik, Yesus ditangkap bukan hanya oleh para polisi atau prajurit, tetapi malah para satpam penjaga Bait Allah turut serta turun lapangan. Lengkap dengan lentera, suluh dan senjata. layaknya memburu boronan kelas kapap yang sangat bahayakan (Ay.3).

Ketika mereka bertemu dengan Yesus. Seharusnya Yesus yang dianggap boronan semestinya jatuh tersungkur karena takut, tapi justru sebaliknya, sepasukan prajurit beserta rombongan yang memburu lengkap bersenjata malah mundur, jatuh tersungkur! Jika Yesus mau, dapat saja Dia melarikan diri beserta murid-murid, toh di kegelapan malam, semak dan pepohonan. Tapi itu tidak Yesus lakukan. Yang terjadi malah sampai tiga kali Yesus menegaskan bahwa Dilalah yang mereka cari. Demikian pun ketika Petrus coba membela, Yesus malah memerintahkannya supaya memasukkan kembali pedang itu ke sarungnya! (Ay.4-8, 11).

Berbeda dengan manusia pada umumnya. Sudah nyata-nyata bersalah sekalipun tetap cari kambing hitam sebagai alasan lain, malah dicarikan pengacara handal berapa pun bayarannya, sekiranya dapat bebas lepas. Beda dengan Yesus, justru membela murid-muridnya supaya bebas. Di balik peristiwa penangkapan Yesus adalah tujuan agung kasih Allah bagi manusia digenapkan. Bahkan Yesus pertegas pada ayat terakhir: “bukankah aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku.” (Ay.9, 11).

Siapa yang terlibat bermain di balik layar selain yang telah disebutkan? Siapa lagi jika bukan Si Yudas, yang culas. Yang di otaknya duit melulu. Hingga kejahatan yang sejahat-jahanya sekali pun rela dilakukan, yang penting bisa jadi duit. Dapat yang recehan sekalipun jadilah, asal bisa jadi duit! Kenapa manusia hingga tega berbuat jahat? Bermula saat manusia mengabaikan hati nuraninya.

Hati nurani selalu sejalan dengan nilai kebenaran yang hakiki. Hati nurani berfungsi sebagai “alarm” yang mengingatkan manusia akan hal-hal yang benar dan salah. Hati nurani akan menjadi “tumpul” jika terus diabaikan. Orang yang mengambil hak orang lain misalnya, tentu menyadari bahwa yang dilakukannya salah. Bila hati nurani selalu diabaikan maka orang akan semakin “biasa” berbuat jahat tanpa rasa bersalah sama sekali.

Hati nurani yang selalu diabaikan, maka tingkat kejahatan yang semakin besar akan dilakukan dengan entengnya. Hati nuraninya menjadi mati. Itulah gambaran sikap Yudas yang diperlihatkan. Karenanya, penting kita selalu menjaga hati kita tetap tulus dan murni.

Mintalah pada-Nya dengan sungguh agar Dia selalu menjaga hati kita tetap tulus dan murni. Jagalah hati karena dari situlah terpancar kehidupan. Lakukan apa yang harus dilakukan hari ini. Mungkin saja tak ada lagi esok untuk kita nikmati. Nikmatilah hari ini, lupakan hari lalu. Tataplah hari esok dengan cara hidup, semangat dan harapan baru.

Allah itu kasih. Dimana ada cinta kasih, di situ Tuhan hadir. Hidup tidak diukur dengan seberapa banyak harta tetapi berapa banyak orang yang sudah kita bahagiakan dengan harta kita. Anugerah keselamatan yang mahal telah Dia anugerahkan tanpa mengharapkan bayaran. Jangan bicara tentang cinta jika tidak dapat memaafkan. Jangan bicara tentang kasih jika tak mau berbagi. Bukan kita saja yang punya perasaan. Bila tak mau disakiti, jangan menyakiti orang lain. Amin!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar