Renungan GKE

Rabu, 10 April 2019

PERBUATLAH DAN INGATLAH!



Lukas 22:14-23

Ketika tiba saat-Nya, jelang penderiaan dan kematian-Nya untuk tebusan dosa manusia, Yesus makan Paskah bersama para rasul-rasul-Nya. Roti tidak beragi dan anggur dibagikan-Nya kepada para rasul-Nya seraya diberikan-Nya penjelasan tentang makna roti dan anggur tersebut, yang melambangkan tubuh dan darah-Nya sendiri sebagai era baru makna Paskah yang sesungguhnya. Dalam peristiwa itu, satu pesan penting kepada para rasul: “perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” (Ay.19).

Apa yang diperbuat? Apa yang diingat? Perbuat sebagaimana Yesus berbuat. Mengingat bukan sekedar mengingat untuk dilupakan. Tetapi mengingat perbuatan Yesus yang menderita dan mati sebagai tebusan dosa manusia yang dilambangkan dengan roti dan anggur untuk dikerjakan.

Ada tiga perbuatan Yesus pada peristiwa makan Paskah yang harus kita perbuat: “mengucap syukur”, “ambillah” dan “bagikanlah”! Perintah yang dilakukan tersebut menjadi cara hidup serta misi para rasul, gereja atau umat Tuhan di sepanjang zaman. Sekaligus sebuah peringatan untuk menghadirkan kasih Tuhan secara kreatif di realitas kehidupan.

Pertama: “mengucap syukur” (Ay.17).

Ketika Yesus membagikan roti dan anggur sebagai simbol tubuh dan darah-Nya kepada para Rasul, sebelumnya Dia mengucap syukur. Walau Yesus tahu, bahwa si pengkhianat sedang menanti saat yang tepat untuk menghantarkannya untuk dihajar, dicambuk, diludah, dan di paku di tiang salib. Bahkan sudah ada, dan sangat dekat, malah duduk semeja dengan-Nya (Ay.21).
Mengucap syukur dalam konteks ini, adalah suatu kesadaran penuh bahwa apa yang Allah berikan bagi hidup ini adalah baik adanya. Suatu sikap pengakuan penuh penyertaan Allah bahwa apa pun yang terjadi dalam hidup ini (toh pun harus menderita juga), tetap diyakini sebagai sesuatu yang bermakna, ada tujuan yang mulia, tidak sia-sia!

Sikap yang “mengucap syukur” merupakan kualitas dari hidup umat percaya, pengakuan bahwa setiap pemberian Allah adalah baik adanya, tidak ada yang percuma. Menghadapi berbagai penderitaan dalam hidup tidak langsung drop, stress, atau putus asa seperti orang dunia yang tidak memiliki pegangan serta pengharapan. Bahwa di balik penderitaan sekali pun ada sesuatu yang bermakna. Sebagaimana Yesus memaknai penderitaan-Nya sebagai sesuatu yang berharga bagi tebusan dosa manusia!

Kedua: “ambillah” (Ay.17).

Setelah mengucap syukur atasnya, Yesus berkata kepada para rasul “ambillah”! Yesus memberikan tubuh dan darah-Nya yang mahal tanpa bayaran. Mengambil adalah tindakan mau menerima pemberian yang diberikan. Pemberian itu tidak murah. Karenanya disebut “anugerah” yang hanya karenanya manusia dapat diselamatkan.

Dalam Alkitab dikatakan: “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu; jangan ada orang yang memegahkan diri.” (Ef.2:8-9).

Ketiga: “bagikanlah” (Ay.17).

“Bagikanlah” adalah suatu perintah. Perintah yang harus kita laksanakan sebagai bukti ketaatan. Perintah untuk menghadirkan kasih Kristus. Anugerah keselamatan yang Allah berikan tentu bukanlah untuk dinikmati sendiri. Untuk selamat sendiri. Tetapi selanjutnya untuk dibagikan bagi yang lain. Kita selaku umat Allah yang telah diselamtkan punya tanggungjawab untuk membagikannya kepada orang lain.

Setiap kali kita ambil bagian dalam sakramen Perjamuan kudus, tidak sekedar kita hanya mengingat kebaikan Kristus yang mati menderita ganti kita. Sekedar meneteskan air mata, kagum atas apa yang diperbuat-Nya, lalu dibumbui embel-embel permohonan amun dosa pribadi atas segala dosa. Lalu pulang dari mengikuti Sakramen Perjamuan Kudus tak berbekas lagi. Tahun depan akan diingat lagi dalam acara seremonial yang sama, tapi tak berbuahkan apa-apa.

Roti dan anggur yang kita terima dalam sakramen Perjamuan Kudus, menjadi sebuah peringatan akan korban Kristus. Menjadi landasan spirit untuk membagikan kasih Kristus secara kreatif bagi yang lain menjadi “ibadah kehidupan”. Bukan sekedar pengulangan seremonial perjamuan, mengingat sebentar, lalu hilang seiring keluar ibadah melangkah pulang! Amin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar